Di Usia Senja, Aman Jus Masih Semangat Bercerita Radio Rimba Raya

oleh

Catatan : Darmawan Masri*

Saksi Sejarah Radio Rimba Raya Aman Jus

Tubuh mungil Reje Mude Tukiran aman Jus tampak lunglai, saat saya bersama Kabag Humas dan Protokoler Setdakab Bener Meriah, Irmansyah, dan dua rekan lainnya mengunjungi kediamannya beberapa waktu lalu di Kampung Rime Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.

Sosok yang ku kenal beberapa tahun silam, saat bersama menghadiri undangan dari Pemkab Bireuen memutar film dokumenter sejarah perjuangan Radio Rimba Raya (RRR), kami tak hanya berdua melainkan diajak oleh sang sutradara film tersebut Ikmal Gopi.

Saat itu 15 Oktober 2011, merupakan kali pertama berjumpa dengan saksi sejarah bagaimana RRR mengumandangkan bahwa Indonesia masih ada. Dari rentang tahun itu, saya kembali berjumpa dengannya pada tahun 2016 menjelang HUT ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Ku lihat, wajahnya tak berubah. Awalnya aku menyapa, dengan penghilatan yang sedikit memudar di usia yang tak muda lagi, akhirnya Aman Jus mengingat saya.

“Eleh.. pak guru rupen ne keber,” kata Aman Jus berbahasa Gayo menanyakan kabar saya, sambil kami bersalaman dan memeluknya.

Irmansyah Kabag Humas BM dan Aman JusKedatangan kami ke rumah sederhana itu, adalah dalam rangka ajakan dari Pemkab Bener Meriah menghadiri serangkaian kegiatan peringatan hari bersejarah bangsa ini.

Aman Jus yang hanya tinggal berdua dengan sang istri menyuguhkan kami kopi khas Gayo. Beliau mulai membuka cerita, menanyakan maksud kedatangan kami. Usai dijelaskan, dua rekan lainnya yang juga berprofesi sebagai jurnalis di sebuah TV Nasional, ingin mendengarkan kesaksian aman Jus melihat bagaimana Tentara RR yang betugas mengabarkan lewat radio.

Spontan, semangat Aman Jus bangkit. Padahal, sehari sebelum kedatangan kami kesana, beliau baru saja pulang usai di rawat selama 5 hari di Puskesmas terdekat lantaran tekanan darah tinggi dan penyakit lambung yang di deritanya.

Walau baru sekali bertemu dengan aman Jus pada 2011 silam, tapi karakternya banyak ku ketahui. Cerita RRR selalu membekas dalam pikirannya.

(Baca juga : Membuka Catatan Lama, Semalam Bersama Aman Jus di Meuligoe Bireuen)

Aman Jus dan IrmansyahSosok yang selalu bersemangat ketika ditanya sejarah RRR. Aman Jus yang merupakan saksi kunci bagaimana gagahnya radio tersebut mengudara menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada, membantah propanganda Belanda yang berkeinginan menjajah lagi, lewat radio Hilversum.

RRR merupakan benteng terakhir Republik Indonesia, saat Agresi Militer Belanda II, 19 Desember 1948 dan saat itu Belanda telah menguasai ibu kota pemerintahan Indonesia. Belanda mengumumkan lewat radio Hilversum (milik Belanda) kepada dunia, bahwa Negara Indonesia tidak ada lagi, sementara Presiden dan Wakil Presiden pada saat itu telah diculik Belanda guna mempropaganda negara-negara yang termasuk ke dalam Dewan Keamanan PBB bahwa Indonesia itu sudah tidak ada lagi.

Tapi dengan suara yang sayup tapi lantang dari Dataran Tinggi Tanah Gayo, Radio Rimba Raya mematahkan pemberitaan itu dan mengatakan bahwa Indonesia masih ada. Siaran itu dapat ditangkap jelas oleh sejumlah radio di Semenanjung Melayu (Malaysia), Singapura, Saigon (Vietnam), Manila (Filipina) bahkan Australia dan Eropa. Saat itu, aman Jus masih berusia 8 tahun.

(Baca Juga : Saksi Sejarah Radio Rimba Raya ini Terharu, ada apa?)

Dalam benaknya, selalu mengingatkan bahwa eksistensi RRR bukanlah sebuah dogeng yang ceritanya antara ada dan tiada. RRR dengan gagahnya membantah propaganda Belanda. Raut mukanya selalu memerah saat ditanya benar atau tidak radio tersebut ada di rerimbunan hutan Rime Raya.

Diusia senja, aman Jus masih bersemangat bercerita RRR. Walau baru di rawat di Puskesmas, seolah energi positif menghampirinya, dan bersedia kami ajak ke tugu Rimba Raya, dimana letaknya tak jauh dari kediaman mungilnya.

Terharu diajak mengikuti Peringatan HUT RI

Reje Mude Tukiran Aman Jus dan Kabag Humas Bener Meriah Irmansyah, S.STPWalau dinyatakan sebagai saksi sejarah, ternyata aman Jus tak pernah diundang menghadiri upacara dan kegiatan lainnya yang digelar pemerintah pada saat HUT RI. Ajakan, Irmansyah yang ditunjuk sebagai ketua seksi acara, malam resepsi peringatan HUT RI tahun 2016, membuat Aman Jus terharu.

Tak hanya sebagai undangan biasa, nantinya aman Jus bersama Ikmal Gopi akan diberi ruang menceritakan kepada undangan lain bagaimana eksistensi radio tersebut dan peran tanoh Gayo dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa yang kita cintai ini.

Seperti apa yang pernah dikatakan faunding father bangsa Indonesia, Soekarno dengan kata yang selalu di ucapkan, Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah), karena sejarah adalah aset penting dalam semua aspek termasuk berdirinya sebuah bangsa. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.