Mengenal 5 Perempuan Hebat di Gayo Yang Mendapat Anugerah “Service Hati” H2

oleh

Takengon-LintasGayo.co:  5 perempuan di Gayo mendapat anugerah dari kelompok “service hati” Hablulminnallah Hablulminannas (H2). Mereka dinilai sangat inspiratif masyarakat di Gayo. Kelimanya dianggap pejuang dan pekerja keras. Mereka adalah Pemilik rumah anak yatim korban konflik “Kasih Sayang” Rosmaini,  Pelaku Wirausaha (Almh) Hj Maryati, Guru Honorer 10 tahun yang single parent Rahmah Binti Thamrin, Penderita Kangker stadium 4 yang pulih karena perjuangannya Halimah TM Nur, dan seorang Notaris yang berbuat mencerdaskan perempuan secara spiritual Henni Emalia, SH, MKn.

Untuk mengenal lebih dekat dengan kelima perempuan tersebut, berikut kami tayang profil singkat mereka;

HENNI EMALIA,SH, MKn, Notaris

Perempuan kelahiran 21 September 1968 sehari-hari berkerja sebagai notaris di Takengon. Kendati sudah mapan secara ekonomi, Ibu dua anak ini tidak terlena dengan kemapanannya, dia adalah perempuan yang selalu ingin memebri “arti” kepada orang lain, terutama kepada kalangan perempuan dan anak.

Henni Emalia—selain berprofesi sebagai notaris di Takengon, dia  sangat fokus mencerdaskan kaum perempuan secara spiritual. Sejak 2008, Henni bersama keluarga menjadikan rumahnya tempat pengajian rutin. Hampir setiap hari ada pengajian yang melibatkan remaja putri dan kaum perempuan dengan berbagai profesi dan tingkatan sosial.

Tidak cukup dengan pengajian, pada tahun 2014 Henni Emalia pun membuka sekolah formal PAUD, TK, dan SD yang bentuknya Yayasan wakaf  yang dia dedikasikan untuk menegakan generasi Qur’an beraklak Sunnah. Hanya satu tujuannya, untuk mendapatkan kebahagiaan kelak.

Atas dasar semangat dan keinginan tersebut, kelompok perempuan “service hati” Hablulminnallah Hablulminannas (H2) menilai Henni Emalia, SH, MKn pantas mendapat penghargaan sesuai dengan tujuan H2.

HALIMAH TM.NUR, Penderita Kangker

Halimah M Nur

Pada tahun 2014 perempuan kelahiran Lhokseumawe 21 Juli 1980 ini terdeteksi penyakit kangker ganas stadium 4. Namun semangatnya untuk pulih dan menghidupi anak-anaknya sangat kuat, sehingga dia memilih melawan “penyakit” yang mematikan tersebut.  Sejak divonis menderita kangker oleh dokter, Ibu Halimah  menjalani hidupnya dengan teratur dan rajin menjalani pengobatan, kendati kemudian akibat ganasnya penyakit tersebut, dia harus kehilangan beberapa tulang rusuknya.

Dia juga sudah menjalani puluhan kali Kenoterapi disertai Radioterapi. Akibat  tekanan batin yang luar biasa, dia juga kembali harus kehilangan anggota tubuhnya yang lain.

Akibat tekanan batin dan penderitaan tersebut, Halimah lantas memilih tetap berjuang dan bertahan, apalagi setiap kali dia melemah, yang terngiang adalah anak-anaknya. Kembali bersemangat, apalagi keluar da dan lingkungannya juga menaruh perhatian pada dirinya.

Hingga akhirnya dokter  menyatakan Halimah sembuh, walau dalam pengawasan medis. Kesembuhannya masih dianjurkan mengkomsi obat hingga lima tahun kedepan. Beberapa waktu lalu dia juga kembali menjalani operasi pembengkakan pada tangan karena kelelahan berkerja.

Intinya, penyakit tidak membuat dia lemah. Dia berkerja sebagai penjual pakaian jadi, sayur Lontong, dan Kue. Halimah memiliki 1 putra (Gamma) dan 1 putri (Faradila).  Anak pertamanya kini belajar  di kelas III SMP di sebuah pesantren.

Kelompok perempuan “service hati” Hablulminnallah Hablulminannas (H2) yang bergerak di Gayo menilai Ibu Halimah pastas mendapatkan anugerah karena semangatnya melawan penyakitnya dan berjuang untuk keluarga.  Dia juga harus mencari nafkah untuk pengobatan dan sekolah kedua anaknya.

RAHMAH BINTI THAMRIN, Guru Honorer

Ibu Rahmah Binti Thamrin adalah seorang  guru honorer  kelahiran Simpang teritit 5 Juli 1977. Sebagai single parent, Rahmah adalah perempuan yang membiayai hidup 4 orang anaknya. Ia sadar, untuk itu, sehingga dia harus berkerja keras dan tidak mengenal “kalah” demi anak.

