[Opini Pilkada] Bener Meriah; Inget-inget Sebelem Kona

oleh

sriwahyuniSri Wahyuni, SH.I*

PEMILIHAN Umum Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2017 tinggal hitungan bulan saja. berbagai persiapan sudah berjalan. Panitia pemilu dan panitia pengawas pemilu juga sudah siap dalam formasi masing masing. Demikian juga para kandidat yang akan bertarung sudah mulai ancang ancang.

Sebagian sudah menemukan calon pasangan dan pengusung,sebagian lain sedang berjuang menemukan pasangan yang tepat dan layak tanding, sebagian pula sedang menimbang nimbang berjuang melalui partai mana, atau sedang lobi-lobi partai yang mana untuk mengayuh dayung ke kursi kepala daerah, atau bahkan mengandalkan dukungan ktp rakyat melalui jalur independent.

Sebagai warga kabupaten Bener Meriah, dan pada tahun 2012 pernah mencalonkan diri sebagai calon Bupati, saya ingin menyampaikan beberapa buah fikiran saya, semoga apa yang saya sampaikan ini setidaknya telah sedikit mewakili pikiran banyak pihak selama ini, dan kalaupun nantinya dirasa kurang berkenan untuk itu saya mohon diperbanyak maaf.

Kabupaten Bener Meriah, saat ini sedang dalam kondisi yang kurang enak, dimana kepala daerahnya dalam hal ini Bupati tersandung kasus korupsi dan saat ini sedang menjalani proses pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta. Meskipun kasus yang dijalani oleh Ruslan Abdul Gani bukanlah kasus saat menjabat di Kabupaten Bener Meriah, namun tetap menjadi perhatian dan sedikit banyaknya juga berimbas kepada masyarakat Kabupaten Bener Meriah.

Mengapa saya mengawali tulisan dengan persoalan di atas, bukan bermaksud ingin melakukan semacam perayaan, namun saya ingin mengajak siapa saja untuk merenungkan mengapa hal hal seperti diatas dapat terjadi. Lalu bagaimana sikap kita masyarakat agar dimasa yang akan datang tidak akan terulang lagi hal hal yang sama sekali tidak kita harapkan.

Ibarat penyakit, lebih baik mencegah dari pada mengobati, pepatah lama ini hemat saya masihlah tepat dipakai dalam era modern ini. Atau dalam pepatah gayo di kenal “hemat jimet tengah ara, inget inget sebelum kona”. Seandainya segala sesuatu dicegah dan difikirkan solusinya sebelum terjadi tentu akan banyak pihak yang terselamatkan.

Pengalaman mengajarkan bahwa akan dibutuhkan biaya berlipat lipat untuk menyembuhkan sebuah penyakit diabetes misalnya, bukankah kita diminta hanya mengurangi asupan gula dan menjalani hidup sehat, sangat simpel, sangat sederhana, namun kepatuhan yang lemah, disiplin yang buruklah yang membuat banyak orang akhirnya menjadi penderita.

Pemilu, sebagaimana dicita-citakan sejak awal kehadirannya, adalah sebuah mekanisme pencegahan, sebuah media bagaimana melahirkan seorang pemimpin yang kredibel dan layak menjadi pemimpin. Namun harus juga terus di kritisi Pemilu yang bagaimanakah yang akan melahirkan sebuah kepemimpinan yang ideal?

Untuk memenuhi keinginan ini, saya mencoba memberi pandangan, Pertama, para penyelenggara Pemilu dan Pengawas Pemilu. Selama proses pemilihan penyelenggara masih dipenuhi oleh siasat untuk memenangkan seorang kandidat atau kelompok tertentu, maka jangan harap Pemilu akan baik, selama pemilihan anggota pengawas Pemilu masih dipenuhi dengan praktek balas jasa maka lupakan saja sebuah hasil pemilu yang melahirkan pemimpin bersih. Kita membutuhkan pelaksana pemilu dan panitia pengawas pemilu yang berintegritas, profesional dan bermoral. Tanpa syarat syarat itu mari lupakan hasil Pemilu yang menggembirakan.

Pemilih cerdas
Ini adalah buah panjang dari apa yang didapat dan internalisasikan kepada masyarakat. Kualitas pemimpin ditentukan oleh kualitas rakyat. Karena pemimpin bukanlah turun  serta merta dari langit. Pemimpin lahir dan dibesarkan dalam sebuah kondisi dan kondisi itu bernama masyarakat.

Rakyat yang cerdas dilahirkan pula oleh pemerintahan yang menginginkan rakyat nya cerdas, dalam negara yang sedang angin anginan seperti Indonesia ini kita memang kadang harap harap cemas, karena semua hal bisa terjadi, disatu sisi genderang perang pada praktek praktek melawan hukum terus ditabuh, namun mata kepala kita kian sering menyaksikan bahwa pelanggaran itu ada dihadapan kita, kita tonton pagi, siang dan malam hari, masyarakat Indonesia saat ini, benar-benar sedang berada dalam persimpangan, antara memperjuangkan tegaknya hukum dan keadilan atau tunduk dengan meruntuhkan hukum yang ditukar dengan transaksi transaksi hegemonik sekelompok orang dan para pemegang stempel negara.

