
Takengon-LintasGayo.co : Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Uwer Tetemi, Kecamatan Silihnara, Aceh Tengah mendapat protes dari warga sekitar berjung pemblokir TPA tersebut sejak beberapa hari lalu.
Menurut keterangan warga Mulie Jadi, Kecamatan Silihnara, Selamat Aman Seder bersama warga lainnya, Mursal dan Usman, sejak pengoperasian TPA Uwer Tetemi selama 1 bulan 17 hari, warga menilai TPA tersebut menjadi sumber penyakit.
“Lalat (Gayo : mamok ijo) bertebaran. Populasinya melimpah, beberapa kampung seperti Mulie Jadi, Jerata, Genting Gerbang, Terang Engon yang berada diseputaran Uwer Tetemi terganggu dengan hewan yang berterbangan itu,” kata Aman Seder.
Selain itu, mamok ijo yang meresahkan warga tersebut menjadi momok dan biang penyakit.
“Waktu makan warga memakai kelambu, jika tidak bisa saja mamok ijo yang termakan. Sangat jorok kan?,” tanya Aman Seder.
Diceritakan lagi, saat warga berjalan kaki atau mengenderai sepeda motor atau mobil. Mamok ijo pasti menyerbu kenderaan kita. “Pokoknya, sangat meresahkan kami sejak Uwer Tetemi beroperasi dan sampah Kota Takengon di angkut kemari,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang warga Jerata, Paijo, yang merupakan kampung terdekat dengan Uwer Tetemi mengatakan selama pembuangan sampah ke daerah tersebut, warga sekitar banyak mengalami diare.
“Banyak warga yang sakit perut, karena harus makan ditemani mamok ijo,” ungkapnya.
Dia berharap, Pemkab Aceh Tengah segera memikirkan langkah strategis menangani permasalahan ini. Dan warga sekitar Uwer Tetami, sampai kapan pun tetap menolak pembuangan sampah di area itu.
“Kami tidak ingin lagi, ada sampah yang dibuang kemari. Sampai kapan pun kami akan menolaknya,” tandas Paijo.
(Wein Mutuah)

													



