[Puisi] oleh Amar
Politik Dalam Segelas Kopi
Sisa-sisa kopi yang semalam masih di dalam gelas
tidak ada orang yang kuizinkan menyentuhnya
walaupun tengah duduk di warung kopi
dan ceritaku belum juga usai
Bagiku politik itu hanya sebatas segelas kopi, tidak lebih
seperti gula yang dicampur dengan bubuk kopi
lalu diseduh dan diminum dengan kenikmatan
Bagiku politik itu juga seperti menghisap sebatang rokok
beli dari penjual asongan hisap perlahan
menikmati sebelum habis waktu
Itu hanya sesaat seperti aku meminum kopi
menikmati sebelum habis
dan ujungnya, meninggalkan warung karena waktunya sudah habis
Esoknya kembali ke warung kopi itu lagi
Duduk bersama bercerita tentang hari ini lalu kembali pulang
Sisa kopiku belum juga habis
masih bisa ku tengguk untuk beberapa tenggukan
ujung rokokku belum juga menyentuh putingnya
Untuk apa aku duduk di gedung itu
kalau suasananya sama seperti di warung kopi
bercanda, tertawa terkadang tegang
Kutanya guru, katanya politik itu kerjasama
kata temanku politik itu tempat mencari uang
kata kakekku politik itu tempat bertukar pikiran
kata ibuku politik itu untuk orang yang pintar
Tapi bagiku Politik itu sama saja seperti minum kopi di warung kopi
Habis kopi, tinggal ampasnya [SY]
Aceh Besar, Desember 2014
Amar adalah mahasiswa Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab pada Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. Lahir Januari ’93 di Desa Kepies Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Merie.