Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
SEBUAH tema yang menarik dihadirkan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Qur’an Aplikasi Forum (QAF) UIN Ar-Raniry dalam Kajian Ilmiah dengan tema “Strategi Menghadapi Perang Pemikiran” di Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry pada hari Sabtu tanggal 17/12/16.
Dari pemaparan Ust. H Hatta Selian LC sebagai nara sumber, memberikan penjelasan yang sangat simpel namun mencakup secara keseluruhan terhadap perang pemikiran ini.
Kajian ini menurut penulis penting karena masalah yang sangat serius dan perlu untuk dikaji secara mendalam, khususnya para pelajar, mahasiswa dan cendekiawan sebagai insan intelektual yang bermain dalam bidang pemikiran.
Dari penjelasan Ust. Hatta Selian LC, ada beberapa poin yang penulis catat, yaitu:
Sebenarnya apa itu perang pemikiran ?, perang pemikiran adalah sarana-sarana selain persenjataan atau militer yang mana sarana itu diambil oleh musuh-musuh Islam dengan dua visi, yaitu: 1). Untuk menghilangkan simbol-simbol agama Islam sehingga umat Islam dan lebih terutama yaitu pada generasi muda malu menggunakan simbol-simbol Islam sehinga umat Islam lebih menyukai simbol-simbol yang berasa dari Barat. 2). Memalingkan ajaran-ajaran agama Islam sehingga tidak lagi memegang teguh terhadap agama Islam.
Adapun sebab munculnya perang pemikiran ini ada dua sebab, yaitu orang Barat iri terhadap kemajuan peradaban Islam dan gagalnya perang dengan menggunakan senjata.
Kemudian Lebih jauh lagi Ust. Hatta Selian menjelaskan tujuan dari pemikiran ini, ada beberapa tujuan dari perang pemikiran yang dilontarkan oleh orang Barat, yaitu: 1). Menjauhkan umat Islam dari al-Qurán. 2). Mencegah penyebaran agama Islam diseluruh negeri, adapun strategi mencegah penyebaran agama Islam dengan menampakkan kejelekan Islam dan membalikkan keindahan Islam menjadi jelek, menggambarkan kekerasan dalam Islam sehingga Islam itu bukanlah agama yang damai dan menuduh bahwa agama Islam itu jumud alias kaku. 3). Menghancurkan Islam dari dalam, maksudnya ialah bahwa untuk menghancurkan Islam ini tidak perlu orang Barat, cukup orang Islam itu sendiri yang menghancurkannya yaitu melalui para-para pemikir intelektual yang cerdas serta ormas-ormas Islam di adu domba sehingga melahirkan ketegangan. 4). Orang Barat ingin menguasai negeri Islam yaitu dengan menjajah secara langsung dan menjajah secara tidak langsung.
Akhir dari pemaparan tentang perang pemikiran ini yaitu tentang wasail alghazwul fikri (sarana-sarana perang pemikiran), orang Barat membuat program agar umat Islam bisa jauh dari agamanya yaitu melalui beberapa sarana, antara lain: bidang pendidikan merupakan sarana yang empuk agar umat Islam itu jauh dari agamanya seperti: mendirikan sekolah khusus antara orang pribumi dan orang asing, memasukkan kurikulum budaya Barat dan terlalu mengagumi kehebatan Barat sehingga menyepelekan materi-materi agama Islam, mengaburkan sejarah Islam, mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil, membicarakan hari raya mereka dan menyebarkan paham-paham atau pemikiran-pemikiran yang berbahaya. Inilah beberapa poin yang sangat penting untuk kita ketahui bersama-sama tentang perang pemikiran ini yang telah dikupas oleh Ust. H. Hatta Selian, LC.
Dari sumber lain, penulis dapatkan bahwasannya ada empat program dari perang pemikiran ini, yaitu: 1). Tasykik, gerakan berupaya menciptakan dan pendangkalan aqidah kaum muslimin terhadap agamanya. 2). Tasywih, menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap agamanya. 3). Tadzwib, pelarutan budaya dan pemikiran, mencampuradukkan antara hak dan bathil. 4). Taghrib, pembaratan.
Berbicara masalah perang pemikiran maka penulis teringat dengan salah seorang orientalis yang terkenal yaitu Henry Martyn, bahwasannya beliau pernah mengatakan bahwa umat Islam itu tidak bisa dilawan dengan senjata; oleh karena itu umat Islam harus dilawan dengan kata-kata bukan dengan senjata, dengan logika/akal sehat bukan dengan pasukan militer dan dengan cinta bukan dengan kebencian.
Awal dari perang pemikiran ini ialah karena gagalnya perang dengan menggunakan senjata, kalau kita lihat sejarah perang salib itu sendiri bahwasannya tujuan dari perang salib tersebut ialah untuk meguasai wilayah-wilayah Islam, menyebarkan agama dan mencari kekayaan. Namun prajurit-prajurit Barat gagal dalam perang Salib ini sehingga kubu Barat berada dalam trauma yang akut dan menjadi takut terhadap kekuatan Islam. Misalnya gagalnya Kolonial Belanda menancapkan kukunya di negeri Serambi Mekah ini, itu karena rakyat Aceh ketika itu begitu kuat memegang teguh ajaran Islam dan ditambah lagi dengan hikayat-hikayat perang sabi maka bertambahlah semangat juang rakyat Aceh melawan Kolonial Belanda. Oleh karena itu mereka mencari alternatif lain bagaimana caranya melawan Islam, maka salah satu untuk melawan Islam ialah dengan perang pemikiran, dengan perang pemikiran ini orang Barat tidak perlu lagi mengangakat senjata cukup dengan menyebarkan paham-paham atau pemikiran-pemikiran yang berasal dari Barat.
Mereka yang anti terhadap Islam tak akan pernah senang melihat Islam sebelum Islam itu hancur, ini juga bisa kita lihat dalam Porotokol-Protokol Zionis. Salah satu dari isi Protokol Zionis itu ialah tentang media. Kita bisa lihat sekarang bagaimana media televisi maupun koran mempengaruhi opini masyarakat, dengan media ini juga umat Islam melahirkan perpecahan dan permusuhan. Untuk lebih jelasnya, para pembaca budiman untuk membaca tentang Protokol Zionis dalam rangka untuk menguasai dunia.
Dengan adanya perang pemikiran ini, maka kiranya lah kita sebagai umat Islam untuk mempertabal ilmu ketauhidan dan menggairahkan belajar agama Islam dan wabil khususnya lagi para mahasiswa yang masih mempunyai gairah dalam berpikir kiranyalah kita sama-sama untuk melawan perang pemikiran ini dengan memperdalam ilmu serta wawasan dari berbagai macam bidang ilmu secara universal, membuka pemikiran dengan seluas-luasnya sehingga tidak berada dalam kejumudan dalam berpikir dan bisa melawan argumen-argumen yang ditawarkan oleh pendidikan Barat dan yang terakhir ini mungkin harus dimiliki oleh mahasiswa yaitu dengan menulis ataupun menguasai dunia jurnalistik, dengan menulis ini kita bisa menyebarkan ilmu yang telah kita pelajari sehingga bermanfaat bagi orang banyak dan khususnya diri sendiri, begitu juga dengan dunia jurnalistik; jurnalistik mempunyai peran yang sangat penting dalam menyebarkan informasi dan pengetahuan dalam mencerdaskan masyarakat secara umum.[]
*Penulis: Alumni Pondok Pesantren Nurul Islam, Belang Rakal Bener Meriah. Mahasiswa Teologi dan Filsafat UIN Ar-Raniry Banda Aceh.