H M. Ali Djadun Ulama Ton Mungune

oleh
Tgk. H. M. Ali Jadun dan Tgk.H. Arifin Hasan. Doc. Salman Yoga S dari arsip pribadi Tgk. H. Arifin Hasan

Catatan Salman Yoga S

Tgk. H. M. Ali Jadun dan Tgk.H. Arifin Hasan. Doc. Salman Yoga S dari arsip pribadi Tgk. H. Arifin Hasan
Tgk. H. M. Ali Jadun dan Tgk.H. Arifin Hasan. Doc. Salman Yoga S dari arsip pribadi Tgk. H. Arifin Hasan

LEBIH dari satu dasar warsa saya menelusuri sejumlah kepingan sejarah Gayo mulai dari kolonialisme, sejarah pendidikan modren, pembaharuan Islam, gerakan Darul Islam (DT/II), Aceh Merdeka (AM), organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah yang berbasis Islam hingga nama-nama sejumlah tempat dan biografi para ulama di tanah Gayo.

Dalam rentang itu banyak kesulitan yang saya hadapi terkait referensi dan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyah dan moral, dan ini nyaris membuat saya putus asa.

Terlebih euforia dan bulliying sejarah Gayo menjadi dua hal yang sangat membuat siapa saja harus berani, berani untuk menampilkan hal-hal yang selama ini belum pernah muncul kepermukaan dan dipertanyakan publik keakurasiannya.

Pada tanggal 29 Desember 2008 saya berkunjung secara khusus ke kediaman Tgk. H.M. Ali Djadun bersama Hj. Sufiah Inen Hafisah-Meriah di Pasar Pagi Lama Takengon. Bertatap muka, diskusi dan bertukar pikiran dengan ulama kharismaatik kelahiran tahun 1925 itu.

Secara moral dan agama saya berpikir inilah tempat saya bertanya dan mengklasifikasi sejumlah data, di tengah kemiskinan teks masa lalu Gayo.

Sekembali dari sana saya seperti menemukan metode penelitian yang “islami”, yang pernah diterapkan dan dilakukan selama puluhan tahun oleh perawi hadis Nabi Imam Bukhari, namun secara spesifik tidak saya temukan dalam metode penelitian kontemporer.

Setelah tanggal tersebut beberapakali masih sempat bertemu dengan bapak H.M. Ali Djadun dalam beberapa pertemuan baik formal di beberapa acara maupun di kediamannya.

Satu kalimat beliau yang saya ingat adalah; “tulis renye ike munurut ko benar, berconto kupara pemikir Islam. Kerna oya bagien ari dakwah den amalte, ling nijema gelah beta lagu dirié”, katanya.

Allahummagfirlahu, warhamhu, waafihi wagfuanhu Ama H.M. Ali Djadun, ulama ton mungune (tempat bertanya).[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.