(Refleksi Sumpah Pemuda)
Oleh: Nurhabibah Batubara, SE*
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia,” (Soekarno). Kalimat tersebut merupakan sepenggal dari pidato Bung Karno semasa ia menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Bung Karno mewakili Rakyat Indonesia berharap bahwa pemuda akan dapat terus berkarya, karena pemuda adalah generasi penerus bangsa sekaligus mampu memimpin dunia.
Mari kita melihat masa Rasulullah SAW, saat memimpin kaum muslimin beliau ditemani oleh banyak pemuda yang siap berjihad fi sabilillah pada usia yang masih sangat muda. Siapa yang tak mengenal Usamah bin Zaid, putra Ummu Aiman. Pada usianya yang masih muda, ia datang mengajukan diri untuk ikut bergabung dengan barisan pasukan Perang Uhud. Namun sayang, Rasullullah saw. menolaknya karena ia masih terlalu muda untuk berperang. Namun, Usamah bin Zaid yang berusia lima belas tahun kembali mengajukan diri untuk bergabung menjadi pasukan dalam Perang Khandaq. Kali ini Rasulullah SAW. membolehkannya. Pada usia delapan belas tahun, ia kembali terjun ke medan Perang Mu’tah. Karena keberanian dan kegigihannya, Rasulullah SAW. mengangkat dia sebagai panglima pasukan untuk memerangi pasukan Rum pada usia belum mencapai dua puluh tahun.
Subhanallah peran pemuda, hampir bias dipastikan pelaku sejarah (perubahan) baik tokoh sentral maupun pengikutnya adalah orang-orang muda. Begitu juga dalam menyongsong kemerdekaan negeri kita ini pemuda memiliki peran di dalamnya. Jika kita melihat realita pemuda saat ini sungguh sangat menyedihkan, pemuda yang sejatinya adalah agent of change (agen perubahan) justru mereka terjebak dalam “kesenangan-kesenangan” yang menjerumuskan mereka kedalam jurang kehancuran.
Dalam sejarah kehidupan bangsa di dunia, termasuk di Indonesia, peran pemuda sebagai agent of change sangatlah penting. Karena itu, optimalisasi peran dakwah yang dilakukan oleh pemuda muslim juga sangat penting. Para pemuda adalah penggerak nyata yang mempunyai nilai idealisme dan semangat juang yang tinggi. Kekuatan kaum muslim dengan jumlah yang sangat tidak sedikit ini harusnya sudah bisa membuat perubahan di dunia. Sudah menjadi rahasia umum, khususnya bagi kaum muslim, bahwa dakwah adalah sebuah kewajiban yang seharusnya senantiasa menjadi poros hidup dan bukan hanya teori semata. Pemuda muslim dengan segala potensi luar biasa yang dimiliki, ide cemerlang, fisik yang kuat, semangat yang membara dan kemampuan dalam menyusun strategi seharusnya sudah sangat bisa membawa pemuda muslim yang lain peduli dan mulai bangkit dari “keindahan” dunia remaja pada umumnya.
Proses perubahan dan optimalisasi gerak dakwah para pemuda dilakukan dengan beberapa cara yaitu: (1) Melakukan dakwah secara berjamaah; ikatan yang dibentuk adalah ikatan ideologi dan akidah, dengan menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi tuntas dalam permasalahan saat ini; (2) Melakukan gerak dakwah secara massif, dengan secara konsisten mengopinikan syariah dan Khilafah meski dengan menghadapi berbagai risiko; (3) Mendekatkan diri kepada Allah SWT, senantiasa berdoa agar kemenangan itu segera muncul; (4) Melakukan gerakan dakwah bersama-sama masyarakat, menyadarkan mereka dan berusaha memutus mata rantai kepercayaan umat terhadap pemimpin dan sistem yang ada, dengan menggantikannya dengan Islam secara kaffah (menyeluruh).
Pada saat pemuda lain menikmati masa mudanya dengan bersenang-senang, pemuda muslim pun mempunyai cara “bersenang-senang” yang istimewa, yakni menyerukan Islam dengan berdakwah. Siapa lagi yang akan melanjutkan estafet perjuangan dakwah Islam sampai Daulah Khilafah Islamiyah berdiri kalau bukan para pemudanya. Siapa lagi yang akan menjadi penggerak dan pejuang syariah Islam kalau bukan pemudanya.
Wahai pemuda muslim! Bukan saatnya untuk duduk manis berpangku tangan dengan setumpuk urusan duniawi!
Wahai pemuda muslim! Islam memerlukan masa mudamu, bukan sisa mudamu! Dunia sedang haus akan gaung suara pemuda muslim yang senantiasa berdakwah dan memperjuangkan Islam agar kembali tegak di muka bumi.
WalLahu a’lam bi ash-shawab.
* Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Tinggal di Blang Tampu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah