Oleh :Yofiendi Indah Indainanto*
PECAHAN putihnya cinta tersebar dalam kasih sayang ketulusan. Tetesan keringat mengalir ketulusan cinta dalam hembusan angin menggoda. Cinta ini larut dalam dinginya hidup, dan panasnya pengharapan. Cinta yang lahir dari pengorbanan tiada tara, terik mentari terus menggoda agar bersembunyi dalam bayang hitam, cinta itu mengalahkanya.
Iya cinta ini sangat komplit ada secerca harapan dalam senyum kecilnya, ada tawa dalam sempurnanya . hingga bergegas merawat pecahan cinta itu dalam sebauh pohon. taburan senyum bahagia jelas terasa kalah kehidupanku berbunga putih, tumbuh sebuah biji hijau membesar, merah akir dari saripati pernapasan dalam tanah, hingga tangan munyil memetikmu dengan penuh tawa dan bahagia. Sepenggal cinta dari sebuah ketulusan merawat pohon kopi yang menghasilkan kopi terbaik dan penuh cinta. Awas baper
Cerita tentang kopi, selalu memberikan suguhan tentang kenikmatan hitam pait yang menggoda. Dalam kehidupan sehari-hari kopi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat baik masyarkat perkotaan, desa, moderen dan tradisional. Memasyarakat yub! Merupakan kata yang tepat untuk budaya kopi yang ada di Indonesia. mengopi sudah menjadi teradisi dan kebudayaan baru di tengah gemerlap dunia moderen. Cerita tentang kopi, memberikan sebuah seni kehidupan berbeda dari setiap peramu dan penikmat seperti dalam cerita filosofi kopi.
Dewi Lestari pernah mengarang tentang kenikmatan kopi, diceritakan seorang barista handal meramu kopi kemudian mendirikan sebuah kedai kopi yang disebut filosofi kopi temukan diri anda disini. Ben sang barista handal tersebut memberikan diskripsi singkat dari sebuah kopi yang dibuatnya dalam kedai tersebut. Hingga pada suatu hari seorang pria kaya menantang Ben untuk membuat kopi yang apabila orang meminumnya akan menahan nafas karena takjub dan cuman bisa bilang hidup ini sempurna dan ben berhasil membuatnya. pada suatu hari ada seorang penikmat kopi yang telah berkeliling Asia, kemudian mencoba kopi buatan Ben yang diberinama Ben’s Perfecto dan mengatakan bahwa rasa kopi hanya lumayan enak dibandingkan dengan kopi yang dicicipinya di suatu tempat di Jawa Tengah.
Ben dan Jody yang penasaran langsung mengunjungi lokasi dan menemukan secangkir kopi tiwus yang disugui warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody hanya diam saat menikmati kopi tersebut sembari menerima tuangan kopi tersebut. Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna dan ada cerita serta filosofi menarik kopi tersebut. Ben yang putus asa kembali ke Jakarta teman Ben yaitu Jody yang merasa prihatin dengan sahabatnya itu kembali menemui peramu kopi tersebut, sepulangnya dari lokasi tersebut Jody kembali kembali ke Jakarta dan menghidangkan secangkir kopi Tiwus dan memberikan sebuah kartu bertuliskan ”kopi yang anda minum adalah kopi tiwus, walaupun tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya”, hingga singkat ceritanya Ben pun mengakui mengambil jalan yang salah, dan menyadari hidup ini tidak ada yang sempurna.
Lalu apa yang menjadi poin plus dari cerita filosofi kopi selain cerita Ben dan Jody dan cerita tentang filosofi kehidupan didalamya. Akar dari penggerak cerita adalah tentang kopi Tiwus yabb Kopi Tiwus. Pertanyaan lalu muncul kenapa tidak kopi Gayo yang menjadi cerita menarik dalam kopi tersebut ?, lalu kenapa harus kopi Tiwus ?. tentu itu hak penulis sepenuhnya dalam mengambil alur cerita yang diangkat. Pak Seno sang peracik kopi Tiwus menceritakan kopi tiwus dai ambil dari kebunya sendiri dengan perawatan sepenuh hati dan tak kala penting berasal dari daerah ketinggian sama seperti dataran tinggi tanoh Gayo.
Harmonisasi dingin dengan tinggi merupakan sesuatu keselarasan yang membentuk satu cita rasa yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan meminum kopi, namun sekarang meminum kopi bukan hanya untuk menghangatkan badan belaka , melainkan sudah membudaya menjadi bagian dari kehidupan. yub tepat membudaya itu sudah menjadi realita bawah meminum kopi merupakan sesuatu angenda hidup yang tidak terpisahkan. Dalam ceritanya akan timbul rasa nikmat seduh, pengharapan pun muncul dalam hitamnya isi gelas.
