Catatan : Fathan Muhamad Taufiq*
Bagi para penggemar dan penyelenggara pacuan kuda tradisional Gayo yang setiap tahunnya digelar dua kali di Takengon, sosok yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi, dalam setiap even yang sudah menjadi agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah ini, dia selalu terlibat dalam kepanitiaan lomba tersebut. Pengalamannya selama bertahun tahun menyeleksi dan memeriksa kelayakan kuda-kuda yang akan berlaga dalam pacuan tersebut, membuat pihak terkait selalu mengikursertakan pria 34 tahun ini dalam kepanitiaan.
Tapi jangan salah, sosok bernama lengkap Anugrah Fitradi ini bukan petugas teknis Dinas Peternakan atau Dinas Pariwisata yang punya peran terbesar dalam penyelenggaraan even tahunan itu. Dalam kesehariannya, Fitra, panggilan akrab pria yang lahir di Aceh Tengah 8 Agustus 1981 ini, berstatus sebagai seorang penyuluh pertanian pada Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Jagong Jeget. Memulai profesinya sebagai penyuluh kontrak pada tahun 2007 yang lalu, Anugrah beruntung lolos tes calon pegawai negeri sipil dari jalur umum setahun berikutnya, Tahun 2009 dia resmi menyandang status pegawai negeri sipil dan kemudian ditempatkan sebagai penyuluh pertanian pada Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan.
Awal tugasnya sebagai penyuluh, Fitra langsung ditempatkan di wilayah yang tergolong terpencil di kecamatan Linge. Penugasan ke kecamatan terluas di Kabupaten Aceh Tengah itu bukan tanpa alasan, kecamatan Linge memang memiliki potensi peternakan yang luar biasa, dan sesuai dengan disiplin ilmunya di bidang peternakan, kemudian Fitra diharpakan mampu menjadi pembimbing dan Pembina para peternak disana. Meski demikian, karena tugas penyuluh itu polyvalen, maka tugas dan tanggung jawab Fitra sebagai penyuluh tidak terbatas pada bidang peternakan saja, tapi juga di bidang lainnya seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Meski latar belakang pendidikannya adalah teknis peternakan, sosok yang satu ini termasuk sosok yang mau belajar dari penyuluh lainnya. Dengan basic peternakan yang memang masih ada kaitan erat dengan sub sector pertanian lainnya, sosok yang tidak mudah menyerah ini terus belajar dan belajar tentang masalah pertanian yang belum dia kuasai sepenuhnya. Dari para penyuluh senior lainnya, Fitra kemudian mulai belajar tentang budidaya kopi dan komoditi pertanian lainnya, belajar tentang budidaya padi dan komoditi tanaman pangan lainnya, juga belajar tentang budidaya hortikultura yangmerupakan komoditi pertanian yang cukup dominan di Dataran Tinggi Gayo. Tak butuh waktu lama baginya untuk belajar semua itu, karena selain rajin mencari berbagai referensi, dia juga setiap saat berhadapan langsung dengan para petani dengan berbagai komoditi yang di usahakannya. Tak heran jika kemudian dia begitu mahir soal pemangkasan dan parawatan tanaman kopi, cakap mengajari petani padi untuk menerapkan pola tanam jajar legowo,paham cara budidaya cabe, tomat, awing merah bahkan apel. Kalo di bidang peternakan jangan ditanya lagi, dia salah satu dari sedikit penyuluh yang mengusai banyak hal tentang peternakan, itulah sebabnya kemudian dia juga ditugaskan secara khusus untuk membina para peternak di Kawasan peternakan Terpadu Ketapang, sebuah kawasan yang diprioritaskan sebagai pusat pengembangan ternak sapi di dataran tiinggi Gayo.
Meski diserahi tugas dan tanggung jawab untuk membina para peternak di kawasan terpadu tersebut, bukan berarti Fitra hanya berfokus disana, dia juga tetap menyempatkan diri untuk membina petani dan kelompok tani di wilayah binaan yang sudah ditetapkan oleh koordinator BP3K. Tidak masalah baginya ketika harus membina para petani di daerah terpencil di kecamatan Linge seperti desa Jamat dan sekitarnya, meski untuk mencapai desa itu banyak tantangan alam yang harus dia taklukkan. Melewati jembatan yang hampir ambruk, atau bahkan menyeberangi sungai kecil, melintasi jalan licin atau jalan berbatu seolah sudah jadi “makanan”nya sehari-sehari.
