Naura bikin Ujang Pelantun Syair Lakiki Kembali

oleh

Catatan Joe dan Khalis

Ujang3KOPI  tampaknya tak lekang dari brand Gayo. Begitupun penyanyi Gaoo Ujang Lakiki. walau sudah menghasilkan puluhan album, tetap saja akhirnya menjadi pebisnis kopi.

Katanya, berbisnis jual-beli kopi kini menjadi mata pencaharian utama, bernyanyi dilakoni sebagai hobi. “Penyanyi Gayo tidak hidup dari bernyanyi,” kata pria yang punya suara khas tinggi.

Awalnya pria bernama lengkap Khairul Bahri ini memang tidak berniat menggeluti bisnis ini, namun akhirnya nyebur kedalamnya,lantaran situasi seniman di Gayo tidak memberi janji yang memadai. Dan, katanya, untuk rekaman lagu sekarang harus bermutu, bukan pada lagu saja, tetapi juga hasil rekamannya. “Saya juga mencari produser yang punya komitmen sama, yakni mutu,” kata Ujang.

Ayah empat orang anak ini, memilih bidang seni Gayo secara autodidak sudah dia mulai sejak masa sekolah menengah pertama. Ketika itu, Ujang  menuangkan bakatnya melalui festival-festival seni, dan baru setelah berada di Sekolah menengah Atas, Ujang menjadi ceh di klop Didong profesional di tanoh Gayo seperti Klop Winar Bujang (Bintang), Semayang (Bener Meriah), Lakiki, dan sekarang mendirikan klop Didong Tawar Jaya (Bener Meriah).

Ujang Lakiki telah melahirkan beberapa album Gayo bernuansa etnis antara lain Bintang Pitu, Didong Denang, Kalang Ilang, Pintu Ruang, dan terakhir album kolaborasi etnis Aceh Denem Pulut Lengkawi produksi Joe Project, Nyawoung Aceh.

Setelah sempat melahirkan beberapa album itu, Ujang kemudian beralih prosesi berbisnis kopi. Dia yakin, kalau profesinya yang terakhir ini dapat menopang hidup,lantaran bernyanyi dengan kualitas bagus, pasti tidak mudah, karena produser di Gayo lebih memilih kualitas murah meriah ketimbang mutu. “Setidaknya, harus diatas kelas Pulut Lengkawi,” katanya. Namun satu hal yang tidak mungkin ditinggalkan adalah urusan seni ini. Walau tidak aktif di industri lagi, Ujang tetaplah seorang Ceh.

Dikatakan pria  kelahiran tahun 1965 ini, dia sangat bersyukur karena dia pernah dilatih oleh guru didong yang hebat seperti seniman dan penulis lagu Alm Banta Cut dan Alm. M Des, Ceh utama Lakiki yang lagu-lagu karyanya bisa dituang kedalam notasi.

“Tapi, saya selalu mengingat almarhumah,” jelas Ujang. Almarhumah yang dimaksud adalah ibu kandung Ujang, Almh Lebah Inen Rita, ibu yang mengajarkannya berkesenian sejak kecil, yang terpenting dari ibunda-lah Ujang Lakiki mengenal Didong sebenarnya.

Begitulah Ujang Lakiki yang tampil memukau di Konser Mini di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon, Sabtu malam 10 April 2016 bersama artis cilik hasil godokan Idola Cilik 5 RCTI. Ujang tampil lagi setelah mentas terakhir di tahun 2012.

Dia pernah menyapa para penggemar pada acara Nostalgia Cinta Ujang (Katakan Gayo dengan Karya) di Central Kupi, Belang Kolak 1 Takengon, Jum’at malam, 20 April 2012 silam. Ujang tampil bersama sahabatnya Juanda, Ceh Lakiki. Dan, acara tersebut turut melibatkan tiga narasumber yang bicara Gayo,mereka adalah Psikolog Wahyuni, Penulis Win Ruhdi Bathin, dan Jauhari Samalanga,pengamat musik Aceh.

Pementasan terakhir Ujang sebelum di konser Naura, saat acara In Memoriam Ivan WY Dari Sahabat yang digelar Senin 24 September 2012 di Hotel Bayu Hill Takengon, Aceh Tengah. Dia tampil bersama SABA, Ramlah, Abadi Ayus, Zuhra, Ali Laskar Gayo dan lain-lain. Ivan WY menghembusakan napas terakhir di rumah sakit Datu Beru Takengon, Jum’at, 15 Juni 2012.

Di pentas Naura, Ujang Lakiki mampu bikin sesur jangut (merinding) para pengunjung yang semuanya nyaris larut dalam lantunan lagu Canang Berok dan Ujung Pasir. Naura telah mampu membuat Ujang hadir kembali ke dunia seni Gayo dan layak kita tunggu album baru rilisannya.[]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.