Pertahankan Identitas Gayo, Adam Mukhlis : Pemda Harus Masukkan Mulok ke Kurikulum Sekolah

oleh

REDELONG-LintasGAYO.co : Untuk mempertahankan identitas dan jati diri urang Gayo, maka generasinya harus mengetahui sejarah dan budaya daerahnya. Karenanya bila ingin mempertahankan hal tersebut, maka pemerintah di Gayo perlu memperkaya kurikulum sekolah dengan muatan lokal (mulok), terutama mempelajari sejarah dan budaya daerah Gayo.

Hal tersebut diungkapkan pembina Mahasiswa Peduli Sejarah Gayo (MAPESGA) Adam Mukhlis, SH pada saat pembukaan Sejarah dan Budaya Gayo, Kamis 25 Januari 2018.

Menurut anggota Komisi VI DPRA periode 2014-2019 ini, akibat derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi telah mengikis sejarah dan budaya Gayo, karenanya diperlukan perhatian serius dari semua pihak terutama pemerintah baik eksekutif maupun legislatif.

“Sejarah dan dudaya merupakan sebuah Identitas yang diakui keberadaannya di muka bumi ini, karena hal tersebut bersifat universal yang perlu dilestarikan, untuk itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan upaya-upaya dalam mempertahankan nilai-nilai budaya kita,” ucap Adam Mukhlis.

Dihadapan Bupati Bener Meriah dan peserta seminar, Kader Partai Aceh ini meminta agar sejarah dan budaya Gayo dapat tertanam di hati dan jiwa generasinya, maka buku-buku sejarah maupun budaya Gayo dapat dimiliki dan dibaca oleh masyarakat utamanya kalangan pelajar, sehingga mereka tidak kehilangan jatidiri atau identitas bahwa mereka berasal dari etnis Gayo yang memiliki sejarah dan kebudayaan.

Dalam kesempatan tersebut Adam Mukhlis juga mengusulkan kepada Bupati Bener Meriah agar identitas Gayo tidak pudar salah satunya mewajibkan satu hari para pelajar mengenakan seragam bermotif kerawang Gayo, bukan saja para ASN.

“Begitu juga dengan masyarakat yang ada di wilayah Bener Meriah dan Aceh Tengah agar mengajarkan anak-anak mereka menggunakan bahasa ibu (bahasa Gayo) sehingga mereka tidak kaku atau canggung menggunakan bahasa dalam pergaulan sehari-hari, (komunikasi antara Ibu dan Anak serta keluarga),” harapnya.

Sementara Bupati Bener Meriah Ahmadi, SE dalam sambutan dan arahannya pada acara pembukaan seminar tersebut sangat mengapresiasi atas pelaksanaan seminar sejarah dan budaya Gayo. “Atas nama pemerintah daerah saya mengapresiasi atas kegiatan ini,” ucap Ahmadi.

Disebutkannya, secara ilmiah banyak sejarah Gayo yang belum dapat dibuktikan. Ahmadi mencontohkan seperti sejarah kerajaan Lige, tidak ada satu bukupun, tidak ada satu profesorpun yang berani membuktikan bahwa makam Muyang Linge yang ada di Negeri Linge itu Reje Linge ke berapa. “Banyak buku tentang sejarah Linge, tapi, ceritanya sejarahnya tidak pernah tuntas dikupas,” ungkap Ahmadi.

Dia menambahkan, dengan melihat hal itu, perlu generasi muda Gayo mendapat dukungan untuk menggali sejarah Gayo lebih dalam lagi.  “Semua ini perlu dukungan dari semua pihak,” katanya.

Terkait bahasa Gayo, bupati menerangkan, hari ini banyak generasi muda Gayo yang tidak fasih berbahasa Gayo, lantaran dalam keluarga serta lingkungan banyak masyarakat Gayo menggunakan bahasa Indonesia. “Kalau tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari di khawatirkan bahasa Gayo juga dapat terkikis ditelan masa, maka dari itu saya berharap agar generasi muda dapat terus menggunakan bahasa Gayo dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Bupati juga berjanji, untuk menghindari terjadinya pengikisan serta pemahaman terkait sejarah dan bahasa serta adat Gayo, pemerintah Bener Meriah akan memasukan hal tersebut dalam kurikulum pendidikan. “Kita atas nama pemerintah daerah komit akan mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini, bahkan, nanti jika perlu kita masukan dalam kurikulum pelajaran ditingkat SD, SMP, SMA, agar generasi-generasi penerus tidak lupa sejarah, bahasa, dan adat istiadat Gayo,” katanya.

Sebelumnya ketua panitia Panitia Seminar Sejarah dan Budaya Gayo dari MAPESGA Ramayandi dalam laporannya menyebutkan, maksud dan tujuan seminar tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian MAPESGA terhadap sejarah dan budaya Gayo yang merupakan identitas orang Gayo,

“Hasil rekomendasi dari seminar yang bertajuk Osop Berperah Taring Berai Si Ipejamuri ini, nantinya akan ditindaklanjuti MAPESGA bekerjasama dengan dinas terkait dan Pemkab Bener Meriah, supaya sejarah dan budaya Gayo dapat dimasukan dalam kurikulum pendidikan di SMP dan SMA,” harapnya.

Peserta seminar Sehari itu diikuti oleh ratusan pelajar dari tingkat Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Tingkat Atas, dan Mahasiswa/Mahasiswi dari Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Banda Aceh, Medan. Tampak hadir Dr. Joni, M.Pd, B.I, serta Dr. Johansyah, M.A.

[GM/DM]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.