Bukan itu saja skill yang dimiliki sosok penyuluh yang satu ini, alumni Fakultas peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh tahun 2005 ini, juga memiliki kemampuan lain yang jarang dimiliki oleh penyuluh lainnya. Fitra yang memilki kemauan belajar ini juga salah seorang dari penyuluh pertanian yang menguasai teknologi informasi dengan sangat baik. Mengakses internet untuk mencari referensi dalam berbagai hal terkait dengan tugasnya sebagai penyuluh, sudajh biasa dia lakukan sejak lama. Ketika penyuluh yang lain masih belajar computer dan internet, Fitra sudah lebih dulu menguasainya, tak sekedar membuka tapi dia bahkan sudah bisa membuat blog sendiri dan membuatkan blog untuk BP3K Linge. Meski akhirnya blog di kantor tempat tugasnya belakangan tidak eksis, karena dia keburu dipindahkan ke BP3K Jagong Jeget.
Adalah Kana Emnurlis, Koordinator BP3K Jagong Jeget ini yang merasa sangat beruntung dengan kehadiran Fitra, semua urusan administrasi penyuluh mampu di”cancel” oleh “pendatang baru” itu. Memasuki ruangan-ruangan di BP3K Jagong Jeget, nyaris semua data-data yang terkait dengan pembinaan petani dan kelompok tani sudah terpampang rapi, begitu juga file-file penting juga tersimpan rapi dalam personal computer maupun laptop, sehingga sangat memudahkan semua pihak ketika data dan file itu dibutuhkan. Semua itu tidak lain berkat kerja keras Fitra yang sejak masa kuliahnya dulu sudah mengusai computer dengan baik.
Meski fokus membenahi administrasi BP3K, Fitra tetap tidak melupakan tugas dan tanggung jawabnya untuk membina petani di wilayah binaannya, dia terlihat begitu akrab dengan para petani maupun kelompok tani yang dibinanya, itu sangat membantu dia untuk menyampaikan informasi dan pembelajaran kepada mereka. Kebetulan wilayah tempat tugasnya sekarang di kecamatan Jagong Jeget, juga memiliki potensi peternakan yang cukup baik, ini jagi peluang baginya untuk mengimplementasikan ilmu peternakan yang dimiliknya untuk dibagikan kepada para peternak disana, sehingga kehadiran Fitra juga sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani dan peternak disana.
Sebagai penyuluh yang sudah “melek” teknologi, Fitra yang berpenampilan lugas tapi mudah akrab dengan siapa saja ini, juga termasuk dekat dengan para awak media. Ketika terjadi fenomena hujan es di wilayah binaannya, dia menjadi orang pertama yang menyampaikan informasi bencana itu kepada media, sehingga public segera tau bahwa terjadi fenomena alam yang langka di di daerah itu. Fitra yang selama ini cukup akrab dengan penulis, juga sudah mulai untuk menuliskan pengalamannya sebagai penyuluh di beberapa media online, meski masih belum banyak tulisan yang dia publikasikan, tapi dari penuturannya, dia sudah banyak menyimpan tulisan-tulisan dalam filenya yang sewaktu-waktu dapat dia publikasikan. Penulis sendiri selalu mendorong dan memberi motivasi kepadanya untuk terus menulis dan menulis, karena penulis yakin dia punya kemampuan untuk itu.
Era keterbukan informasi publik seperti sekarang ini, memang membutuhkan sosok-sosok yang familiar terhadap teknologi informasi, karena saat ini memang sudah menjadi kebutuhan bagi siapa saja termasuk paa penyuluh. Sebuah keberuntungan bagi Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan memiliki penyuluh seperti Fitra, selain aktif di lapangan, dia juga menjadi salah seorang dari sedikit penyuluh yang mengusai teknologi informasi dengan cukup baik.
Sosok Anugrah Fitradi, SPt juga bukan sosok yang ingin “maju” sendiri, dia juga tidak segan berbagi ilmunya tentang teknologi informasi kepada teman-tman penyuluh lainnya, dia punya obsesi yang sebenarnya tidak terlalu muluk, yaitu semua penyuluh di Aceh Tengah bisa “melek” teknologi, sebuah harapan sederhana tapi agak sulit untuk meujudkannya, karena rendahnya kemauan para penyuluh untuk belajar dan merubah mindset dan mainstream mereka, dan ini yang menjadi salah satu keprihatinan Fitra ketika “curhat” kepada penulis. Kita akan terus tertinggal kalo tidak menguasai teknologi, begitu yang selalu terfikir di benak Fitra, itulah sebabnya dia tidak pernah merasa “lelah” untuk terus memotivasi teman-teman penyuluh lainnya untuk terus belajar dan belajar, meski dia juga sadar kalo dia nyaris tidak pernah mendapatkan apresiasi dari apa yang telah dia lakukan. []