Begitu juga di Kabupaten Bener Meriah, kecerdasan rakyat dalam memilih nanti pada tahun 2017 sangat sangat bergantung pada informasi apa yang selalu di konsumsi oleh rakyat, atau kelas menengah mana yang menjadi patron klien mereka dalam mengambil keputusan, masihkan rakyat bener meriah berbondong bondong memilih yang bayar, atau mencoba keluar dari lingkaran syetan tradisi lama dan berupaya mencari sosok terbaik? Semua ini sangat tergantung pada upaya kelompok kelompok strategis di Bener Meriah, ya para petinggi partainya, kelompok terdidiknya, para pegawai negrinya, para tokoh kampungnya, para pemudanya dan kelompok kelompok lainnya.

Dalam pandangan saya, masyarakat Bener Meriah sangat antusias menyambut Pilkada 2017, meskipun banyak lapisan yang menyatakan rasa pesimis, namun makin mendekati masa pemilihan nanti masyarakat pasti akan menemukan sosok mana yang akan mereka pilih, seiring dengan berbagai polarisasi yang terbangun menjelang pelaksana pemilihan nantinya.

Kandidat
Ini adalah fokus perhatian yang paling menarik. Dari semua nama nama yang bermunculan dalam kontestasi ini, kalau boleh saya menyimpulkan Bener Meriah telah mampu melahirkan banyak kandidat, maknanya demokratisasi berjalan dengan baik, dan diharapkan dalam proses berikutnya semua pihak akan bergerak ketitik yang sama, memegang teguh aturan undang-undang, bahwa yang berhak mencalonkan diri melalui dua jalur yaitu jalur partai dan jalur perseorangan. Dan tidak ada upaya penjegalan seseorang dengan cara cara yang tidak fair.

Pada pencalonan jalur independent sangat terbuka peluang seseorang digugurkan karena dukungan KTP yang tidak memadai, guna mencegah kecurangan para kandidat calon independent harus pula menyiapkan tim yang mnedampingi panitia verifikasi di lapangan.

Hasil pemilu legislatif tahun 2014 menghasilkan kursi yang merata dimana tidak ada satupun partai yang mayoritas, hanya PDI P yang mendapat kursi 13 % (4 kursi) sisanya  terbagi kedalam 8 partai lainnya. Sebaran kursi ini menyebabkan hanya PDI P yang dapat mencalonkan 1 pasang kandidat tanpa harus berkoalisi dengan partai lainnya. Hal ini menyebabkan dinamisasi di masing masing partai meningkat, situasi ini harus disikapi dengan cepat, kalau bergerak lambat bisa bisa tidak dapat kendaraan untuk melaju dalam pertandingan ini.

Uniknya lagi, menurut kabar ada juga pengurus partai yang justru menggunakan kendaraan dengan jalur independent, hal ini bisa jadi dikarenakan sulitnya membulatkan suara diinternal partai, atau konvensi diinternal partai yang tidak berjalan secara efektif. Jalur independent tahun ini sepertinya menjadi solusi terakhir bagi para kandidat yang gagal mendapatkan dukungan partai. Hal ini tidak terjadi pada pilkda 2012, dimana sempat ada pembusukan atau resistensi terhadap keberadaan jalur independent oleh kelompok politik tertentu yang saat itu gigih menolak keberadaan jalur perseorangan ini.

Dari sisi asal kandidat, catatan penulis para kandidat di Kabupaten Bener Meriah didominasi oleh pengurus partai yang sekaligus anggota legislatif dan pegawai negri sipil. Hanya sebagian kecil yang berasal dari kalangan masyarakat umum.

Dari segi kualitas penulis tidak berhak memberi penilaian, semua yang berkeinginan menjadi pemimpin masyarakat tentulah telah menyiapkan diri untuk menjadi yang terbaik. Namun setidaknya khalayak lah yang seharusnya memberikan rambu rambu, apa yang boleh dan apa yang tidak.

Seperti dalam catatan diawal tadi, lebih baik mencegah dari pada mengobati, sengkire nge ibeteh bele, keta ke turah minah kite, enti ayon unik wan upuh kerung, mugerupul kahe ujung e, inget inget sebelem kona, hemat jimet wan tengah ara, adalah pepatah yang penting diingat dan dihayati oleh seluruh rakyat Kabupaten Bener Meriah.Hanya kepada Allah kita berserah diri dan memohon pertolong, Wallahua’lam bissawab.

*Aktivis Perempuan dan pengamat sosial politik, tinggal di Bener Meriah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.