Catatan Mulkan Kautsar*
Sebuah kebanggaan bagi saya bisa menjadi bagian dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan 2016. Bertempat di provinsi Kepulauan Riau, Universitas Maritim Raja Ali Haji menjadi tuan rumah kegiatan akbar ini.
Lebih dari 600 mahasiswa yang berasal dari 44 universitas ikut andil untuk membangun Indonesia dari wilayah Kepulauan Riau. Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai salah satu kampus ternama di Aceh ikut mengirimkan 15 mahasiswa dari berbagai bidang ilmu.
Saya ditempatkan di Desa Tanjung Batu Kecil, Kabupaten Karimun. Desa ini merupakan satu dari dua desa yang terletak di Pulau Gunung Papan, Kecamatan Buru. Saya harus berpisah dari mahasiswa asal Aceh lainnya yang tersebar di Kabupaten Bintan, Kota Batam, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Karimun.
Akses ke Desa ini harus menempuh transportasi laut dari Tanjung Pinang ke Tanjung Balai Karimun selama 3 jam dan dilanjutkan ke pelabuhan kecil di Tanjung Batu Kecil selama 1 jam. Akses internet sangat sulit dikarenakan kami harus ke pelabuhan dahulu jika mau mengaksesnya atau ke desa tetangga. Masyarakat di desa juga harus menikmati listrik yang seadanya dari tenaga surya yang hanya 60 watt di setiap rumah. Dengan kondisi yang demikian membuat listrik hanya dihidupkan dari jam 17.00-23.00.
Disini saya bertemu dengan seseorang yang pernah menetap di Aceh selama setahun dan bisa sedikit berbahasa Aceh. Ada yang membuat saya bangga menjadi orang Aceh dikarenakan masyarakat disini memiliki pandangan yang unik.
Mereka menggambarkan orang Aceh memiliki wajah perpaduan Melayu dengan Arab atau India. Pandangan seperti ini juga saya dapatkan dari teman teman lainnya yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Saya tidak terkejut ketika mereka menanyakan mengenai tsunami, konflik, syariat islam, bahasa, dan sejarah di Aceh yang sangat terkenal. Saya hanya terkejut ketika orang orang bertanya mengenai ganja yang bahkan saya sendiri belum pernah melihatnya.
Hal yang paling menarik adalah semua orang bertanya kepada saya “Apakah kamu pernah terkena tsunami?”, “Apakah kamu korban konflik di Aceh?”, atau “Apakah kamu pernah melihat ganja?”.
Pertanyaan yang menarik untuk dijawab tetapi saya jauh lebih ingin menceritakan mengenai kopi Gayo, tari Saman, kesultanan Aceh, kehebatan bangsa Aceh dan lagu daerah yang ternyata banyak dari mereka yang mengetahuinya. Saya bangga menjadi orang Aceh dengan segala cerita positif dan negatifnya. Saya berharap bisa memperkenalkan karakter masyarakat Aceh di desa Tanjung Batu Kecil melalui KKN Kebangsaan yang saya jalani dari 25 juli-25 agustus 2016.[]
*Mahasiswa Ilmu Tanah Universitas Syiah Kuala





