Pemuda Melawan Radikalisme

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Isu radikalisme di Indonesia semakin kencang seiring bergejolaknya semangat jihad yang digaungkan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan agama, jihad yang mereka perjuangkan keluar dari konsep jihad yang sebenarnya. Jihad melenceng ini disebabkan karena kurangnya pemahaman agama yang mereka pelajari serta telah terdoktrin oleh ajaran-ajaran radikal yang disebarkan oleh kelompok-kelompok radikalisme.

Radikalisme dengan membawa nama agama mencoreng makna dari agama itu sendiri, karena pada dasarnya makna agama adalah membawa kedamaian serta ketentraman dalam hidup. Dengan banyaknya isu kekerasan yang mengatasnamakan agama maka sebahagian orang tidak percaya lagi kepada agama karena menurut mereka agama itu membawa kekerasan serta permusuhan, sehingga meninggalkan keyakinan mereka dan berubah menjadi seorang ateis.

Penulis telah mempublish dua judul yang berkaitan tentang radikal di media ini dengan judul “Radikalisme Agama dan Menangkal Ideologi Radikal” agar lebih memahami makna dari radikalisme ini para pembaca budimana bisa membacanya di dua judul tersebut. Dalam tulisan ini, fokus penulis membahas tentang peran pemuda melawan radikalisme; sehubungan dengan hari sumpah pemuda tanggal (28 Oktober) maka pemuda-pemudi harus mengambil peran dalam melawan radikalisme yang bisa menggoyahkan persaudaraan dan persatuan bangsa maupun persatuan antar umat beragama.

Kenapa harus pemuda?. Salah satu target dari kelompok-kelompok radikal untuk dijadikan sebagai kader mereka adalah pemuda, sebagaimana yang dikatakan oleh Ulama besar Arab Saudi, Mufti Syeikh Abdul Aziz al-Sheikh, beliau mengeluarkan peringatan dengan keras kepada seluruh pemuda Muslim untuk menghindari panggilan berjihad yang diserukan kelompok sesat. Seruan itu dikeluarkan kelompok jaringan Al-Qaeda dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dinilainya menyesatkan. Bahkan disebutkan sebagai musuh nomor satu umat Islam.

Kenapa harus pemuda?. Pemuda menjadi target oleh kelompok radikal untuk menjadi kader radikal karena pemuda mempunyai jiwa dan semangat yang berapi-api. Jiwa muda adalah jiwa yang berapi-api kata H. Rhoma Irama dalam lagunya sehingga mudah diajak tanpa kompromi, semangat jihad berubah menjadi nafsu dan target mereka kepada pemuda-pemuda yang mempunyai pemahaman agama yang kurang ataupun pemuda-pemuda yang fanatik terhadap pemahaman agamanya.

Kelompok-kelompok radikal mengincar pemuda untuk menjadikan kader, oleh karena itu pemuda juga harus mengambil peran dalam menanggulangi radikalisme tersebut. Untuk melawan radikalisme perlulah mengisi pemahaman tentang kebangsaan, wawasan yang luas serta pemahaman agama yang kuat, bersosialisasi dengan masyarakat serta menerima segala pemberitaan dengan sikap yang bijak atau mencari sumber berita tersebut apakah benar atau hanya sekedar hoax sehingga tidak sehingga mudah terprovokasi.

Perguruan tinggi juga mempunyai peran yang sangat penting dalam melawan radikalisme dan mahasiswa juga sangat mengharapkan adanya sosialisasi paham kebangsaan sehingga mahasiswa bebas dari pemikiran-pemikiran radikalisme. Seperti acara pada hari Sabtu 28/10/2017 yang diberitakan oleh Serambi 27/10, bahwasannya Sabtu 28/10 di Lapangan Tugu Unsyiah Darussalam, Banda Aceh akan ada “Kuliah Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme” yang akan diisi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto.

Mahasiswa yang belajar di Perguruan Tinggi pastilah mempunyai wawasan luas sehingga diharapkan oleh semua kalangan untuk melawan radikalisme ini, oleh karena itu mahasiswa menjadi garda terdepan sebagai aktor utama dalam melawan radikalisme yang bisa membahayakan persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara, bukan hanya dalam berbangsa; dunia pun menjadi kacau kalau radikalisme subur ditengah-tengah masyarakat.

Dalam tulisan singkat ini, pemuda dan mahasiswa mempunyai peran yang sangat penting untuk melawan radikalisme ini dengan menanamkan paham-paham kebangsaan serta menguatkan pemahaman keagamaan dengan baik sehingga pemuda yang menjadi target kelompok-kelompok radikal tak kan bisa terjangkau dan pemuda dan mahasiswa terbebas dari pemikiran-pemikiran radikal yang mengerikan.

*Penulis: Kolumnis LintasGAYO.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.