Catatan : Fathan Muhammad Taufiq
Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 tahun 2016 ini, juga di isi dengan acara Resepsi pada malam harinya. Ini terjadi di semua daerah termasuk di Dataran Tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah pada tanggal 17 Agustus 2016 yang lalu. Bertempat di Gedung Olah Seni Takengon, acara resepsi yang dibuka oleh Bupati, Ir. H. Nasaruddin, MM dan dihadiri segenap unsure pimpinan daerah seperti Komandan Kodim 0106 Aceh Tengah, Kapolres 107 Aceh Tengah, Ketua DPRK Aceh Tengah, Ketua Majlis Permusyawaratan Ulama, Ketua Pengadilan Negeri, Kepala Kejaksaan Negeri dan para pimpinan Satua Kerja Perangkat Kabupaten Aceh Tengah ini berlangsung semarak dengah selingan berbagai atraksi kesenian dari putra putri terbaik Gayo.
Sesuatu yang sering ditunggu-tunggu banyak orang dalam resepsi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI setiap tahunnya adalah pemberian penghargaan kepada putra putrid berprestasi yang sudah menyumbangkan karyanya untuk Gayo. Mulai dari pasukan Paskibra, Siswa-siswi dan Guru Berprestasi, Dokter dan tenaga medis berprestasi sampai kepada para veteran pejuang kemerdekaan. Kalau ada yang agak “istimewa”, dari pemberian penghargaan dari Bupati Aceh Tengah tahun ini, adalah penghargaan pada tahun ini juga diberikan kepada para insan pers dan awak media yang ada di Dataran Tinggi Gayo. Sepertinya pemerintah daerah mulai menyadari peran penting dari keberadaan media ini untuk mendukung pembangunan di kabupaten berhawa sejuk dengan panorama alam yang sangat indah ini.
Bersama awak media baik media online maupun media cetak yang ada di Kabupaten Aceh Tengah, kebetulan saya ikut “nyelip” mendapat undangan untuk menerima penghrgaan tersebut. Alhamdulillah, pemerintah daerah mulai memberikan apresiasi kepada media, semua pengelola media yang ada di kabupaten ini menerima penghargaan dari orang nomor satu di kabupaten ini. Sejak aktif menulis, saya memang mulai banyak kenal dengan para awak media itu, itulah sebabnya saya ikut bangga ketika kiprah teman-teman media mendapat apresiasi.
Meski bukan sesuatu yang mesti dibanggakan, namun ada secuil kebahagiaan, saat namaku juga dipanggil untuk menerima salah satu penghargaan itu. Ya, meski satatusku hanyalah penulis lepas dan kontributor di beberapa media, selembar piagam itu mungkin bisa jadi bukti eksistensiku dalam menulis. Lebih dari 500 artikel dan berita yang telah kutulis di berbagai media serta sebuah buku tentang kiprah para penyuluh pertanian yang sudah saya terbitkan, mungkin yang menjadi pertimbangan pemerintah kabupaten untuk memberikan salah satu penghargaan itu kepada saya, padahal saya sendiri sampai saat ini belum “pede” untuk menyebut diri sebagai seorang penulis.
Saya sendiri sebenarnya lebih pede untuk menyebut diri saya sebagai seorang kontributor, dan salah satu media yang terus setia “menampung” tulisan-tulisanku, adalah Media Online LintasGayo.co dan Tabloid Lintas GAYO, karena boleh dibilang saya belajar menulis di media yang berada dibawah pimpinan redaksi Khalisuddin ini. Di LG.co pula, kemudian saya banyak belajar dari para penulis-penulis senior yang sudah punya “jam terbang” panjang seperti Khalisuddin, Darmawan Masri, Mahbub Fauzi, Jamhuri “Ungel”, Jauhari “Joe” Samalanga, Win Wan Nur, Syaiful Hadi dan tentu saja guru saya pak Muhammad Syukri serta masih banyak lagi penulis senior lainnya dibandingkan dengan nama-nama “besar” itu, tentu saja saya belum ada apa-apanya, tapi beliau-beliau ini pulalah yang selalu memberikan motivasi kepada saya untuk terus menulis dan berkiprah di media, Itu yang membuat saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari media online terkemuka di Tanah Gayo dan Aceh ini, karena selain menulis, saya juga bisa banyak belajar disana.
Kalaupun ada yang membuat saya terlihat “berbeda” dengan para penulis lainnya, mungkin karena saya agak fokus menulis tentang pertanian, penyuluhan dan ketahanan pangan, sebuah “dunia” yang selama ini melingkupi kehidupan saya. Ya, meski saya belum berani menyebut diri sebagai seorang penulis, tapi penghargaan sebagai “Penulis Produkstif Di Bidang Penyuluhan Pertanian” yang diberikan oleh pemerintah kabupaten Aceh Tengah pada malam itu, setidaknya bisa jadi motivasi bagi saya untuk terus menulis dan menulis, dan secara perlahan terus berusaha meningkatkan kualitas dari tulisan-tulisan saya. Kalaupun kemudian ada terselip sedikit rasa bangga atas penghargaan itu, tak lebih hanya sebuah ekspresi kebahagiaan saya karena karya saya yang mungkin belum seberapa selama ini, ada yang mengapresiasi.
Tak hanya kepada pemerintah kabupaten Aceh Tengah saja saya harus berterima kasih atas penghargaan ini, rasa terima kasih yang tidak terhingga juga layak saya persembahkan buat media online LintasGayo.co dan media cetak yang selama ini juga sudah “mewadahi” tulisan-tulisan saya.
Selembar piagam mungkin tak berarti apa-apa, namun bagi penulis “pemula” seperti saya, penghargaan itu sudah merupakan sesuatu kejutan yang luar biasa, karena ketika saya mulai aktif kembali menulis, penghargaan seperti itu tidak pernah terbayang di benak saya. Rasa haru juga begitu saya rasakan ketika istri dan anak-anakku juga ikut merasa bangga dengan apa yang telah dicapai oleh suami dan ayah mereka, itu mungkin yang membuat penghargaan ini begitu berkesan, karena mereka adalah bagian terpenting dari hidup saya.
Mungkin ini juga bisa jadi motivasi bagi mereka untuk mengikuti “jejak” saya, karena tanda-tanda ke arah itu memang sudah mulai terlihat. Putra sulungku sudah menerbitkan beberapa antologi bersama teman-temannya, isteriku yang seorang guru Taman Kanak Kanak, belakangan juga mulai tertarik untuk belajar menulis dan saat ini sedang merampungkan novel pertamanya, begitu juga dengan putri kedua dan putri bungsuku, sering saya lihat mulai hobi mencoret-coret bukunya untuk membuat puisi. Meski bukan cita-citaku, tapi saya tentu akan merasa bahagia jika keluargaku suatu saat menjelma sebagai “keluarga penulis”.[]