BEBERAPA hari belakangan ini perhatian netizen di Gayo banyak tersedot oleh perseteruan antara Win Wan Nur dan Amsaluna dua putra Gayo di perantauan yang berkonflik akibat komentar di dunia maya.
Permasalahan ini berawal pada 3 November 2016. Win Wan Nur dan Amsaluna yang keduanya memiliki KTP DKI berbeda pandangan tentang demonstrasi besar yang akan berlangsung keesokan harinya.
Win Wan Nur yang berada di kubu yang berpandangan bahwa demo tanggal 4 November sebenarnya tidak perlu dilakukan mem-post sebuah tautan yang berisi pandangan KH Maimun Zubair, ulama NU yang sepandangan dengannya.
Perdebatan terjadi di sana dan berjalan sebagaimana debat di media sosial.
Salah satu komentar Amsaluna tidak bisa diterima oleh Win Wan Nur karena dianggap bisa merusak nama baiknya dan membuat orang berpikir dia hidup dengan cara menjadi munafik dan menjual akidah kepada orang kafir.
Dan menurutnya implikasi paling berat dari tuduhan ini akan dialami keluarga besarnya di Gayo yang akan dipandang masyarakat sebagai keluarga munafik penjual akidah.
Lebih jauh lagi, di Gayo, keluarga Win Wan Nur mengelola Panti Asuhan Yayasan Noordeen yang merupakan salah satu panti asuhan non pemerintah dengan reputasi paling baik di Indonesia.
Dimaklumi, putra Gayo asal Isak ini khawatir, kalau statement Amsaluna tidak segera diklarifikasi dan terlanjur dipercaya oleh masyarakat luas. Bukan tidak mungkin nanti ada isu yang berkembang bahwa Panti Asuhan Yayasan Noordeen dibiayai dengan uang dari hasil menjual akidah.
Dengan dasar pertimbangan itu, Win Wan Nur berencana membawa masalah ini ke pengadilan. Karena menurutnya, hanya dengan cara inilah namanya bisa dibersihkan dan masyarakat luas bisa melihat sendiri. Benar tidaknya ada aliran dana dari Ahok kepada dirinya. Win Wan Nur memberi Amsaluna waktu seminggu untuk membuktikan komentarnya tersebut.
Tidak ingin memperpanjang persoalan, dalam perkembangannya Amsaluna mengajukan permintaan maaf. Dan Win Wan Nur mengaku sudah memaafkan, tapi proses hukum jalan terus.
Teman dan beberapa tokoh masyarakat Gayo mencoba memediasi dengan meminta Win Wan Nur mengurungkan niatnya membawa kasus ini ke pengadilan. Tapi Win Wan Nur tidak bergeming dengan sikapnya. Facebook pun panas dengan debat pro dan kontra. Waktu terus berjalan dan mediasi seolah buntu.
Memasuki hari ketiga dari waktu 7 hari yang diberikan. Amsaluna yang tidak ingin masalah ini berlanjut berinisiatif menempuh cara kekeluargaan sesuai adat Gayo dalam menyelesaikan persoalan.
Amsaluna yang bekerja sebagai mekanik pesawat ini meminta cuti dua hari dan terbang ke Gayo kota Takengen dengan maksud menemui keluarga Win Wan Nur dan meminta maaf sekaligus memohon agar keluarga membujuk Win Wan Nur untuk mengurungkan niatnya membawa masalah ini ke pengadilan.
Minggu malam, 6 November 2016, Amsaluna bertemu dengan Syamsuddin AS, ayah kandung Win Wan Nur di Panti Asuhan Yayasan Noordeen, Dedalu.
Dari hasil pertemuan yang turut disaksikan bibi Win Wan Nur, Ika serta LintasGayo.co ini, bukan saja keluarga berhasil membujuk Win Wan Nur mengurungkan niatnya membawa masalah ini ke pengadilan. Bahkan sebagaimana umumnya masyarakat Gayo menyelesaikan satu perseteruan berat dengan cara menjadi “Biak Sebut” alias Saudara Angkat.
Syamsuddin AS dalam kesempatan juga secara terbuka menyatakan bahwa mulai malam ini Amsaluna Ismail telah menjadi anaknya. “Mulai sekarang kamu adalah adik dari Win Wan Nur”, katanya sambil memeluk erat Amsaluna, putra Gayo berdarah Kenawat dan Kute Lintang Pegasing.
Artinya mulai hari ini Win Wan Nur dan Amsaluna telah terikat dalam sebuah hubungan kekerabatan yang sangat kuat. Saat ini mereka berdua yang sempat berseteru dengan hebat ini adalah dua orang yang bersaudara.
Dengan itu, berkat kebesaran hati dari kedua belah pihak, segala perseteruan panas antara Win Wan Nur dan Amsaluna yang seolah deadlock berakhir damai secara adat Gayo. (Red)