Catatan : Putri Wulandari

NEGERI Di Atas Awan, begitu orang menyebutnya. Negeri dengan 1001 kisah yang luar biasa dan tak akan terlupakan bagi penduduknya dan yang pernah menginjakkan kaki walau sebentar. Hembusan angin yang terasa menyejukkan hingga meyusup ke sanubari serta sejuta panorama yang begitu indah membentang luas. Ya, negeri itu adalah Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah.
Dengan ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut, daerah ini tentu berhawa sejuk, sehingga dapat dengan mudah ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman. Kopi merupakan salah satu produk komoditi yang berasal dari Takengon dan yang lainnya ada tomat, cabe, buncis, wartel, kentang, pokat, jeruk dan masih banyak lagi komoditi-komoditi lain.
Sayangnya, sekian banyak hasil budidaya belum maksimal mensejahterakan warga daerah tersebut. Masih tergambar jelas dibenak saya, sewaktu melakukan survey di pasar kota Banda Aceh guna menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. Ada rasa sedikit kecewa, produk pertanian yang asal Takengon di jual dengan harga lebih murah dibandingkan dengan produk pertanian yang berasal dari Medan Sumatera Utara. Pantaslah hidup petani begitu-begitu saja sepanjang ingatan saya, padahal mereka telah mendedikasikan dirinya dengan baik untuk menjaga dan merawat tanaman hingga proses pemanenan.

Sangat disayangkan, seharusnya dengan produk komoditi yang begitu melimpah dan berkualitas, tidak seharusnya hidup petaninya sengsara.
Kondisi ini membuat saya termotivasi, harus bisa melakukan hal lebih untuk mengolah produk hasil pertanian agar dapat bernilai jual tinggi. Untuk itu, saya berinisiatif untuk dapat mengolah produk hasil pertanian hingga menjadi sebuah produk dengan harga jual yang tinggi serta dapat dengan mudah diterima di pasar, contohnya saos.
Pembuatan saos sebenarnya terbilang cukup mudah, dimana melibatkan proses pengecilan ukuran, dan evaporasi. Adapun bahan yang digunakan yaitu tomat, bawang merah, bubuk bawang putih, lada hitam, daun kemagi kering dan garam.
Pada proses pembuatan saos, mula-mula tomat dipotong-potong dengan ukuran yang kecil dan juga bawang merah dirajang halus-halus. Setelah itu, tumis bawang merah dan kemudan barulah dimasukkan tomat dan aduk hingga merata sampai sedikit agak cair. Pada proses ini terjadi proses evaporasi, dimana tomat memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga apabila dimasak akan mengeluarkan air, sehingga kelihatannya seperti berair.

Tomat yang telah menjadi cair dan apabila dipanaskan maka akan terjadi yang namanya proses evaporasi atau penguapan dengan tujuan untuk membuang pelarut sehingga yang tersisa hanya larutan pekat atau kental dengan konsentrasi yang tinggi.
Setelah itu diblander hingga didapatkan saos tomat dan ditambahkan rempah-rempah seperti lada hitam, garam, bubuk bawang putih, daun kemagi kering dan diaduk hingga merata. Setelah itu saos siap untuk dikemas, dan dimasukkan kedalam botol-botol yang sudah disterilisasi.
Sebelum dipasarkan, saos tomat tersebut harus disimpan terlebih dahulu dilemari pendingin selama 2 hari, agar tekstur yang kental akan berubah menjadi tekstru yang semi-padat setelah itu saos tomat siap dipasarkan.

Jika industri-industri terus dikembangkan, maka nantiknya Takengon akan bisa menjadi kota industri dengan segala sumber daya alam yang tersedia dan diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, apabila produk yang telah diolah akan lebih mudah pendistribusiannya dibandingkan komoditi-komoditi pertanian yang lebih cepat rusak sehingga akan lebih banyak yang terbuang pada proses pendistribusian.
Disamping itu, banyaknya turis lokal, nasional maupun internasional yang datang untuk menikmati panorama Daratan Tinggi Gayo, juga bisa menjadi penganan oleh-oleh yang lezat dan menarik.
Saya berharap, dukungan pemberintah dan semua elemen masyarakat dalam mencanangkan program “Takengon Kota Agro Industri” sehingga nantinya tidak hanya kopi yang dikenal akan tetapi produk-produk lain juga dikenal oleh masyarakat lokal, nasional maupun internasioanal.
*Mahasiswa Pertanian jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh