
Takengon-LintasGayo.co : Musim panen kopi tahun ini di wilayah dataran tinggi Gayo disinyalir mengalami penurunan. Tidak sedikit petani kopi di wilayah ini mulai merasa khawatir terhadap fenomena ini.
“Uwah ni kupi langkah ini ara rempes-rempes”, yang berarti tahun ini buah kopi ada tapi jarang-jarang, sebut salah seorang petani di Pegasing, Aceh Tengah yang tidak bersedia disebut namanya kepada LintasGayo.co, Sabtu 03 Oktober 2015.
Hal senada juga diutarakan Raman, seorang petani sekaligus pedagang kopi dari Kecamatan Silih Nara. Produksi buah kopi tahun ini menunjukkan penurunan, diperkirakan bisa mencapai separuh dari produksi tahun lalu, terlebih pada kebun kopi yang kurang perawatannya, terang Raman.
Harga jual juga belum menunjukkan tanda kenaikan, harga biji labu (green bean) masih bertahan sekitar 25 ribu rupiah per kilogramnya, sebut Raman.
Dijelaskan, kekhawatiran petani kopi, tidak saja terhadap menurunnya produksi panen, yang ditargetkan dimulai pada bulan oktober ini, akan tetapi petani juga sangat mengkhawatirkan target panen pada bulan maret dan april tahun depan.
Alasannya adalah berdasarkan fakta bahwa sampai saat ini bunga kopi belum muncul secara merata, biasanya bunga kopi sudah muncul pada agustus, akan tetapi hingga kini belum ada tanda-tanda.
Hal ini menandakan musim panen bulan maret dan april tahun depan, diprediksi akan bergeser.
Ditambahkan, bergesernya musim panen tahun depan tidak bisa dianggap sepele, karena tingkat kebutuhan masyarakat pada bulan maret dan april biasanya mengalami lonjakan, yang disebabkan oleh persiapan kebutuhan pendidikan atau sekolah anak yang memasuki tahun ajaran baru, disamping kebutuhan pokok lainnya, demikian tandasnya. (Muna).