Uroe MakMeugang

oleh

Oleh: Rusli Djuned, S.Sn*

HARI meugang bagi masyarakat Aceh merupakan salah satu tradisi sudah berakar dan terus berlangsung secara turun-temurun sampai sekarang. Tradisi ini biasanya dirayakan menjelang bulan suci Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.

Pengerian Makmuegang: Makmue artinya makmur (semua elemen masyarakat pada hari ini dapat menikmati daging tanpa kecuali , benar-benar satu hari yang benar-benar makmur yang dinikamati dan dirasakan semua baik pejabat maupun rakyat jelata, baik yang kaya maupun yang miskin, Janda miskin maupun anak yatim, bahkan di hari makmuegang ini anak yatim kalau mendapat undangan dari tuan rumah yang ingin berbagi malah mendapat amplop yang berisi uang yang diberikan oleh yang empunya rumah…inilah yang dinamakan makmue…semua elemen masyarakat menikmatinya.
Gang artinya gang di dekat pasar (kumpulan para penjual daging yang berjualan di gang-gang pasar, biasanya satu gang ini terapat puluhan bahkan ratusan lapak, tiap lapak para pedagang seluas ukuran meja, di atas meja inilah daging sapi dipajang sementara di atasnya dipajang bambu tempat gantungan daging masi utuh dengan pahanya).

Tradisi hari makmuegang ini muncul bersamaan dengan penyebaran agam Islam di Aceh sekitar abad ke 14 Masehi, sesuai dengan ajaran Islam, datang hari-hari besar Islam yaitu bulan suci Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sebaiknya disambut secara meriah.

Jika pada hari-hari biasa masyarakat Aceh terbiasa menikmati makanan dari darat, sungai maupun laut, maka menyambut hari istimewa hari makmuegang ini masyarakat merasa daging sapi atau lembulah yang terbaik untuk dihidangkan.

Zaman dahulu, pada hari Meugang, para pembesar kerajaan dan orang-orang kaya membagikan daging sapi kepada fakir miskin. Hal ini merupakan salah satu cara memberikan sedekah dan membagi kenikmatan kepada masyarakat dari kalangan yang tidak mampu. Dan tradisi masih juga dilakuakn oleh sebagian orang-orang kaya sementara orang yang berpenghasilan pas-pasan paling tidak mengundang anak yatim ke rumahnya.

Sebuah pepatah yang tidak dapat dipisahkan di hari makmuegang bahkan sudah berlaku berabad-abad yang lalu cukup tepat untuk menggambarkan betapa hari makmuegang bagi masyarakat merupakan hari yang sangat penting dan istimewa, dimana kebahagiaan dapat diwujudkan dengan cara menikmati daging secara bersama-sama juga sebagai wujud mensyukuri nikmat rezeki selama setahun itu. Setahun kita mencari rezeki/nafkah, sehari kita makan/nikmati. [SY]

*Rusli Juned, S.Sn adalah seorang tenaga pendidik Seni Budaya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) No. 1 Langsa, alumni ISI Jogyakarta.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.