Berbahasa Gayolah, Kalau Ingin Gayo Tidak Punah

oleh

JAKARTA-LintasGAYO.co : Bahasa Indonesia sudah menggantikan bahasa Gayo dalam keseharian bertutur masyarakat Gayo. “Karenanya, perlu upaya pelestarian bahasa Gayo. Nanti, ada yang mesti di revitalisasi,” kata Prof. Dr. Zainuddin, M.Hum., Guru Besar Bahasa Universitas Negeri Medan, dalam diskusi “Pelestarian Bahasa Gayo” Musara Gayo yang dimoderatori Fikar W Eda (jurnalis Serambi Indonesia) di sekratariat Ikatan Musara Gayo/Masjid Ulil Azmi Jl. Keni Gayo, Setu, Jakarta Timur, Jumat (21/4/2017).

Pintu masuk yang paling tepat untuk melestarikan bahasa Gayo, menurut penulis buku “Morfologi Bahasa Gayo” itu adalah melalui pendidikan. “Mesti kita dorong pemerintah daerah untuk menjadikan bahasa Gayo sebagai muatan lokal,” sebutnya, sambil menambahkan, “Alhamdulillah, kami sudah menyusun buku ajar untuk pelajaran bahasa Gayo,” katanya.

Pembicara lainnya yang juga peneliti dan penulis, Yusradi Usman al-Gayoni, menyebutkan, tiga kunci pelestarian bahasa Gayo, yaitu dipelajari, diajarkan kepada generasi yang lebih muda, dan mesti dipakai. “Kalau tidak dipakai, bahasa Gayo akan punah. Kesadaran personal dan kolektif ini–berbahasa Gayo–yang harus terus didorong baik di Gayo maupun di perantauan,” sebutnya.

Dalam mengajarkan Gayo, sambungnya, juga mesti merujuk kepada sumber tertulis. “Sejauh ini, semuanya berupa kekeberen. Mulai sekarang, anak-anak Gayo harus diajarkan melalui sumber tertulis, sehingga Gayo bisa terwaris ke depannya,” ujarnya.

Lebih-lebih, Gayo merupakan suku pertama dan tertua di Aceh. ” Bahasa Gayo merupakan sisa-sisa bahasa yang telah berlangsung pada awal-awal migrasi penutur Austronesia ke arah barat menuju Sumatera (Aceh sekarang), yang berkisar 4.400 tahun yang lalu. Bahkan, masanya lebih tua lagi, 7400 tahun yang lalu. Mereka berasal dari kelompok ras Austromelanosoid dan mendiami Loyang Mendale,” sebutnya.

Dalam sambutannya, Ketua Ikatan Musara Gayo Jabodetabek Periode 2016-2019, Muhammad Hasan Daling, mengatakan bahwa diskusi beragam topik dan latar belakang pembicara akan terus dilakukan. “InsyaAllah akan dilaksanakan secara rutin, sambil mencari solusi dan langkah pelestarian yang bisa dilakukan Musara Gayo, khususnya di Jabodetabek,” tegasnya (*)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.