Oleh Junaidi A. Delung
SHALAT adalah salah satu rukun Islam yang menjadi Kewajiban paling utama bagi umat mukmin sebagai penopang perjalanan hidup. Selain mendekatkan diri kepada Allah SWT Rabbul Jalil, Shalat juga merupakan moment yang tepat bagi manusia untuk menjalin komunikasi yang lebih indah dengan-Nya dan menjalin suatu pertemuan langsung dengan sang khaliq.
Kita berkomunikasi layaknya hamba yang lain, menjalin hubungan dan berinteraksi dengan sesama dengan maksud dan tujuan tertentu. Sebagai manusia biasa, mendekatkan diri kepada sang Khaliq adalah bagian terpenting dan keutamaan bagi kita sebagai umat Islam khususnya, karena dia merupakan pengendali dan tempat kita dikembalikan.
Dalam sebuah kajian ilmiah yang diselenggarakan oleh salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry Banda Aceh di Masjid Fathun Qarib Oleh Lembaga Qur’an Aplikasi Forum (QAF) kampus. Sabtu, 5 Oktober 2016 sore, Ba’da shalat Ashar yang diisi oleh Ustad. Dr. Tgk. Hasanudin Yusuf Adan, Lc. MA (Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh).
Kalau kita berjalan dari dalam kampus ke arah masjid, dan jika berjalan dari arah luar kampus (pintu gerbang masjid) menuju masjid. Tepat diteras samping pintu memasuki masjid dekat tempat wudhu laki-laki, ada sebuah spanduk kecil yang pesannya ditujukan atau dikhususkan terutama untuk mahasiswa dan selebihnya Dosen, Karyawan, serta orang-orang yang berada disekitar masjid dan dalam kampus tersebut.
Temanya sangat menarik “Menjadi Pemuda-Pemudi Idaman Surga” luar biasa bukan?. Secara pemahaman umum, dilihat dalam penyajian pesan tersebut, sangat menarik pandangan Dosen, Karyawan, Mahasiswa serta masyarakat yang ada disekitarnya yang melewati dan membaca dari tulisan spanduk kecil itu. Didalamnya dimuat sebuah pesan, dan bahkan tulisan tersebut menjadi subkajian unggul yang dipaparkan. Dalam artian lain, tulisan tersebut menarik, menyentuh, mengajak, bahkan sedikit menyinggung yang kurang terbiasa akan aktifitas mahasiswa dalam mentaati keutamaan dan memenuhi panggilan serta melaksanakan shalat.
Kata tersebut kurang lebih demikian “Dipanggil Dosen Langsung Dateng, Dipanggil Adzan Pura-Pura Tuli, Apa Harus Dosen Yang Adzan Supaya Sadar?”. Wah,,,Menarik bukan?
Jika diacukan dengan keadaan sekarang dan berpikir secara mapan, kalimat tersebut memang salah satu bentuk komunikasi Persuasif, karena ia menekankan dan secara tidak langsung (Nonverbal) untuk bersegera menuju sumber suara itu atau rumah Allah, ketika suara Adzan sudah berkumandang.
Sekilas memaparkan tentang Qur’an Aplikasi Forum (QAF), bahwa didalamnya merupakan salah satu UKM yang sangat bagus akan kinerja utamanya sebagai para pencinta Al-Qur’an. Didalamnya diajarkan bagaimana menjadi seorang pencinta Al-Qur’an dan mendalaminya dengan baik dan sebaik-baiknya. Baik betul nilai yang ada didalamnya dalam membumikan Al-Qur’an dan sesuai dengan kampusnya Univeritas Islam Negeri Ar-raniry.
Mereka yang ada didalamnya sangat berimajinasi serta sangat antusias dan berani memaparkan sebuah pesan tersebut dengan bagus. Barangkali dan bahkan pasti ada diantara mereka yang membacanya akan terasa menyingung bagi dirinya yang tidak terbiasa mendekatkan diri kepada Rabbnya.
sesuai dengan latar belakangnya sebagai Forum atau wadah pencinta Al-Qur’an mempelajari lebih dalam, mentadabburinya lebih rinci, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan kepentingan Al-Qur’an itu sendiri. Jika dalam Ibadah ialah mentaati perintah Allah SWT dan mengamalkan ajaran Rasul-Nya.
