Banda Aceh-LintasGayo.co: Praktisi Seni dan Direktur Budaya Yayasan Geutanyoe mengatakan sudah saat seni-seni Gayo melakukan ekspansi secara luas, agar seni-seni Gayo dikenal dunia.
“Harus berani melakukan ekspansi, jangan lagi Gayo untuk Gayo seperti seni Didong yang selama ini digelar hanya untuk kalangan sendiri,” kata Jauhari Samalanga saat memberi materi Keber Ni Gayo di Aceh TV yang dipandu langsung Drs Jamhuri, MA, Jum’at malam 18 September 2015.
Disebutkannya, Didong dan Saman sangat jauh perbedaannya dan tidak dapat dibandingkan satu dengan lainnya. Saman Gayo Lues lebih cepat dikenal lantaran punya gerak yang bernilai jual tinggi, berbeda dengan Didong yang mengandalkan lagu bukan gerak.
“Jadi Didopng perlu kerja keras untuk dapat melakukan ekspansi, misalnya saja bahasa yang digunakan apakah harus bahasa Gayo saja, bagaimana kalau bahasa Inggris dan lainnya? ini perlu ada kajian supaya seni Didong dimainkan dunia,” ujar Joe Samalanga yang juga Redaktur Pelaksana LintasGayo.co
Joe Samalanga menjelaskan juga soal pacuan kuda yang kini malah sudah meninggalkan tradisinya, karena pacuan kuda asli kian ditinggalkan. Menurutnya, pacuan dengan mengutamakan kuda-kuda besar itu tidak menarik, karena ada dimana-mana di dunia ini.
“Harusnya yang dipacu tetap kuda Gayo yang tanpa pelana itu, karena disitu daya tarik pacuan kuda di Gayo. Selain itu, mengutamakan kuda-kuda asli Gayo yang ukurannya lebih kecil itu lebih menarik, ketimbang kuda Australia yang tidak tradisional lagi,” kata Joe.
Diingatkan juga supaya pada pelaksanaan even rutin di di Gayo sebaiknya dilaksanakan pihak ketiga yang profesional, semisal pacuan kuda, jangan lagi melibatkan pemerintahan, karena pemerintah hanya penyedia anggaran, bukan organizer. Selanjutnya, lebih fokus mendapatkan sponsor.
“Kelebihan pacuan kuda Gayo lantaran kuda dikuasai rakyat bukan pejabat seperti sekarang ini. Begitu juga bila pihak profesional yang melaksanakan, besar kemungkinan mendapat promosi yang lebih baik,” demikian Direktuir Komunitas Nyawoung Aceh ini. (red)