Aren (Arengapinnata (Wurmb.)Merr.) merupakan tanaman hasil hutan bukan kayu yang berasal dari Asia Tenggara dan dapat ditemui di hutan hujan tropis maupun hutan kering (Orwaet al. 2009). Di Indonesia, tanaman aren tumbuh di daerah-daerah perbukitan dengan curah hujan yang relatif tinggi dan merata sepanjang tahun. Sentra pertanaman aren di Indonesia meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua (Departemen Pertanian 2006), dan Banten (Malingkay, 2008).
Tanaman aren sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan, karena hampir semua bagian tanamannya dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Aren banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan-bahan industri (Manahan et al., 2014 danRofik&Murniati, 2013), bahan bangunan (Lendo, 2014), bahan furniture (Yulianaet al., 2011), peralatan rumah tangga (Sarjono, 2008), bahan kerajinan (Subagiyo, 2008), obat-obatan tradisional (Shanthiet al., 2014), bahan pangan (Lendo, 2014; Mariati, 2013; Puturuhu et al., 2011; Rofik&Murniati, 2008; Agromedia, 2008; Hoet al., 2008; Baharuddin et al., 2007 danFirdayati&Handajani, 2005) serta produksi bioetanol dari niranya (Ishaket al., 2011 dan Wijaya et al., 2012). Akhir-akhir ini penggunaan nira aren lebih diprioritaskan sebagai sumber energy terbarukan (bioenergy) yang dijadikan sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi (Rofik&Murniati, 2008).
Secara ekologis tanaman aren dapat berfungsi sebagai pendukung habitat dari fauna tertentu dan dapat mendukung program konservasi tanah dan air (Pratiwi dan Alrasjid 1989). Menurut Suswono (2014) aren memiliki fungsi konservasi, karena tanaman ini dapat digunakan untuk pengendalian tata air tanah. Sistem perakaran yang dalam dan menyebarluas sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah (Baco, 2004). Selain itu, Rivai (2013) mengemukakan bahwa, dengan sistem perakaran aren yang sangat kokoh dan panjang dapat memberikan kestabilan pada tanah.
Melihat tingginya potensi kegunaan dan manfaat tumbuhan aren bagi kehidupan masyarakat maupun lingkungan, sehingga pada beberapa wilayah di Provinsi Aceh menjadikan tanaman ini sebagai salah satu komoditi unggulan, khusunya di Kabupaten Aceh Tengah. Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi tumbuhan aren tertinggi di Provinsi Aceh setelah komoditi kopi. Pada beberapa kecamatan di Aceh Tengah, sebagian besar masyarakat memanfaatkan tumbuhan aren secara tradisional untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan pada sebagian besar masyarakatnya menjadikan tanaman ini sebagai sumber pendapatan utama untuk menunjang kehidupan, sehingga tidak heran jika masyarakat tersebut sangat mengandalkan dan megharapakan keberadaan dari tumbuhan ini.
Salah satu hasil produksi tumbuhan aren yang paling dikenal dan menjadi sumber pendapatan pokok bagi sebagian masyarakat Aceh Tengah adalah air nira. Masyarakat mengolah nira untuk dijadikan gula aren yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain gula aren, nira juga dimanfaatkan sebagai minuman ringan, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dipasarkan. Begitu pula buahnya, yang juga dapat membeir keuntungan dengan diolah menjadi kolang-kaling.
