Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
“Semua orang bisa menjadi guru namun tidak semua bisa menjadi seorang guru yang baik” (Husaini Algayoni)
Istilah zaman now menjadi trend topik akhir-akhir ini dan menjadi viral disemua kalangan, zaman now disandingkan dengan kata lain seperti kids zaman now dan pengajian zaman now (opini serambi 24/11/2017). Zaman now merupakan keadaan yang ada pada zaman sekarang atau dalam teori disebut dengan istilah modernitas yaitu pandangan yang dianut untuk menghadapi masa kini, selain bersifat pandangan modernitas juga merupakan sikap hidup yang bersangkutan dengan kehidupan masa kini
Hadirnya tekhnologi yang serba canggih dan berkembangnya ilmu pengetahun merupakan langkah besar dalam sejarah peradaban manusia dan itu tidak terlepas dari yang namanya pendidikan, kemudian pendidikan juga tidak ada arti kalau tidak ada manusia didalamnya karena manusia merupakan subjek dan obyek pendidikan; Life is education and education is life (Rupert C. Lodge: 1974). Subjek yang mempunyai peran vital dalam memajukan pendidikan adalah guru, kemudian timbul pertanyaan, guru yang bagaimana dan guru seperti apa ?.
Guru zaman now mempunyai tantangan yang besar untuk menciptakan generasi berkualiatas karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka guru juga harus mencari metode-metode mengajar yang baru. Metode mengajar dengan gaya klasik sepertinya membosankan bagi siswa zaman sekarang, oleh karena itu mau tidak mau calon guru (Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Pendidikan/Tarbiyah) maupun guru-guru yang sudah menjadi tenaga pengajar profesional harus menyesuaikan metode mengajar sesuai dengan zaman sekarang.
Disisi lain guru juga pusing tujuh keliling melihat tingkah lagu generasi zaman sekarang yang jauh dari nilai-nilai Islam maupun dari adat istiadat, pergaulan ibarat artis Hollywood yang tak layak dipandang mata, sopan santun dan akhlak terhadap guru memudar. Oh guru zaman now, tugasmu sungguh berat dan penuh tantangan untuk memperbaiki itu semua dan itu hanya ada pada guru-guru yang mempunyai jiwa yang benar-benar guru bukan hanya sekedar mengajar tapi sosok yang mau mendidik dengan setulus hati.
Siapapun bisa menjadi guru namun tidak semua bisa menjadi guru yang baik, begitu banyak guru namun tidak semua guru dapat disenangi oleh siswa dengan alasan guru suka marah-marah, membosankan saat mengajar dan tidak peka kepada siswanya sendiri. Oleh karana itu penting sekali bagi guru zaman now untuk menjadi guru yang baik, tidak suka marah sehingga menjadi pendidik yang lembut dan menyayangi anak-anak muridnya sehingga guru juga disenangi oleh siswanya. Menjadi guru memang sulit dan itu terbukti dari pengalaman penulis menjadi guru disalah satu sekolah MTsN di Banda Aceh.
Tulisan singkat ini, penulis dedikasikan untuk guru-guru yang mempunyai jiwa guru bukan hanya mengajar tapi juga menjadi seorang pendidik. Guru zaman now tugasmu sangat berat dan penuh tantangan, oleh karena itu guru zaman sekarang perlu menjaga emosi agar tidak terjadi pada hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekerasan. Maka dari itu, seorang guru perlu memiliki sifat al-hilm, at-ta’anni dan ar-rifq dalam dunia pendidikan.
Menurut Asy-Syaikh Muhammad bin shalih Al-Utsaimin ra, yang dimaksud dengan al-hilm adalah seseorang yang mampu mengendalikan diri ketika marah, at-ta’nni yaitu bersikap tenang ketika menghadapi masalah yang ada dan ar-rifq yaitu dalam bergaul antar sesama manusia yang didasari kelemahlembutan dan merendah. Guru zaman now selain harus mempunyai wawasan yang luas, metode mengajar yang tidak membosankan, guru yang humoris dan yang lebih penting adalah mempunyai sifat-sifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap siswanya seperti tiga sifat diatas.
Guru-guru zaman silam adalah orang-orang yang mempunyai pemikiran yang luas dan hati yang lembut, orang nomor satu yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa yaitu Nabi Muhammad saw adalah guru yang sangat menyenangkan bagi para sahabatnya, Ali bin Abi Thalib salah satu murid beliau yang mempunyai akal cerdas dan akhlak yang mulia itu karena bimbingan dari Nabi Muhamad saw. al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-Ghazali dan masih banyak guru-guru dari kalangan Islam yang pemikirannya membuka cakrawala pengetahuan yang luas dan juga mempunyai akhlak mulia.
Guru zaman now boleh saja melahirkan generasi-generasi cerdas dan mampu bersaing namun tidak kalah pentingnya adalah menanamkan nilai-nilai akhlak yang mulia serta menjadikan insan yang berguna bagi bangsa dan negara karena tujuan dari pendidikan yang dikatakan oleh filosof Ibn Sina yaitu pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang. Potensi itu tidak hanya menuju pada perkembangan fisik, tapi juga intelektual dan budi pekerti.
*Penulis: Kolumnis LintasGAYO.co