Tetesan Cinta Hanya Sebatas Mimpi

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

husaini“Wanita ibarat mutiara yang harus dijaga, wanita permatanya permata”
Tiada yang membantah kecantikan seorang wanita jika mempunyai perawakan yang lembut serta disempurnakan dengan warna kulit yang sejuk dipandang mata dikolaborasikan dengan jillbab panjang membuat kaum adam tersengat hatinya untuk bisa memilikinya.

Senyuman dan matanya penuh pesona mampu menjaga kehormatannya melengkapi kesempurnaan sebagai sosok wanita yang anggun dan mutiara yang paling mahal serta mencari cintanya hanya karena Allah.

Wanita seperti inilah ibarat mutiara yang harus dijaga, bersamanya kaum laki-laki akan mendapatkan ketenangan dan darinya juga muncul energi positif yang bermanfaat berupa rasa kasih sayang dan motivasi hidup.

Wanita itu begitu anggun dan indah dipandang mata karena kecantikan alami yang ia miliki tapi bukan karena itu yang menyebabkan seseorang bisa suka dan cinta kepada wanita itu lantaran sinar keimanannya lah yang menyebabkan hati begitu bergetar dan mendambakan menjadi pendamping hidup, seperti yang dinyanyikan oleh bang haji (Rhoma Irama) “Dibalik kerudung wajahmu bersembunyi, kau cantik alami anugerah Ilahi tapi bukan karena itu aku cinta padamu juga bukan karena itu aku sayang padamu, kau hiasi diri dengan budi pekerti, kau hambakan diri kehadirat Ilahi, itulah yang menyebabkan aku cinta padamu, itulah yang menyebabkan aku sayang padamu.”

Laki-laki mana yang tak terpesona kawan dengan wanita seperti itu, hanya saja terkadang kita tidak bisa mendekatinya. Apalagi bagi laki-laki yang mempunyai berbagai macam masalah dalam kehidupannya. Terbesit dalam hati, ketika seorang laki-laki yang mempunyai masalah dalam hidupnya ingin mendapatkan wanita seperti diatas untuk bisa membangkitkan dan memotivasi hidupnya sehingga bangkit dari keterpurukan dalam artian cinta dalam makna positif. Karena cinta dalam makna positif bisa mendatangkan keindahan memberi energi atau semangat dalam berjuang dan cinta itu selalu membawa resiko dalam bentuk pengorbanan kata (Alm) K.H Zainuddin Mz dalam pidatonya.

Tapi apalah daya, terkadang sebuah perasaan yang diungkapkan dari hati tak terbalas dengan senyuman namun inilah sebuah skenario yang harus diterima dalam kisah cinta karena walau bagaimanapun untuk menyatakan cinta itu lebih penting dari mendapatkan cinta itu sendiri. Tetapi berani menyatakan cinta dan mendapatkannya adalah sesuatu yang istimewa dalam hidup.

Cinta itu memang dahsyat, ia dapat menjadi obat bagi yang sedang merana atau menjadi pelipur lara, namun tak tanggung-tanggung ia juga dapat menjadi sumber petaka, membuat pecandunya jadi gila, bahkan menjadi musyahid cinta (mati karena cinta), seperti yang dirasakan oleh Ridho kepada Seorang mahasiswi yang bernama Nisa. Nisa adalah seorang mahasiswi teladan, aktivis yang sosoknya terkenal dan menjadi idaman hampir semua mahasiswa. Ridho mempersembahkan cinta sejatinya kepada Nisa. Sayang, Nisa tak menyambutnya. (Novel Musyahid Cinta, Penulis Aguk Irawan MN).

Cinta bisa menjadi obat pelipur lara namun cinta juga bisa menjadi masalah dalam hidup jika cinta itu tak terbalas sehingga berujung pada kematian seperti yang dilami Ridho dalam novel Musyahid Cinta, ia terbunuh ditangan cinta.

Ah, mati karena cinta mungkin karena terlalu cinta kepada seseorang yang dicintai namun bagi yang masih memiliki akal yang jernih tak perlulah mengakhiri hidup karena cinta. Biarlah tetesan cinta yang lahir dari hati hanya sebatas mimpi, biarlah nama dan wajahnya terlukis dalam hati karena wanita seperti diatas tak bisa dijangkau lantaran wanita seperti itu begitu sempurna hanya orang-orang yang sempurna juga untuk bisa memilikinya. Seperti yang dialami oleh Zainuddin kepada Hayati dalam novel Tenggelamnya Kapal van Derwijck, kandasnya cinta Zainuddin kepada hayati bukan berarti cita-cita Zainuddin juga berhenti; dalam tulisan sebelumnya penulis telah menguraikan masalah tersebut dan telah dipublish dimedia ini dengan judul (Hilang Cinta bukan Berarti Hilang Cita-Cita).

Di malam yang sunyi ini ditemani dengan secangkir kopi Gayo, mengakhiri tulisan dengan goresan pena bertintakan kemilaunya permata.
Seputih kain sutra
Sesuci kain mukena
Sebening embun pagi
Ada tetesan cinta
Hanya saja tetesan cinta
Sebatas Mimpi
(HM_Algayoni, 1 November 2016)

*Penulis: Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam, Alumni Ponpes Nurul Islam Belang Rakal, Bener Meriah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.