Oleh Junaidi A.D
Beberapa asal kata bahasa Gayo banyak yang mengandung makna agama, adat dan budaya Betapa tidak, apa yang disampaikan menjadi kenyataan, apa yang di yakini pasti akan terjadi. Keyakinan itulah banyak istilah-istilah gayo yang secara tindak langsung merangkai pesan-pesan penting menjadi sebuah teori ataupun filsafatnya.
“Beloh sara loloten, mewen sara tamunen“, (Pergi bersama-sama, berkumpul satu rumpunan) kurang lebih demikian tafsirannya. kata ini menjadi salah satu simbol dari orang-orang gayo yang hendak meninggalkan kampung halaman menuju negeri orang lain atau menjajakinya.
Pasalnya di mana ada orang gayo sudah pasti disana banyak cerita menarik bila dikaji dalam kekeluargaan yang dulu pernah menginjakkan kaki dan tinggal bersama-sama.
Hari ini semangat nan demikian itu dapat ditemui disekeliling kita terlebih dipekarangan mahasiswa. sebagai generasi penerus perkumpulan serta ikatan-ikatan kekeluargaan sangat penting untuk dilestarikan dalam jangka waktu yang sangat panjang hingga akhir masa.
Menariknya lagi jikalau berbicara kekeluargaan dalam etnis gayo pasti tidak terlepas dari berakah, sene, cerite, kedek, mulawi, (gayo: red). Juga tidak terlepas dari kekompakan, persatuan, susah sama-sama susah, serta menariknya ialah semua sifat-sifat itu ibarat bagai keluarga sendiri walau hanya dipisahkan oleh kampung yang berbeda di gayo.
Itulah keluarga gayo yang sebenarnya, sehingga para-para pemikir gayo (masyarakat cerdas) sering manyampaikan kata-kata ilmiahnya dengan “beloh sara loloten mewen sara tamunen”. Karna memang fakta dan bukti kenyataan sehingga wajar karna sifat orang gayo sangat tinggi nilainya dalam kekeluargaan.
Kekeluargaan merupakan bagian dari tali silaturrahmi yang sangat dianjurkan dalam islam untuk di jaga dan di pelihara sebaik-baik mungkin. Sebab ulama dan umara juga mengapresiasikan kerukunannya serta mempengaruhi pada generasi selanjutnya.
Agama dan Adat budaya menjadi salah satu potensi dalam islam, sebab tanpa agama dan budaya tidak pernah tersambung tali penghubung silaturrahmi.
Banyaknya Organisasi-organisasi yang ada di kampus khususnya, memerankan hal kekeluargaan dan melestarikan sebuah makna dan derajat yang tinggi nilainya. Karena didalamnya menyimpulkan kerukunan akan sanak saudara yang kebetulan tinggal bersama-sama di lingkup orang lain tanpa keberadaan orang tua.
Kesatuan dan persatuan akan senantiasa terjalin kuat semasih diantara manusia itu mengerti apa yang akan menjadi prioritas generasi kedepannya salah satunya dengan berorganisasi atau gabung dalam sebuah paguyuban.
Biasanya, orang tua yang sering kali menyampaikan amanah kepada anak-anaknya saat pergi merantau untuk menuntut ilmu, supaya tidak mengikuti sebuah wadah organisasi. Karna dapat menghambat alur pendidikan yang sedang ditempuh.
Pada hakikatnya, organisasi adalah bagian dari lingkup pendidikan, hanya saja diluar lembaga yang resmi dari aparatur pemerintahan atau negara. Sebab ia juga mengajarakan pendidikan, ilmu, menambahkan cakrawala atau khasanah dalam berbagai bentuk teknik dan sajian.
Sebagai mahasiswa yang bergerak dalam ilmu pendidikan sudah pasti adanya akan dibutuhkan oleh masyarakat saat berada di kampung halaman, yang paling utama di cari dalam acara ataupun keperluan masyarakat adalah mahasiswa yang bersinergik yang berani berdiri didepan banyak orang (publik speaking), atau berhadapan dwngan masyarakat kampung. Terutama Para Ulama dan Umara.
Seyogyanya tidak mempunyai wawasan dalam organisasi yang bergerak dalam lingkup sosial, tentu akan menjadi pembicaraan orang banyak dan menjadi bahan kajian ulangan masyarakat.
Pendidikan dan organisasi sangat berbeda tempat dengan kondisi dan keadaan, keduanya saling membutuhkan. Banyak orang yang berbicara bahwa pendidikan didalam kampus itu hanya membawa satu keuntungan saja, sedangkan diluar kampus akan ada dua manfaat yang dapat di raih dan dicerna yakni ilmu pendidikan dan kesosialan.
Organisasi adalah bagian dari sifat mulia, karna bentuk dari kekeluargaan. Sedangkan kekeluargaan terbentuk dari persatuan jiwa manusia, sedang persatuan adalah kewajiban bagi umat Islam untuk senantiasa menjaganya karena bagian dari perintah-Nya Allah SWT.[]
*Mahasiswa semester 7 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh