Beratnya Mengawal Upsus Padi di Pedalaman Gayo

oleh

Catatan : Fathan Muhammad Taufiq *)

Pangan Ke pedalaman GayoTruk Colt Diesel yang mengangkut sarana produksi pertanian berupa benih padi, pupuk dan obat-obatan untuk kegiatan Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedele (Pajale) merangkak perlahan menyusuri jalanan terjal berbatu. Di atas bak mobil pengangkut yang sarat dengan muatan itu, beberapa orang penyuluh pertanian juga ikut mengawal dan membantu distribusi sarana produksi pertanian itu kepada kelompok tani. Kali ini tujuan bantuan itu adalah daerah terpencil di wilayah kecamatan Rusip Antara yang kondisi infrastruktur jalannya masih tergolong parah, tapi karena memang sudah menjadi kewajiban, maka meski harus melalui medan yang sulit, bantuan tersebut harus tetap disampaikan kepada petani.

Empat orang penyuluh pertanian yang semuanya masih berstatus penyuluh kontrak Majemi, Adam Malik, Afriandy, Bakti, Adrian Muslim dan Fadli, ikut “nongkrong” di atas bak mobil barang itu, mereka selain sebagai penunjuk jalan bagi supir, juga merupakan para penyuluh yang bertugas sebagai pendamping kegiatan Upsus Padi di wilayah pedalaman Aceh Tengah Itu. Tak sekedar nongkrong di atas bak mobil, mereka juga harus siap memberikan bantuan tenaga apabila ada kendala di perjalanan, tidak jarang mereka harus “berlumpur-lumpur” mendorong truk yang terperosok dalam “kubangan” jalan. Begitu juga ketika barang bantuan itu sampai di lokasi, mereka juga rela mengangkat karung-karung berisi benih padi, pupuk dan obat-obatan itu.

Tapi perjalanan mengantar bantuan itu benar-benar cukup berat, jalanan yang licin akibat diguyur hujan dalam beberapa hari ini, menjadi kendala dalam perjalanan mengantar bantuan untuk mendukung swasembada pangan itu. Jarak yang harus di tempuh masih puluhan kilometer lagi, tapi supir truk sepertinya sudah mulai “menyerah”, karena memang sudah tidak memungkinkan melanjutkan perjalanan dengan truk karena beratnya medan, sementara hari sudah menjelang senja. Akhirnya para penyuluh itupun “berunding” dengan awak truk, kemudian mereka sepakat untuk menurunkan bantuan itu di pinggir jalan tengah hutan dan akan dilansir besoknya dengan mobil pick up kecil. Bermodalkan bekal mekanan seadanya, keempat orang penyuluh itu terpaksa bermalam di hutan untuk menjaga keselamatan barang bantuan tersebut agar tidak berkurang sedikitpun sampai ke tingkat petani.

Tidur di jalanan di tengah hutan tentu bakan sesuatu yang nyaman dan mengenakkan, hanya beralaskan terpal dan beratapkan langit ditengah udara dingin berkabut, terpaksa harus mereka jalani sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap program pemerintah itu. Gigitan nyamuk-nyamuk liar seolah tidak mereka rasakan, karena yang sudah biasa bagi mereka yang bertugas di daerah terpencil yang masih dikelilingi hutan lebat itu. Sebuah perjuangan berat yang mungkin tidak pernah dirasakan oleh para penyuluh lain yang bertugas di desa-desa yang tidak begitu jauh dari pusat kota. Namun komitmen dan integritas para penyuluh itulah yang menjadi “penyemangat” dari tugas mereka yang sangat berat itu, mereka tetap bekerja dengan perasaan gembira, bahkan tidak jarang terdengar canda tawa untuk menghilangkan kelelahan dan kejenuhan mereka.

distribusi pangan ke pedalaman gayoSemalaman tidur di pinggir jalan yang berada di tengah hutan itu bukanlah akhir dari tugas mereka, bantuan itu masih harus dinaikkan lagi ke atas bak mobil pick up untuk diangkut kembali ke desa Tanjung, Kuala Rawa, Paya Tampu dan Merandih Paya yang kesemuanya merupakan desa terpencil di kecamatan Rusip Antara yang jaraknya hampir 70 kilometer dari ibukota kabupaten Aceh Tengah. Melalui perjalanan berat itu, akhirnya bantuan sarana produksi pertanian itu sampai juga ke kelompok tani peserta Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT). Para penyuluh itupun bisa sedikit bernafas lega, karena para anggota kelompok tani sudah turun tangan membantu menurunkan barang-barang itu dari atas bak mobil.

Tapi tugas berat lainnya sudah menunggu para penyuluh itu, pendistribusian bantuan itu hanyalah awal dari program peningkatan swasembada pangan di Dataran Tinggi Gayo. Mendampingi para petani dan kelompk tani untuk melaksanakan program Upsus itu mulai dari pengolahan lahan, pennyemaian benih, penanaman, pemeliharaan dan perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman sampai dengan panen, menjadi tugas “mulia” para penyuluh itu selanjutnya. Namun meski terasa berat, tapi jiwa mereka yang sudah menyatu dengan profesi mereka sebagai penyuluh pertanian, menjadi sumber kekuatan bagi para penyuluh itu untuk terus tetap mengabdi kepada para petani di daerah terpencil itu.

Semangat “muda” dari Majemi Adam Malik dan kawan-kawan itulah yang akhirnya menjadi salah satu modal dalam upaya meningkatkan swasembada pangan di daerah penghasil kopi itu. Bersama penyuluh-penyuluh lain yang bertugas di kecamatan laian yang juga mempunyai tingkat kesulitan yang nyaris sama, mrekalah sesungguhnya “pahlawan-pahlawan” swasembada pangan yang layak diberikan penghargaan dan apresiasi yang wajar dari pihak-pihak terkait.

Semoga sedikit gambaran “pahit” ini bisa membuka para pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan mereka, para penyuluh kontrak yang penghasilan mereka masih jauh dari kata layak.

*) Kasubbid. Pelatihan pada Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah,

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.