Juanda Bintang, Penyuluh Bersahaja Ketua Perhiptani Aceh Tengah

oleh

Oleh : Fathan Muhammad Taufiq *)

Juanda-2Menjalani profesi sebagai penyuluh pertanian selama hampir 30 tahun, membuat sosok Juanda Bintang termasuk jajaran penyuluh pertanian senior di Kabupaten Aceh Tengah, tidak mengherankan kalo hampir semua petani di seantero Tanoh Gayo ini mengenal dengan baik sosok penyuluh yang satu ini.

Laki-laki yang lahir di Bintang pada tanggal 12 Mei 1963 ini, memang sejak kecil memang sudah bercita-cita menjadi penyuluh pertanian, karena dia memang lahr dan dibesarkan di linglingkungan keluarga petani. Usai menamatkan SMP di kampong kelahirannya, dia pun mulai “merintis” jalan untuk mewujudkan “mimpinya” itu, maka Sekolah Menengah Teknologi (SMT) Pertanian yang terletak di Wih Nareh Pegasing pun menjadi pilihannya untuk melanjutkan study sampai akhirnya dia lulus dari sekolah kejuruan pertanian itu pada tahun 1983 yang lalu.

Tamat dari SMT Pertanian, Juanda muda mencoba untuk “mengadu nasib” menjadi tenaga honorer pada Dinas Pertanian setempat, nasib baik berpihak kepadanya, pada tahun 1986 yang lalu, dia resmi diangkat menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil dengan status penyuluh pertanian, dan mulailah dia akrab dengan para petani di wilayah binaannya.

Bekal pengetahuan tentang pertanian yang dia peroleh di bangku SLTA Kejuruan itu menjadi modal utamanya untuk menekuni profesi yang memang menjadi cita-citanya itu. Meski begitu dia masih merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya, dia merasa ilmu pertanian yang dia miliki masih belum memadai sehingga dia pun rajin mengikuti berbagai Diklat teknis di berbagai balai Diklat baik di Aceh maupun luar Aceh.

Tak puas dengan diklat-diklat yang sudah dia ikuti, Juanda pun berusaha meningkatkan kapasitas dirinya sebagai penyuluh pertanian melalui jenjang perguruan tinggi. Akademi Penyuluhan Pertanian (APP) Medan yang sekarang berubah menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan menjadi pilihannya untuk melanjutkan studynya ke jenjang yang lebih tinggi pada tahun 1993 yang lalu, kebetulan lembaga pendidikan tinggi dibawah Departemen Pertanian itu memang membuka kesempatan tugas belajar bagi para penyuluh pertanian yang berminat. Selama 3 tahun mengikuti perkuliahan Diploma-3 di APP Medan.

Juanda yang “haus ilmu” itu juga menyambi kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Medan, dan berkat keja keras yang tidak kenal lelah, gelar Sarjana Pertanian pun berhasil dia raih tidak lama setelah dia menyelesaikan jenjang Diploma-3 nya, “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”, begitu mungkin pepatah yang mengambarkan keberhasilan Juanda meraih 2 gelar sekaligus dalam waktu yang hampir bersamaan.

Juanda-3Kembali ke Tanoh Gayo setelah kurang lebih 3,5 tahun “merantau”, Juanda Bintang langsung mendapat kepercayaan dari pimpinannya untuk menjadi Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bintang yang di jalaninya selama hampir 5 Tahun, kemudian sebagai penyegaran dan memperluas pengalamannya, Juanda pun “bergeser” menjadi Kepala BPP Kota (sekarang BP3K Kebayakan), dan tidak lama setelah menjabat sebagai Kepala BPP Kota, nama Juanda semakin dikenal oleh para petani tidak saja di seputar kampung halamannya, tapi juga di wilayah kerja barunya.

Cukup lama juga dia mengemban tugas sebagai “punggawa” penyuluh pertanian di wilayah Kebayakan dan Lut Tawar itu sampai akhirnya dia “ditarik” menjadi Tenaga Fungsional Kabupaten pada tahun 2012 yang lalu, pengetahuan dan pengalamannya sebagai penyuluh senior saat itu sangat dibutuhkan di Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah.

Berperan sebagai koordinator penyuluh pertanian di tingkat kabupaten, kiprah Juanda pun mulai “melebar”, membimbing dan membina para penyuluh pertanian di kecamatan atau desa menjadi tugas utamanya, dan sosok Juanda yang sederhana itu membuatnya semakin akrab dengan semua penyuluh di Negeri Antara ini.

Kedekatannya dengan para penyuluh itulah yang kemudian membawanya terpilih sebagai Ketua Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI) Kabupaten Aceh Tengah periode 2013 – 2018, sebuah organisasi profesi yang menjadi wadah bagi para penyuluh pertanian. Dan berbekal kapasitasnya sebagai Ketua Perhiptani Aceh Tengah, Juanda mulai “bergerilya” untuk mencari dukungan dari kabupaten-kabupaten lain untuk memperjuangkan Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM yang juga berlatar belakang sebagai seorang penyuluh pertanian itu untuk menduduki tampuk pimpinan Perhiptani provinsi Aceh.

