
Takengon-LintasGayo.co : Belum munculnya bunga pada tanaman kopi di perkebunan masyarakat di kawasan Aceh Tengah dan Bener Meriah, membuat kekhawatiran yang serius bagi sebagian petani di kawasan dataran tinggi Tanoh Gayo ini.
Seperti dikatakan salah seorang petani kopi di Kutelintang Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah. Kepada LintasGayo.co pada Selasa, 15 September 2015, Siswandi mengatakan, kemunculan bunga pada tanaman kopi tahun ini tidak seperti biasanya, dimana pada tahun-tahun sebelumnya pada bulan juli hingga bulan agustus seperti sekarang ini, seharusnya bunga kopi sudah bermunculan, dan dapat di panen pada bulan maret atau april tahun depan.
“Tahun ini berbeda, jangankan bunga, calon bungapun belum kelihatan muncul, walaupun daun tumbuh bagus dan lebat”, tandas Siswandi.
Menurut pengakuan Siswandi, fenomena ini sudah beliau amati langsung bukan hanya di lahan kebun miliknya, akan tetapi juga dilahan kebun warga lainnya dan beberapa petani dibeberapa wilayah di Aceh Tengah, bahkan petani kopi di Kabupaten tetangga Bener Meriah, juga sudah beliau tanyakan mengenai fenomena ini, terangnya.
Sudah seharusnya petani kopi di Tanoh Gayo saat ini perlu waspada, karena besar kemungkinan target panen raya tahun depan bisa jadi tidak memuaskan, atau bisa saja bergeser musimnya, kita tidak mengetahui kenapa demikian.
Dan bukan tidak mungkin, jika hal tersebut terjadi, dapat menyulut permasalahan sosial di masyarakat, termasuk meningkatnya angka kriminalitas, karena sebagian besar masyarakat di Tanoh Gayo sangat tergantung dari perkebunan kopi sebagai sumber ekonomi utama, tukas Siswandi.
Sebagai upaya antisipasi melemahnya ekonomi petani, jika sempat terjadi pergeseran musim atau bahkan kegagalan panen, dibutuhkan solusi sesegera mungkin, baik dari pemerintah maupun petani kopi itu sendiri.
Sebagai contoh, petani bisa saja mencari alternatif lain, dengan membudidayakan komuditas lain, seperti budidaya tembakau yang saat ini sangat potensial peluang pasarnya, atau jenis komuditas lain, tambah Siswandi.
Semoga saja ada hikmah yang baik dibalik fenomena ini, dan bukan hukuman dari yang maha Kuasa bagi rakyat Gayo, disebabkan kurangnya mensyukuri nikmatNya, demikian Siswandi. (Muna).