Kembali kecerita utama. Dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar sangat diharuskan memang untuk mendalami dari apa yang dipelajari. Mendalami, mencermati dan meneliti adalah konsep yang bagus dalam proses tersebut. namun, disamping demikian, bukan berarti kita juga mengabaikan paggilan Mulia itu.
Pada kenyataannya, dapat dilihat bahwa sudah banyak para Dosen yang intelektualnya sangat cakap dan mapan dalam berifikir. sehingga tahu betul apa yang harus ia lakukan ketika Adzan sudah memanggil. Bahkan tidak hanya itu, ia menekankan para mahasiswanya sesegera mungkin untuk menuju masjid dan memenuhi sumber panggilan tersebut. baik yang di sampaikan didalam ruangan, bahkan dimimbar-mimbar Masjid kampus (Fathun Qarib) sekalipun, untuk sesegera mungkin dalam mendapatkan shalat sunnah sebelum shalat Dzuhur dimulai.
Sebagai umat Muhammad yang beruntung, apa salahnya jika kita mulai dari sekarang, dengan meridhai diri dari setipa sisi langkah yang akan kita kerjakan terutama saat Adzan berkumandang. membiasakan diri untuk tertib dan tepat waktu. Dengan membiasakan diri pada tempat yang baik tentu kedepannya juga akan terbiasa dalam waktu apapun. Tidak hanya itu, babukankah shalat ditepat waktu, berjamaah bersama, lebih besar pahalanya dibanding shalat fardhu sendiri-sendiri?.
Pimpinan Pondok Pesantren Tgk Chiek Oemardiyan Indrapuri, Aceh Besar gk. H. Fakhruddin Lahmuddin S.Ag M.Pd meyampaikan dalam kultumnya di masjid Fathun Qarib Rabu, 2 November 2016 lalu, bahwa “kalau kita tahu, pahala shalat berjamaah lebih banyak nilainya 27 derajat, dibanding sendiri-sendiri hanya 1 Derajat. lalu yang menjadi pertanyaannya ialah kenapa kita masih juga memilih shalat Fardhu sendiri-sendiri dibanding shalat berjamaah, sedangkan shalat berjamaah lebih tinggi nilainya!?” tegasnya. Semua orang tercengang dengan kata tersebut.
Kita tahu, shalat adalah kewajiban, dan adzan adalah panggilan mulia. mumpung semasih ada waktu dan banyak kesempatan, apa salahnya kita mengalihkan dan membenahi diri lebih awal lagi!. Semasih ada 5 masa (kesempatan) yang kita punya sebelum datang 5 masa yang menghampiri kita?.
Sebelum masa ke-5 nya datang menghampiri, maka lebih baik kita menyadari dan mendekatkan diri kepadanya. Dan Bagaimana jika andaikan saja Allah mengunci hati kita sepenuhnya hingga tidak ada lagi celah untuk dibuka-Nya pintu taubat? dan Dia tidak memberikan kesempatan untuk menyembah-Nya lagi? Lalu apa yang akan kita lakukan?. Seperti yang kita ketahui, dunia ini hanya milik-Nya semata dan dunia ini hanya kehidupan sementara, senda gurau dan main-mainan saja (Lihat Q. S. Al-Ankabut[29]:64)? Wallahu ‘Alam Bissawaf
Bukankah sudah ada contoh-contoh yang sudah dijanjikan oleh Al-Qur’an terhadap umat terdahulu yang pernah hidup juga dialam yang sama, bahwa umat yang terdahulu tidak akan bisa kembali lagi kedunia dan bahkan dibumi hanguskan oleh Allah?. kesadaran Umat terdahulu menjadi contoh bagi umat akhir zaman sekrang ini.
Akhir kata, semoga ketika panggilan suara Adzan berkumandang dan bernaung menyeru, alangkah baiknya segala aktifitas, pekerjaan, dan lain sebagainya dapat sejenak ditinggalkan dan segera memenuhi panggilan mulia itu. Seperti yang sudah diketahui dan sudah lewat bahwa hari-hari yang dilewati tidak akan kembali lagi. Dan tidak asing lagi dalam kehidupan kita, bahkan sering dirasakan bahwa penyesalan memang tidak datang diawal sebuah kejadian, diawal perkara, perbuatan, melainkan mutlak diakhir masa. Semoga dapat bermanfaat. [RN]
*Penulis Mahasiwa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Ar-raniry Banda Aceh