Oleh Syukurdi, MA*
MASYARAKAT Ekonomi Asean (MEA) dengan kata lain Asean Economi Community (AEC) yang akan digulirkan Desember tahun 2015 merupakan realisasi dari satu kesatuan integrasi ekonomi yang termaktub dalam visi ASEAN 2020, sehingga sebagian masyarakat memandang MEA merupakan suatu ancaman, akan tetapi bagi masyarakat yang memiliki pandangan yang positif dan wawasan yang luas maka MEA dapat dikatakan sebagai peluang yang baik dalam mengembangkan krativitas yang berwarnakan kearifan lokal masyrakat Indonesia khususnya di dataran tinggi Gayo.
Sekarang sebagai pertanyaanya, bagaimana kesiapan masyarakat Gayo dalam megadapai MEA ? sejauh mana pengetahuan masyarakat dataran tinggi Gayo dalam merangkum dan memahami segala informasi mengenai tantangan MEA ? Hal ini perlu disosialisikan kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat dataran tinggi tanoh Gayo agar tidak ketinggalan kereta.
Sebagai masyarakat yang dinamis, tentu menghadapi MEA dianggap sebagai peluang bukan sebagai ancaman, apabila masyarakat dataran tinggi Gayo masih memiliki sipat, mersik, bidik, cerdik, lisik, inget-inget sebelum kona, hemat jimet wan tengah ara,keramat mufakat behu bededele, bulet lagu umut tirus lagu gelas, rempak lagu re, akal kin pangkal , kekire kin belenye, i pangan kero gelah kin akal, maka sebagaimana kata-kata hikmah yang telah diramu oleh datu munyang kita terdahulu maka nilai pesannya akan menjadi petuah dan nasehat bagi masyarakat Gayo tersebut, dan terlebih penting lagi masyarakat dataran tinggi Gayo tidak meninggalkan kunci kesuksesan baik di dunia dan di akhirat yaitu berpegang pada al quran dan hadis. Memang bagi kalangan sekuler mungkin tidak ada kaitanya nilai-nilai al quran hadis terhadap MEA.
Akan tetapi bila ditelaah maka akan memiliki keterkaitan dalam menghadapi MEA, yakni kegiatan MEA lebih menekankan kepada nilai dagang, baik barang maupun jasa, sehingga nilai keimanan dan budaya kearifan lokal masyarakat dataran tinggi Gayo tetap terjaga, hal ini dikarenakan tidak meninggalkan nilai alquran dan hadis sehingga mengahasilkan suatu keseimbangan hidup, sebagaimana telah diutarakan oleh orang Gayo terdahulu syariet kin senuen adet kin bepeger yang memiiki fungsi memelihara atau menjaga agar syariat tetap terjaga dengan baik sehingga menjadi suatu kesatuan yakni syariat dan adat seperti zat dengan sifat.
Menyinggu peluang MEA yang akan dihadapi oleh rayat dataran tinggi Gayo, maka sebelum bermain pada kegiatan MEA adakala baiknya masyarakat harus mengetahui bagaimana sistem kegiatan yang direalisasikan oleh pelaku MEA. Pelaku MEA adalah negara-negara yang terdiri dari anggota ASEAN, seperti, Brunai, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Laos, Fhilipina, Thailand, Kamboja, Nyanmar, Singapore,.
Bila kita telah memetakan pelaku MEA, maka tidak menutup kemungkinan masyarakat dataran tinggi Gayo ikut serta terlibat sebagai pelaku didalamnya, oleh karena itu diharapakan masyarakat dataran tinggi Gayo harus memiliki kesiapan, dalam menghadapi peluang MEA itu sendiri.
Apabila masyarakat dataran tinggi Gayo tidak mempersiapkan mental dalam mengadapai MEA, akan dikhawatirkan tanah Gayo bukan milik orang Gayo lagi, tetapi sebaliknya, apabila masyarakat dataran tinggi Gayo memiliki kesiapan, keterampilan, wawasan dan ilmu pengetahuan, maka kesuksesan masyarakat Gayo dalam menghadapi peluang MEA dapat diibaratkan, akan lahir tanoh Gayo selanjutnya diluar negara Indonesia.
