Cabup Aceh Tengah ini Peduli Kuda Gayo?

oleh

FB_IMG_1472450745781

ALAMSYAH Mahmud Gayo, sang calon bupati Aceh Tengah di Pilkada 2017 bisa dikatakan sebagai Cabup yang paling pinter memanfaatkan momen hiburan rakyat pacu kuda tradisional Gayo dalam memeriahkan HUT RI ke-71 tahun 2016 di lapangan H. Muhammad Hasan Gayo Belang Babangka Pegasing Aceh Tengah, 22-28 Agustus 2016 lalu.

Namanya paling sering disebut-sebut di 2 hari terakhir even tersebut melalui pengeras suara milik panitia.

Bukan karena dia mensponsori even tersebut seperti halnya saat menggelar pacu kuda tradisional Gayo di Pante Menye Bintang, Kamis 7 Juli 2016 lalu dimana sponsor utamanya disebut-sebut Alamsyah Mahmud Gayo (baca : Alamsyah Mahmud Gayo Buka Pacuan Kuda, Adu Perahu dan Didong di Pante Menye).

Bukan juga karena telah membayar sang juru panggil kuda yang akan berpacu di even yang dibiayai hampir 100 persen dari APBK Aceh Tengah. Namun dikarenakan dialah sebagai pemilik kuda atau atas nama pemilik kuda yang dipastikan sudah dipilihnya lebih dulu kuda-kuda pilihan yang punya kans untuk juara alias beker (sebutan untuk kuda juara, baca : Sejarah Pacu Kuda Gayo).

Saat race di hari-hari pertama di babak penyisihan, Selasa Agustus 2016 nama Alamsyah Mahmud Gayo hanya untuk 1 ekor kuda saja. Begitu juga di hari berikutnya, Rabu dan Kamis 24 dan 25 Agustus 2016 hanya 1 ekor yang diumumkan sebagai milik atau atasnama Alamsyah Mahmud Gayo.

Situasi berubah drastis di semifinal, Sabtu 27 Agustus 2016, kuda-kuda pacu dengan nama pemilik atasnama Alamsyah Mahmud Gayo meningkat tajam, hingga 16 ekor kuda.

Dan akhirnya di babak final yang memperebutkan hadiah uang sebesar Rp.299 juta tersebut, kuda-kuda pacu atasnama Alamsyah Mahmud Gayo berjumlah 9 ekor kuda dengan raihan prestasi bervariasi dari juara 1 hingga juara 4.

Dengan tidak mengulas apakah pemilik kuda-kuda atasnama pasangan dari calon wakil Bupati Anda Suhada tersebut menerima cost khusus untuk kondisi ini atau dengan sukarela, nama Alamsyah Mahmud Gayo tentu sangat familier setidaknya untuk 2 hari terakhir even tersebut. Terlebih dikalangan para pemilik dan pecinta kuda pacu Gayo.

rps20160904_061323_874

Alamsyah berhasil memanfaatkan peluang ini dengan sangat baik. Dan efek lainnya tentu banyak kalangan yang menyimpulkan jika mantan pejabat teras di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta ini adalah sosok calon bupati yang paling peduli terhadap pesta rakyat. Mudah-mudahan benar dan jika terpilih mau dan mampu membenahi keamburadulan perhelatan 2 kali setahun ini.

Ada kecerdasan dalam menaikkan populeraritas yang tentunya menjadi gerbang naiknya elektabilitas menyongsong Pilkada.

Kejelian memanfaatkan momen ini, suka tidak suka harus diwanti-wanti pasangan kandidat lain. Prediksi kami, bakalan ada manuver politik lainnya yang akan dilakukan Alamsyah Mahmud Gayo, seperti halnya manuver hebat yang dilakukan pasangan calon bupati-wakil bupati Bener Meriah, Ahmadi dan Syarkawi yang bikin kaget perpolitikan di Gayo. (baca : Ahmadi-Syarkawi Sebagai Paslon Bupati-Wabup Bener Meriah).

Hari H pemilihan masih beberapa bulan lagi, rencananya 15 Februari 2017. Dalam beberapa kesempatan bertanya kepada masyarakat apakah sudah punya pilihan, cukup signifikan yang menyatakan masih mikir-mikir alias belum punya pilihan. Ditanya kenapa? Mereka menjawab sepertinya belum ada yang “beda”.

Tidak salah pendapat mereka karena zaman sekarang informasi sedemikian mudah didapat. Mungkin mereka pasang standar seperti gaya beda kepemimpinan Walikota Bandung Ridwan Kamil, Walikota Surabaya Tri Rismaharini atau bahkan Gubernur DKI Jakarta Ahok.

Pertanyaan sederhana, diantara kandidat bupati Aceh Tengah siapakah yang paling faham dan mampu mengurusi perkopian Gayo. Mudah menjawabnya, belum ada, alasannya juga mudah diucapkan, rekam jejak para calon itu zonk dalam urusan kopi.

Pertanyaan lain, siapakah yang mampu memajukan pendidikan Gayo. Jawabnya menurut kami juga sama, belum ada. Ya memang belum ada karena lagi-lagi soal rekam jejak para kandidat soal pendidikan yang masih zonk. Salahsatu indikator sederhana lemahnya pendidikan adalah saat Ujian Nasional (UN) yang sudah rahasia umum ada perilaku curang dilakoni sejumlah oknum sekolah yang tidak percaya diri jika sang muridnya bisa menjawab soal UN.

Belum lagi ditanya sederetan pertanyaan lain semisal urusan lingkungan danau Lut Tawar, budaya, wisata, olahraga dan lain sebagainya. Jawabannya zonk walau ada yang sudah beretorika tentang beberapa urusan yang mesti ditangani di Aceh Tengah.

Masalahnya kenapa jawabannya zonk? Tentu karena belum ada aksi nyatanya.

Selain jawaban zonk, ada jawaban yang lebih kasar, hari ini dan kemarin dia dimana? Mudah difahami, masyarakat justru mempertanyakan saat yang bersangkutan punya kapasitas, harusnya berbuat untuk merubah situasi lebih baik.

Tulisan ini bukan sebagai bentuk dukungan untuk Alamsyah Mahmud Gayo, namun lebih untuk mengingatkan para kandidat lain agar lebih kreatif dan jeli menaikkan elektabilitas, bukan sekedar pajang foto dimana-mana yang terkadang mengabaikan estetika dan keamanan pengguna jalan dengan pajang spanduk melintang ditengah jalan.

Penilaian kami, ada politik kalang kabut dari para kandidat. Contoh sederhananya dari baground warna poster yang dipajang kerap berubah. Ini bisa jadi indikator tidak matangnya strategi pemenangan. Tidak siap bermain, tidak siap kalah, bagaimana pula nanti saat terpilih menjadi pemimpin, tidak siap menang.

Sekilas gambaran kebosanan masyarakat terhadap calon pemimpin adalah besarnya angka swing voters alias pemilih mengambang yang konon katanya mencapai 30 persen. Kita tunggu siapa yang berhasil merebut hati pemilih model ini. (Red)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.