Perjuangan Juanda tidak sia-sia, setelah melalui pendekatan intens dengan relasi-relasinya sesame pengurus Perhiptani kabupaten se Aceh, Pak Nas, panggilan akrab Bupati Aceh Tengah itupun akhirnya terpilih sebagai Ketua Perhiptani Aceh periode 2013 – 2018 pada bulan Juni 2013 yang lalu, beliaupun resmi dilantik oleh Ketua Perhiptani Pusat, Ir. H. Isran Noor, M Si pada tanggal 21 Juni 2013 yang lalu, bertepatan dengan puncak peringatan Hari Krida Pertanian yang juga dihadiri oleh Menteri Pertanian saat itu, Ir. H. Suswono.

Sukses “mengantar” Pak Nas menjadi Ketua Perhiptani Aceh, tidak lantas menjadikan Juanda berpuas diri, dia pun mulai menyusun program-program Perhiptani yang akan dia laksanakan selama periode kepemipinannya. Beragai even nasional di bidang pertanianseperti PENAS, Rembug KTNA, dan pertemuan-pertemuan regular Perhiptani, menjadi agenda rutinnya setiap tahun, meski untuk mengikuti kegiatan tersebut terkadang dia harus rela merogoh koceknya sendiri.

Awal tahun 2014 yang lalu, Juanda bersama jajaran pengurus Perhiptani sukses menggelar Musyawarah Wilayah Perhiptani Aceh di Takengon, Ketua Perhiptani Pusat, H. Isran Noor yang turut hadir dalam acara tersebut cukup salut dengan kiprah penyuluh senior yang satu ini.

Meski sebenarnya tenaga dan pemikirannya masih sangat dibutuhkan di tingkat kabupaten, namun jiwa kepenyuluhan yang sudah begitu melekat dalam dirinya, membuat Juanda memilih untuk “kembali” ke lapangan, dan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (P3K) Pegasing akhirnya menjadi pilihan tempat pengabdiannya saat ini.

Juanda-1Bersama Koordinator BP3K Pegasing, Ir. Abdul Mulqu, keberadaan Juanda benar-benar menjadi “ujung tombak” pembangunan pertanian di wilayah yang punya potensi pertanian luar biasa itu. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya, kini Juanda sering menjadi nara sumber bagi para petani di wilayah kecamatan Pegasing, hampir setiap minggu, dia mengajarkan berbagai pengetahuan tentang pertanian kepada kelompok-kelompk tani yang ada di wilayah tersebut. Ir. Abdul Mulqu sendiri merasa sangat terbantu dengan kehadiran penyuluh senior ini, meski bagi Juanda sendiri, penugasannya di wilayah Pegasing membutuhkan “pengorbanan” tersendiri.

Sebagai suami dari seorang petugas paramedis di Puskesmas Bintang, Juanda memang tidak bisa meninggalkan kampung halamannya itu, tapi tuntutan tugas dan profesi yang dijalaninya mengharuskan dia untuk menempuh jarak kurang lebih 60 kilometer pulang pergi setiap hari dari rumah menuju tempat tugasnya. Namun semuanya itu tetap dijalaninya dengan ikhlas, karena itu memng sudah menjadi “panggilan jiwa”nya. Keceriaan selalu menghiasi wajahnya dalam menjalankan tuga “mulia”nya membimbimbing para petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Kehadiran Juanda di tengah-tengah para petani, membuat para petani semakin termotivasi untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka, dan salah satu bukti keberhasilannya adalah meningkatnya produktifitas padi di wilayah kecamatan Pegasing sehingga mendapat apresiasi dari bapak Bupati maupun bapak Wakil Bupati yang sudah beberapa kali turut hadir di tengah para petani baik pada saat penanaman maupun saat panen padi.

Selain aktif menjalankan tugas pokoknya sebagai penyuluh pertanian, Juanda Bintang juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan keagamaan di lingkungan tempat tinggalnya. Dalam kegiatan pembersihan sampah di seputaran Danau Laut Tawar yang digagas oleh GDC dan Lintas Gayo, awal bulan Agustus 2015 yang lalu, Juanda juga terlihat turut berpartisipasi aktif bergabung dengan para relawan lainnya. Begitu juga dalam kegiatan keagamaan di kecamatan Bintang, Juanda juga aktif melibatkan diri seperti dalam kegiatan seleksi MTQ, Pengajian Fuspita dan BKMT maupun pembinaan pesantren.

Ada satu obsesi Juanda yang sampai saat ini masih belum terwujud sepenuhnya, sebagai Ketua organisasi para penyuluh pertanian, Juanda Bintang menginginkan agar suatu saat Perhiptani di Aceh Tengah bisa eksis sperti organisasi profesi lainnya seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan lain-lainya. Tidak mudah mudah memang, tapi Juanda tetap merasa optimis, selama ada kemauan dan dukungan semua pihak, obsesinya pasti akan bisa terealisasi, sebuah obsesi wajar dari seorang penyuluh yang punya “mimpi” mengangkat harkat dan martabat para penyuluh pertanian di Tanoh Gayo.

*) Pemerhati Bidang Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Aceh Tengah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.