Oleh: Siti Aminah*
MUNGKIN anda merasa aneh dengan judul ini. Tapi ini sebuah ungkapan yang wajib saya sampaikan kepada kalian semua. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah merasa dalam keadaan yang sangat tertekan karena dihadapkan dengan berbagai pilihan-pilihan. Manusia yang terus dihadapkan dengan berbagai pilihan justru mendapatkan peluang besar agar tetap memilih di jalan yang benar atau justru karena pilihan itu sendiri kita terjatuh dalam ruang yang salah. Ada sebuah kisah di mana seorang mahasiswa yang baru saja menamatkan Sarjana S1 dengan lulusan Cumlaude. Setelah lulus sang pemuda merasa bingung kemana hendak Ia pergi. Beberapa kali Ia mencoba untuk melamar di sebuah perusahaan untuk bekerja tetapi tetap saja gagal.
Suatu ketika sang pemuda pun merasa lelah karena semua usahanya telah berakhir dengan sia-sia. Ia kembali kerumah dengan putus asa. Setibanya di rumah, Ia melihat Ibunya bersusah payah mencari uang hanya untuk menghidupi keluarganya. Sang pemuda itu pun terdiam tanpa berkata apapun kepada sang Ibu. Hampir sebulan si pemuda hidup pengangguran. Orang-orang di sekelilingnya mulai memandangnya dengan pandangan sebelah mata. Bahkan yang lebih sakit ketika seseorang menganggapnya sama seperti pemuda-pemuda tak bersekolah lainnya.
“Orang pintar kok pengangguran. Kalau begitu gak ada bedanya dengan kita-kita yang tak pernah bersekolah” Begitulah kira-kira teman sekampungnya mengeledek pemuda tersebut. Seminggu kemudian sang pemuda ditawarkan bekerja honor di sebuah sekolah SMA di kampung itu, tetapi dengan perasaan berat Ia menolak tawaran tersebut. Salah satu alasannya menolak adalah karena gaji tenaga honor tidak akan cukup untuk membantu keluarganya. Kemudian caci makianpun terus datang menghujat sang pemuda karena dengan sombongnya Ia menolak pekerjaan yang mulia walau gaji tak seberapa.
Sang pemuda pun tak tahan dengan keadaan yang terus menguji kesabarannya. Suatu malam Ia hanya berdiam di rumah, kemudian menatap Ibunya yang sedang tertidur lelap. Wajah sang Ibu tampak sangat lelah. Wajahnya yang dulu sayup kini mulai berkeriput, tubuhnya dulu sehat sekarang kurus kering karena di sengat matahari. Saat itu juga sang pemuda meneteskan air matanya. Ia mengenang masa-masa kecilnya, dari kecil hingga dewasa sang Ibulah yang terus bekerja keras untuk membiayai sekolahnya hingga ke perguruan tinggi. Tapi sang Ibu tak pernah sedikitpun mengeluh apalagi menuntut kepada anaknya untuk mengantikan semua apa yang telah Ia berikan.
Keesokan harinya, sang pemuda memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu kepada sang Ibu.
“Ibu sungguh aku bukanlah anak yang berguna untukmu. Sudah 24 tahun engkau membesarkanku dengan segala kekuatanmu. Tetapi sampai saat ini aku belum bisa membalas semua jasamu. Bahkan untuk diriku sendiri saja tidak cukup,” Keluh sang pemuda sambil menunduk malu.
Sang ibu pun menatap anaknya penuh kesabaran. Sebuah ungkapan lembut dari mulutnya membisik ke telinga anaknya.
“Kau sudah melakukan yang terbaik dalam hidupmu nak, hanya saja kau belum bisa memilih mana yang terbaik dalam hidupmu,” bisik sang ibu kepada pemuda tersebut. Sang pemuda akhirnya tersadar bahwa selama ini ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Hanya saja, saat semua belum berpihak kepadanya ia memilih untuk berhenti. Padahal saat Ia berhenti, kesempatan untuk mewujudkan segala impiannya sangatlah besar.
Sahabatku ada sesuatu hal yang sangat besar yang bisa kita pelajari dari kisah ini. Di mana saat kita sedang semangat dalam meraih sebuah cita-cita, maka jangan pernah berhenti walau sesaat, sebelum kita mewujudkan impian kita. Kita tahu bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Jika anda memutuskan untuk berhenti maka anda pun harus siap dengan segala resiko yang ada. Jika anda benar-benar ingin menikmati masa perjuangan anda, maka pilihlah di usia muda. Karena di usia mudalah Tuhan menganugerahkan kekuatan yang besar bagi kita semua untuk mengelola potensi kita yang ada. Pilihan itu memang berat, karena terhubung dengan hidup anda di masa akan datang.
Sahabatku, kita hidup bukan di era 1945 dimana semua orang hanya bisa memilih antara dua pilihan ‘hidup’ atau ‘mati’ demi merebut sebuah kemerdekaan. Tetapi kita hidup di era penuh kebebasan, dimana engkau bisa menyelemi dunia ini hanya dengan satu kekuatan disaat engkau bisa memutuskan dan menentukan pilihanmu dengan satu tekad demi mewujudkan impianmu, keluargamu, lingkunganmu, dan bangsamu maka itulah di sebut dengan pilihan. Kau berani memilih untuk selangkah lebih baik sungguh, kaulah para pejuang yang dirindukan oleh bangsa ini.[]
*Alumni Fak Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh sekarang tengah menyelesaikan studi Master Library and Science di Central China Normal University (CCNU) Tingkok.





