Catatan : Fathan Muhammad Taufiq*

SAAT menyebut nama Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang yang berada di wilayah kecamatan Linge, Aceh Tengah, asumsi sebagian orang hanya pada ternak Sapi Bali yang sudah dikembangkan di kawasan itu sejak tahun 2004.
Tentu sebuah asumsi yang tidak salah, karena sejak awal kawasan ini memang diprogramkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah sebagai pilot project pengembangan ternak Sapi Bali, ratusan ekor induk dan pejantan sapi sudah “dibagikan” oleh pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah kepada 200 kepala keluarga yang mendiami kawasan peternakan terpadu Ketapang I dan II.
Sebuah program “cantik” untuk menjadikan kawasan yang memang potensial untuk pengembangan ternak ini sebagai salah satu sentra produksi ternak di provinsi Aceh.
Tapi potensi Ketapang ternyata bukan Cuma ternak sapi saja, banyak potensi lain yang sebenarnya dapat dikembangkan di kawasan ini. Kondisi agroklimat, potensi lahan yang memadai serta ketersediaan limbah ternak sebagai bahan baku utama pupuk organic yang tersedia melimpah di kawasan ini, merupakan sumberdaya pertanian yang luar biasa jika mampu dimanfaatkan secara optimal.
Adalah sosok peternak bernama Sulaiman, laki-laki 52 tahun berperawakan kecil yang merupakan penghuni Blok A Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang II ini, termasuk salah satu peternak yang cukup kreatif memanfaatkan potensi ini. Dibawah bimbingan Sukarman, petugas teknis Dinas Peternakan dan Perikanan, ternak sapi milik Sulaiman mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, ternaknya kelihatan gemuk-gemuk dan sehat serta produktif, sampai dengan saat ini jumlah ternak milik Sulaiman sudah bertambah 10 ekor anak sapi yang sudah mulai beranjak besar. Ini tidak terlepas dari ketekunan dan kecermatan Sulaiman dalam memelihara ternak miliknya, pakan yang cukup serta pemeliharaan kesehatan ternak secara rutin adalah salah satu kunci keberhasilannya.
Meski bertubuh kecil, tapi semangat Sulaiman tidaklah sekecil tubuhnya, dibalik sosok kecilnya, ternyata Sulaiman menyimpan semangat dan kreatifitas yang luar biasa. Lahan yang sudah dia terima dari pemerintah itu benar-benar dia manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya, selain sebagai lahan untuk menanam rumput hijauan makanan ternak, dia juga memanfaatkan lahan miliknya sebagai lahan pertanian produktif dengan tanaman cabe, tomat, kacang panjang dan sebagainya. Dan hasilnya, kinia dia terlihat lebih “sejahtera” disbanding dengan peternak lainnnya yang menghuni kawasan yang sama. Selain ternaknya yang terus berkembang, dia juga bisa mendapatkan “rejeki” tambahan dari hasil usaha taninya.

Sulaiman, juga merupakan sosok yang cukup kreatif dalam memanfaatkan potensi lahan miliknya, dia juga cukup jeli untuk melihat peluang-peluang usaha tani yang dia anggap mampu untuk “mendongkrak” perekonomian keluarganya. Anggapan bahwa tanah dan lahan di Ketapang itu tandus dan gersang dia abaikan, karena dia berprinsip bahwa subur tidaknya suatu lahan itu tergantung pada manusia yang mengelolanya, tanah segersang apapun, jika dikelola dengan baik dan diberikan stimulant berupa pupuk organic, lambat laun akan meningkat kesuburannya, begitu yang ada dalam benaknya.
Dibawah bimbingan Paiman, SP, seorang penyuluh pertanian yang ditempatkan di kawasan itu, Sulaiman mulai mencoba melilirik komoditi pertanian lainnya yang bisa dia kembangkan di kawasan tersebut. Pilihannya kemudian jatuh pada komoditi Semangka, karena kondisi agroklimat serta topografi dan elevasi lahan yang ada dia anggap sesuai untuk mengembangkan komoditi ini.
Dia mulai menggarap lahan miliknya sebagai media tanam semangka, limbah yang dihasilkan oleh ternak miliknya, dia manfaatkan sebagai pupuk organic “gratis”. Dan berkat ketelatenannya “mengurus” tanaman semangkanya, usahanya ternyata memang tidak sia-sia. Memasuki bulan ketiga sejak dia menanam benih-benih semangkanya pada bulan Pebruari yang lalu, kini usaha kerasnya sudah mulai menampakkan hasil.
Buah berbentuk bulat berkulit hijau bergaris loreng itu kini nampak “bergelimpangan” di lahan semangka miliknya. Dan yang luar biasa, buah semangka yang dihasilkan Sulaiman ternyata memiliki kualitas bagus dan ukurannya rata-rata “jumbo”, bahkan beberapa diantaranya berbobot sampai 10 kilogram per buahnya. Kerja keras Sulaiman kini mampu menghasilkan sesuatu yang “manis” baginya, semanis rasa buah semangka yang di hasilkannya.
Untuk memasarkan hasil produksi pertaninnya, Sulaiman juga tidak mengalami kendala, dia bisa memasarkannya di “lapak” yang berada di pinggir jalan utama lintas Takengon-Blang kejeren yang belakangan mulai ramai dilintasi oleh pengguna jalan. Selain itu ada juga pedagang yang “mengambil” semangka-semangka itu langsung ke lahan semangka miliknya.
Kreatifitas dan kerja keras Sulaiman memang patut diberikan apresiasi, itulah sebabnya pada bulan Desember 2014 yang lalu, penulis dalam kapasitasnya sebagai Kasubbid. Pelatihan pada Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan sempat mengajak Sulaiman bersama 3 orang peternak lainnya untuk menambah ilmu dan wawasan di bidang peternakan ke Balai Besar Pelatihan Peternakan di Batu, Jawa Timur. Ternyata pilihan penulis tidak meleset, dari pemantauan langsung yang penulis lakukan beberapa waktu yang lalu ke kawasan peternakan ini, ternyata Sulaiman yudah mampu mengadopsi dan megadaptasi ilmu peternakan yang dia peroleh dari balai diklat di Jawa Timur itu.
Bukan itu saja, wawasan berfikirnya juga mulai terbuka setelah melihat kemajuan di bidang peternakan dan pertanian di pulau Jawa, tentu ini sebuah kebahagiaan tersendiri bagi penulis, karena upaya “kecil” untuk meningkatkan kulaitas sumberdaya manusia saudara-saudara kita di Ketapang ternyata tidak sia-sia, dan ini sudah dibuktikan oleh sosok peternak Sulaiman, yang selain sukses mengelola ternaknya, juga berhasil di bidang usaha tani lainnya.
Mudah-mudahan keberhasilan peternak yang satu ini akan menjadi contoh dan motivasi bagi peternak lainnya di kawasan ini, sehingga kesejahteraan keluarga mereka akan semakin meningkat, dan tentu saja program andalan Pemerintah kabupaten Aceh Tengah ini secara bertaham akan menuju kepada keberhasilan yang kita inginkan bersama. Untuk mencapai sebuah keberhasilan, ternyata kita memang butuh seorang “pionir” seperti Sulaiman ini.[]
*Pemerhati pertanian di Aceh Tengah