“Gayo itu untuk diceritakan bukan untuk disimpan sendiri”
ILMU jika dibagi akan semakin bertambah, meski sedikit, pasti akan membawa manfaat baik bagi diri sendiri juga orang lain. Begitulah prinsip sederhana pria asal Desa Blower, Blangkejeren, Gayo Lues ini. Baginya, membiasakan untuk membuka diri dan tidak malu untuk belajar menjadi alat untuk membentuk karakter yang lebih baik.
Dialah Khairul Abdi atau akrab disapa Irul. Sekilas tidak ada yang spesial dari pria berambut gondrong ini, tapi yang perlu dicatat adalah kesungguhannya bekerja untuk Gayo.
Dimata teman-temannya, Irul adalah sosok yang Lisik (Rajin: Gayo.Red) dan tidak pernah bosan dalam hal mengurusi kegiatan lingkungan khususnya hutan. Mungkin karena itu pula pemerintah setempat mempercayakannya mengelola sekretariat pusat informasi pariwisata Gayo Lues.
Irul juga aktif disejumlah lembaga swadaya milik masyarakat setempat. Jadi, bukan hal yang berlebihan jika “aktivis muda lingkungan” layak disematkan pada pria bertubuh gempal ini.
Disamping pekerjaan utamanya, Irul adalah pria yang paling mudah untuk diajak bekerja oleh orang-orang sekelilingnya dalam hal aksi sosial apapun. Alhasil, pria kelahiran Blangkejeren 17 Februari 1992 ini sangat mudah beradaptasi kemanapun atau ke kota manapun ia pergi.

Selain dikenal lihai dalam hal sepakbola, Irul juga paling hobi dalam hal fotografi. Meski masih tergolong pemula, namun Irul tidak pernah malu menunjukkan hasil karyanya kepada orang lain. Lagi-lagi, sifat ingin tahu dan tidak malu untuk bertanya membuatnya banyak dikenal oleh para profesional bidang yang ia gemari selama ini.
“Saya ingin bekerja dan bermanfaat bagi lingkungan saya sebatas kemampuan saya. Namun terlebih dahulu saya mesti memulai dari diri saya sendiri.” ungkap Irul.
Selama ini ia juga aktif menjalin komunikasi dan mencari teman baru sekaligus sembari belajar. Ia memanfaatkan media sosial seperti facebook untuk memperkenalkan Gayo,”Tentunya tidak lupa mengajak mereka untuk datang berkunjung ke Gayo,” aku pria brewok ini.
Ditanya pendapatnya untuk Gayo, alumni SMA N 1 Blangkejeren ini Kepada LintasGayo.co menjawab ringan. Baginya, Gayo itu untuk diceritakan bukan untuk disimpan sendiri, terang Irul melalui pesan selulernya, Selasa (12/1/2016) pagi.
Akhir-akhir ini Irul aktif sebagai atlit sekaligus pengurus organisasi olahraga arung jeram Gayo Lues. Sebelumnya Irul diketahui juga baru pulang dari Aceh Selatan setelah menempuh 12 hari mendaki gunung Leuser dari Gayo Lues.
“Saya memang tidak memiliki banyak potensi, tapi bukan berarti hal itu menghalangi saya untuk menjadi bagian dalam memajukan Gayo. Semua orang pasti punya cara masing-masing untuk itu,” tegas Irul.
Begitulah Irul dalam kesehariannya, dengan cara sederhana ia kemas keterbatasannya menjadi hal yang patut ditiru. Dan ternyata untuk menjadi bagian yang membanggakan Gayo tidak mesti memiliki bakat atau potensi khusus.
Salah satu yang penulis kutip dari cara Irul bekerja untuk Gayo adalah yang penting ikhlas berbagi, Enti Kelit (Jangan pelit: Gayo.Red). Meski sedikit, akan bermanfaat untuk Gayo. Namun sebaliknya, meski memiliki banyak kelebihan jika kelit, tidak akan berguna bagi siapapun termasuk Gayo.
Oleh karena itu, sesederhana dan sedikit apapun hal yang dilakukan, dengan niat yang baik semua akan bermanfaat. Insya Allah.
Berikut beberapa foto milik Irul yang direkam di sejumlah tempat dari daerah berjuluk Negeri Seribu Bukit. Semoga bisa mengobati sedikit rindu. (Supri Ariu)