Siapa yang tak kenal dengan kopi arabika dataran tinggi Gayo atau basa dikenal kopi Gayo. Ada sebuah cerita dari penulis yang dialami ketika berkunjung ke salah satu kota di jawa, menikmati secangkir kopi hitam. Saat itu penulis bertanya kepada peracik. Dengan penjelasanya dia mengatakan bahwa ini kopi arabika dari Aceh atau orang bilang ini kopi Aceh. Spontan penulis mengatakan itu kopi Gayo. Peracik bertanya kembali menaykan asal penulis, penulis mengatakan bawah di daerah asal biji kopi ini penulis ikut menaburkan cinta dalam sebuah pohon kopi. Lantas apa menariknya dari pengalaman itu ?,pengalaman ini tak berbeda dengan cerita filosofi kopi tadi. Kurangnya literasi media membuat kopi ini kurang mengalami perhatian siknifikan dari kalayak nampaknya pepatah bilang sapi punya susu, lembu punya nama benar terjadi dalam hal ini.
Di jaman era milinium membuat persebaran informasi kian merata dan cepat tak lagi membutuhkan waktu lama tatkala membutuhkan informasi untuk menunjang kehidupan. media masa tak lagi menjadi para pemiliki aktor penyebar berita profesional. Di jaman meda mainstream banyak media memanfatkan kemajuan teknologi guna mengembangkan informasi kepada kalayak secara cepat. Bagi masyarkat yang tidak mengikuti perkembangan akan dengan sendirinya termakan oleh jaman pada masa sekarang. Munculnya media baru seperti media online yang sebelumnya media dikuasai media cetak dan elektronik menambah daftar kemudahan mendapatkan informasi dengan mudah. Jika tidak mengambil peran itu maka dengan mudah kita kehilangan momentum. Cepatnya arus informasi membuat banyak informasi tersebar hingga kebingungan akan muncul. Antisipatif adalah langkah jitu dalam meredam informasi itu. penyebaran informasi tentang kopi Gayo harus menjadi perioritas warga Gayo guna ikut merasakan manfaat dari teknologi tersebut.
Penyebaran informasi merupakan solusi mudah dalam mengenalkan kopi ini ke khalayak, melalui media mainstream seperti media sosial, cetak, online, elektronik dan internet merupakan suatu keharusan bagi masyarkat Gayo, dengan selogan ini kopi ku, mana kopimu!, bisa menjadi bagian dari gerakan mengenlkan kopi yang dinikmat ini. bayang kan jika iklan ditelevisi dan media lainya didominasi dengan kopi gaya berapa banyak warga akan terbius dan terdoktrin dengan kenikmatan kopi ini. tak hanya sampai disitu jika satu warga Gayo memposting satu berita tenang kopi Gayo akan berapa banyak mister google dan yahoo saat menuliskan kopi sebagai bahan carian akan menampilkan berita kopi ini. peran aktif menjadi faktor utama literasi media akan berpihak pada kopi Gayo. Tidak zamannya lagi diam dan menyaksikan, peran aktif menjadi hal yang mutlak dilakukan pada setiap elemen masyarkat guna informasi itu benar terjadi dan tidak salah informasi hingga pepatah sapi punya susu, lembu punya nama tidak terjadi pada kopi ini. pelaku media juga menjadi hal yang sangat penting dalam menyampaikan alur informasi lagi literasi media sangat dibutuhkan guna perkembagan kenikmatan yang harus diketahui kalayak.
Hingga akhirnya Filosofi kopi Gayo ku, taburan udara dingin dengan asap keluar dari mulutku, mendandakan udara sangat merindukan secangkir hangat hitam melekat, hitam melekat seperti hidup yang penuh misteri kadang manis kadang pahit, kadang senang kadan duka. Campuran hitam itu membentuk satu simponi dan harmonisasi kehindahan dalam setiap seduhan. Tetesnya yang membasahi tenggorokan memberikan kesan kebahagian bahwa hidup ini sesaat sempurna dalam pengakuanya. Pahit kopi ini menjadi sebuah seni kehidupan yang selalu dirindukan, hingga tetes terakhir mengajar arti kekuasaan-Nya.[]
*Warga Jln. Jagong-Gegarang Kampung Paya Dedep, Jagong Jeget Aceh Tengah, mahasiswa Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) jurusan Ilmu Komunikasi.