Dialah perempuan tangguh yang berhasil memutar kesusahan menjadi modal semangatnya untuk mencari nafkah.  Bahkan Rahmah Binti Thamrin—tidak lagi mengenal kata menyerah dan terus berkerja . Salah seorang ananya, buah hati paling Bungsu, merupakan seorang anak berkebutuhan khusus , dan tentu, memerlukan perawatan khusus pula.

Hingga akhirnya dia tanamkan tekad supaya anak-anaknya tidak tertinggal dari anak yang lain, Rahmah bertekad anaknya tetap bersekolah, karena kelak mereka harus mandiri.

Tentu, menjadi guru honorer bukan pilihan, namun profesi itu harus dipertahankan demi hidup. Setiap hari dia harus menempuh perjalanan 100 km (pulang- pergi) dari rumah ke sekolah, namun imbalan yang diterima sebagai guru honor sebesar Rp200.000—imbalan yang tidak sebanding memang. Namun Ibu Rahmah tidak terlena dengan itu. Dia melakukan pekerjaan apa saja mulai dari menanam strawberi, memetik kopi yang diupah,berdagang kakilima saat pacuan kuda, hingga berjualan di bulan ramadhan. Modalnya hanya kepercayaan orang, karena dia menjual barang milik orang lain lagi.

Anaknya yang sulung kini bersekolah di pesantren Banyot kelas V, anak kedua 2 SMP, anak ketiga SD kelas III, dan anak keempat di SDLB.

Kelompok perempuan “service hati” Hablulminnallah Hablulminannas (H2) menilai Ibu Rahmah pantas menerima anugerah karena semangat dan kerjakerasnya sebagai seorang Ibu demi ke 4 anaknya.

(Almh) Hj MARYATI, Pengusaha

Hj Maryati Binti Muhammad daud Husein memang perempuan sederhana, dia menjadi inspring lantaran profesi yang dia jalani cukup menjadi simbol perjuangan yang hebat, serius dan tekun. Perempuan kelahiran 26 Juni 1968 ini berhasil menjadi dibidang wirausaha.

Semasa hidupnya, Maryati dikenal perempuan pekerja keras. Dia memulai usahanya dengan membuat kue yang ditipkan ke warung-warung kopi, dan juga membuka kios kecil di rumahnya.

Ketekunan dan kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil, dari kios sederhana hingga membuka swalayan 1 pintu ruko, kemudian bertambah swalayan 2 pintu, hingga akhirnya menjadi 3 pintu.

Swalayan miliknya “Serba Ada Square” di jalan Lebe Kader, Blang Kolaq I. Berhasil dengan swalayan, Maryati lantas mengembangkan usaha di bidang lainnya, yakni usaha menjual sparpart mobil dan restoran juga.

Kelompok perempuan “service hati” Hablulminnallah Hablulminannas (H2) yang bergerak di Gayo menilai Ibu Alm Hj Maryati yang wafat 6 Desember 2011 di Medan karena perampokan, pantas mendapatkan anugerah karena menginspirasi, pekerja keras dan keyakinannya dibidang dunia wirausaha.

Rosmaini

ROSMAINI, Ibu Anak Yatim

Perempuan kelahiran Teritit, Bener Meriah 5 Juli 1953 ini merupakan seorang honorer sejak tahun 2008. Dia merupakan sosok yang memiliki kasih sayang. Dialah janda pengasuh 11 orang anak yatim korban konflik Aceh di rumahnya. Pada masa itu, untuk menghidupi anak yatim bukan perkara mudah, selain dibutuhkan kesabaran, juga perlu biaya yang besar.

Untuk itu, Rosmaini berkorban. Suatu hari dia pernah menggadaikan SK kepegawaiannya demi menutupi kebutuhan anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya. Kendati pernah diprotes masyarakat sekitarnya, dan panti asuhan miliknya terbakar , namun semangatnya bersama anak yatim tidak luntur, bahkan dia kian bersemangat menjalani aktifitas dengan anak-anak yatim yang berada di tempatnya.

Karena semangat dan keyakinan itu akhirnya banyak pihak menyalurkan bantuan buat yayasan miliknya dan hingga kini Yayasan Kasih Sayang yang dia dirikan berkembang pesat, malah, Rosmaini sudah mendirikan Sekolah terpadu MIS Ar-Rahman, MTSS Ar-Rahman, dan MAS Ar-Rahman.

Kini Yayasan Kasih Sayang yang dia dirikan telah memiliki gedung sendiri dengan lahan yang cukup luas, Memiliki SD dan SMP. Mesjid yang besar. Semua itu untuk menampung dan mencukupi kebutuhan belajar anak-anak asuhnya yang berjumlah 84 orang.

Hablulminnallah Hablulminannas (H2) menilai Ibu Rosmaini telah berjasa pada pendidikan anak yatim dan pantas mendapatkan anugerah atas kerjakeras dan semangat Rosmaini yang menispirasi masyarakat, khususnya kaum perempuan kreatif. (red)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.