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini gaya hidup pada kebanyakan masyarakat telah beralih ke alam (back to nature), termasuk pengobatan dengan tumbuhan obat herbal. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa sebagian besar tanaman arecaceae, termasuk aren dijadikan sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit, beberapa bagian tumbuhan ini dipercaya dapat mengobati diuretik (Agromedia, 2008), meningkatkan produksi ASI dan meningkatkan stamina pasca melahirkan (Shanthiet al., 2014), strok (Sahroni, 2012), mengatasi asam urat dan sakit persendian (Handayani, 2015), serta banyak penyakit lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan tumbuhan ini mengingat banyaknya potensi yang dapat dimanfaatkan. Menurut Baharuddin., et al (2007) aren memiliki fungsi produksi menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi ekspor.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kalangan masyarakat, gula aren hasil produksi Aceh Tengah memiliki cita rasa, aroma dan tekstur yang khas serta banyak diminati dibandingkan di daerah lainnya. Oleh karena banyaknya peminat gula aren tersebut, sehingga stok gula aren pada setiap pengrajin tidak pernah dapat mencukupi permintaan pasar. Umumnya produksi gula aren sangat bergantung pada nira yang dihasilkan oleh tumbuhan aren. Oleh karena itu banyak atau sedikitnya produksi gula aren sangat bergantung pada jumlah pohon aren di daerah tersebut, volume nira yang dihasilkan serta cara pengolahan gula aren.
Saat ini, proses produksi gula aren yang dilakukan oleh masyarakat setempat masih menggunakan cara tradisional. Sehingga peluang terjadinya kerusakan pada nira tinggi. Akibatnya nira tidak dapat diolah menjadi gula aren. Oleh karena itu, perlu adanya peran pemerintah yang proaktif untuk memberikan perhatian dan pembinaan kepada pengrajin gula aren agar proses pengolahan gula dapat dilakukan secara modern, higienis, dan inovatif sehingga dapat menghasilkan produk gula aren yang menarik dan bermutu tinggi.
Populasi tumbuhan aren yang terdapat di Kabupaten Aceh Tengah merupakan tumbuhan yang tumbuh secara liar. Di Aceh Tengah, umumnya masyarakat memanfaatkan aren yang tumbuh secara liar. Upaya pembudidayaan tumbuhan aren telah beberapa kali dilakukan oleh masyarakat setempat, namun upaya pembudidayaan ini selalu gagal. Kegagalan ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menentukan biji buah aren yang baik untuk dijadikan bakal bibit.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak kecamatan (Rusip, Linge, Bintang) dan masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah, saat ini keberadaan populasi tumbuhan aren sudah sangat menurun drastis akibat ditebang oleh masyarakat dan serangan beruang. Kecenderungan masyarakat Kabupaten Aceh Tengah yang beternak kuda pacu telah menjadikan empelur batang aren sebagai bahan nutrisi untuk menambah kekuatan dan kecepatan kuda pacu, sehingga banyak peternak kuda pacu melakukan penebangan terhadap pohon aren yang lama kelamaan akan menyebabkan menurunnya daya regenerasi tumbuhan aren. Selain penebangan yang dilakukan peternak kuda pacu, permasalahan menurunnya populasi tumbuhan aren di Kabupaten Aceh Tengah juga ditimbulkan oleh adanya serangan beruang. Beruang sering menyerang tumbuhan aren yang umumnya tumbuh jauh dari pemukiman masyarakat untuk memakan umbut aren sehingga lama kelamaan menyebabkan tumbuhan aren akan mati dengan sendirinya. Penebangan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai pakan ternak kuda dan serangan beruang merupakan ancaman bagi masyarakat pengrajin aren yang dapat menimbulkan kerugian besar serta penurunan populasi tumbuhan aren di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kembali produksi gula aren dan mencegah penurunan populasi tumbuhan aren di Kabupaten Aceh Tengah, mengingat sebagian masyarakat menggantungkan hidupnya pada tanaman tersebut serta pentingnya tanaman ini sebagai penyeimbang struktur tanah. Maka perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah agar melakukan upaya pengembangan tanaman ini dalam bentuk agribisnis. Sehingga salah satu komponen produksi yang mutlak dapat diperhatikan dan dikelola dengan baik kedepannya, yaitu dengan melakukan pembudidayaan tanaman aren, termasuk penyediaan lahan, penyediaan benih bermutu dan pembibitan tanaman aren yang optimal sebagai bahan tanaman (Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, 2007).
*Mahasiswi Pasca Sarjana Unsyiah Jurusan MIPA Biologi