Mengutip dari beberapa isu yang akan menjadi topik kegiatan MEA, sementara ini berkisar pada aspek liberalisasi perdagangan bebas, yakni liberalisasi perdagangan jasa, seperti, tenaga medis, insinyur, Penggalak dunia pariwisata, dan tenaga akuntan. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan liberalisasi perdagangan bebas pada sektor barang, jawabanya tidak menutup kemungkinan juga perdagangan bebas pada sektor barang pasti akan terjadi persaingan yang kuat, oleh karena itu perlu ditingkatkan nilai keterampilan, wawasan, ilmu pengetahuan dan kreativitas masyarakat dataran tinggi Gayo, sehingga pengerajin dari dataran tinggi Gayo siap berkompetensi, hal ini harus turut serta dukungngan dari pemerintah, kalangan akademisi, LSM, dan segenap lapisan masyarakat yang peduli dalam melihat peluang MEA.
Tanpa panjang lebar, penulis melihat, apa yang disajikan pada kegiatan MEA kedepan, sadar atau tidak, masyarakat dataran tinggi gayo sudah memilikinya, akan tetapi perlu ditingkatkan lagi dalam ketajam SDM ( Sumber Daya Manusia), seperti tenaga medis, khususnya perawat, tentu tidak sedikit generasi muda dataran tinggi Gayo mengenyam pendidikan perawat yang berkualitas sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing, akan tetapi secara umum perlu ditingkatkan dari segi wawasan bahasa asing, bila hal ini diabaikan maka kedepan akan menjadi kendala. Dalam menghadapi MEA kendala yang akan dihadapi terutama pada sektor perdagagangan jasa, maka perlu peningkatan kualitas SDM, baik segi disiplin keilmuan yang ditekuni maupun keilmuan secara umum. Adapun yang harus ditingkatkan dari segi SDM secara umum sebagai pendukung kualitas SDM dalam mengadapi gobalisasi MEA antara lain, perlunya pengetahuan basik skill atau pengetahuan dasar sekaligus berguna mengantisipasi pengaguran, keterampilan dalam berfikir atau kecermatan dalam mengamati peluang, keterampilan dalam mengaplikasikan komputer sebagai prangkat media teknologi informasi dan komunikasi, kompetisi sosial atau behavior skill yakni mampu melihat serta membaca lingkungan baik dari segi peluang maupun ancaman, bukan menjadi masyarakat konsumtif melainkan masyarakat produktif, atau bukan menjadi penonton melainkan pemain, dan yang terakhir comunication skill yaitu keterampilan mampu berkomunkasi bahasa asing. Hal ini perlu dan menjadi catatan dan kesadaran tersendiri dalam mengahdapi liberalisasi perdagangan tingkat MEA.
Sedangkan dari segi SDA ( Sumber Daya Alam) yang memiliki nilai jual dari sektor perdagangan barang, maka yang perlu ditingktkan adalah sumber produksi harus mapan dan kuat, mengantisipati terhentinya produk asli dari dataran tinggi Gayo yang sekaligus memutus mata rantai pengangguran di dataran tinggi Gayo, mengantisipasi masyarakat membeli produk luar serta mensosialisasi atau menstimulasi pentingnya, bahkan wajib membeli produk lokal khususnya dari dataran tinggi Gayo, dan yang terakhir tidak kalah pentinganya adalah merebut pasar baik didalam maupun diluar negeri.
Mudah-mudahan mayarakat dataran tinggi Gayo dapat menghadapi MEA sebagai pelaku dalam mengembangkan aset kearifan lokal dan mampu berkompetensi pada bidang masing-masing, mungkin dilain waktu penulis akan memaparkan diskripsi mengenai sistim realisasi strategi menghadapi MEA dalam aplikasinya. Allahu alam,
Argumen diatas dikutip dari berbagai sumber, baik melalui diskusi, pertemuan ilmiah, seminar maupun dari sumber berbagai bentuk tulisan.
*Dosen Komunikasi Islam STAIN Gajah Putih Takengon