Catatan : Nurdin Ali*
Akhir tahun 1998, penerbangan dari Jakarta ke Australia via Denpasar, Bali. Jelang landing di Melbourne, cabin pesawat yang saya tumpangi di semprot. Selama saya terbang ke luar negeri, belum pernah saya mengalami hal tersebut. Begitu turun saya taya ke petugasnya, mereka menjawab; ini merupakan standar prosedur untuk seluruh pesawat yang masuk ke Australia, guna untuk mencegah masuknya virus atau serangga dari Negara asal “pesawat take-of”, saya terdiam.., dalam hati saya sampai sebegitunya ya, tanda tanya dalam hati…
Begitu saya menuju “gate clearance check” lebih kaget lagi, barang bawaan saya di kasih tanda bahwa terdeteksi ada barang yang tidak diperbolehkan dibawa ke Australia, saya bingung, barang apa ya?. Ternyata saya membawa barang titipan teman, yang saya tidak tau sebelumnya, kalau barang tersebut adalah patung yang terbuat dari kayu.
Setelah berargumentasi panjang lebar dengan petugas, kesimpulannya mereka tidak membolehkan patung tersebut di bawa. Saya sangat risau, bagaimana keterangan ke teman yang menitipkan tersebut. Akhirnya saya minta keterangan resmi dari petugas tersebut, saat itulah petugas menjelaskan panjang lebar alasan kenapa barang tersebut tidak boleh masuk ke Australia.
Australia memiliki standard prosedur untuk barang masuk dan keluar Australi untuk melindungi PERTANIAN dan PETERNAKAN. Penjelasan mereka, bisa saja di “patung” yang terbuat dari kayu tersebut masih ada virus atau serangga yang masih hidup yang kemudian berkembang menjadi serangga atau virus yang akan mengancam pertanian dan peternakan negara Australia. Mendengar jawaban mereka saya bertanya tanya, campur kagum. Kayak apa sih model pertanian dan peternakan mereka kok sampai segitunya?.
Setelah saya tinggal beberapa lama disana baru saya menyadari, betapa hebat pertanian dan peternakan mereka. Perkebunan apel, pear, anggur, jeruk dan lain-lain. Begitu juga dengan peternakan domba, lembu/sapi, kuda dan ayam, memang luar biasa!. Harga buah buahan saat itu berkisar antara 1-2 dollar Australia per Kg, dan daging antara 3-4 dollar Australia per Kg. Harga tersebut terhitung cukup murah, karena saat itu upah minimum per jam antara 8-12 dollar Australia (kurs dollar Australia terhadap rupiah RP. 6.500an, saya lupa pastinya saat itu).
Hari ini Australia masuk menjadi salah satu Negara penghasil daging ternak dan buah terbaik dunia. Mengacu ke kebijakan dan aturan yang mereka terapkan.. prestasi dan predikat tersebut menurut saya sangat pantas mereka sandang!..
Pengalaman tersebut di atas kiranya bisa menjadi “guru dan inspirasi” bagi para pemimpin dan seluruh masyarakat Tanoh Gayo dalam rangka menjaga kualitas dan keberlangsungan kopi arabica Gayo dan pengembangan peternakan dan pertanian lainnya. Semoga bermanfa’at. Amin…!
*Forum Kopi Aceh dan pemerhati Tanoh Gayo





