Banda Aceh-LintasGayo.co : Salah satu pembicara dalam Prakongres Peradaban Aceh, Dr. Rajab Bahry mendukung atas upaya pembentukan wadah bagi para peneliti dan pemerhati bahasa Gayo. “Saya mendukung. Memang kita perlu wadah,” kata Dr. Rajab Bahry di Hotel Grand Nanggroe, Banda Aceh, Sabtu (26/9/2015).
Soal nama, menurut Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syiahkuala itu, lebih tepat namanya Majelis Bahasa Gayo.
“Kalau balai atau kantor, sudah ada. Itu lembaga resmi pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Yang tugasnya membina bahasa Indonesia dan melestarikan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia,” kata Mantan Kepala Balai Bahasa Aceh itu.
Sementara, wadah yang mau diinisiasi pemerhati bahasa Gayo, sebutnya, bersifat lokal. “Bagaimana linguis dan pemerhati bahasa Gayo bisa bergabung bersama-sama, untuk menguatkan penelitian, publikasi, dan pendokumentasian bahasa Gayo. Juga, berupaya melestarikan bahasa Gayo,” katanya.
Ketauladanan
Dilanjutkan akademisi asal Gayo Lues tersebut, perlu ketauladanan dari tokoh-tokoh Gayo dalam melestarikan bahasa Gayo. Khususnya, dalam hal penggunaan bahasa Gayo dalam rumah tangga.
“Mereka (tokoh-tokoh masyarakat) cenderung berbahasa Indonesia dengan anak-anak mereka di rumah. Ini kan contoh yang kurang baik. Coba kalau mereka berbahasa Gayo di rumah, pasti masyarakat akan mengikuti hal yang sama. Karena, mereka contoh masyarakat,” sebutnya.(AF)