Catatan : Fathan Muhammad Taufiq
Kesepakatan antara Kemeterian Pertanian dengan Mabes Tentara nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) untuk bersinergi dalam rangka meningkatkan Swa Sembada Pangan, ternyata sudah terimplementasi sampai di tingkat bawah. Para tentara yang bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang selama ini hanya menjalankan fungsi pembinaan territorial di bidang pertahanan dan keamanan, sekarang memiliki “fungsi ganda” yaitu sebagai penggerak pembangunan pertanian di perdesaan. Peran para Babinsa dalam bidang pertanian ini tentu saja sangat membantu tugas para penyuluh pertanian yang sampai dengan saat ini jumlahnya memang belum mencukupi kebutuhan pelayanan penyuluhan pertanian. Sinergi antara tentara dan penyuluh inilah yang kemudian secara perlahan kembali “menggelorakan” semangat para petani untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian dalam rangka mencapai kembali Swasembada Pangan seperti yang pernah kita raih pada era tahun 1984 yang lalu.
Sebagai Pembina teretorial, tentu saja bukanlah sesuatu yang sulit bagi para Babinsa untuk menggerakkan dan memobilisasi massa, namun untuk melakukan pendampingan di bidang pertanian, mereka memiliki keterbatasan kapasitas dan kapabilitas di bidang ini. Sejak di angkat sumpahnya sebagai prajurit TNI AD, para Babinsa lebih berfokus kepada pembinaan territorial di bidang pertahanan dan keamanan, namun kesepatakan untuk mendukung percepatan Swasembada Pangan telah “memaksa” mereka untuk masuk ke “dunia baru” yaitu dunia pertanian yang mungkin selama ini luput dari area pembinaan mereka karena bidang tersebut memang bukan “domain” mereka, dan ini menjadi “kendala” bagi mereka untuk mengemban “tugas baru” mereka.
Tapi tidak ada kendala yang tidak bisa diretas, demikian juga kendala keterbatasan skill di bidang pertanian di kalangan para prajurit ini. Kerjasama antar stake holders terus dijalin guna meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para prajurit di bidang pertanian. Dan ini yang terjadi di wilayah territorial Komando Distrik Militer.(Kodim) 0106 yang membawahi Kabupaten Aceh tengah dan Bener Meriah.
Melalui kerjasama dengan Badan Penyuluhan dan Dinas Pertanian setempat, digelarlah Diklat Teknis Pertanian bagi para Babinsa dari 4 kabupaten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Sekitar 96 orang Babinsa dari keempat kabupaten tersebut cukup antusias mengikuti pelatihan yang mungkin merupakan hal baru bagi mereka, karena melalui Diklat ini, para prajuris diajrkan budidaya Padi, Jagung dan Kedelai mulai dari pengolahan lahan, pemilihan bibit, persemaian, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit tanaman samai dengan panen dan pasca pane.
Sebagai sarasumber dalam Diklat ini, pihak Kodim 0106 bersinergi dengan Badan Penyuluhan dan Dinas Pertanian yang menyediakan pengajar dan praktisi di bidang pertanian. Para penyuluh senior yang memiliki kompetensi di bidang pertanian tanaman pangan kemudian terlibat dalam pelatihan ini. Dan yang menariknya dari sekian banyak pengajar, sebagian besar didominasi oleh para penyuluh pertanian perempuan yang secara kebetulan memang cantik-cantik dan tentu saja memiliki spesifikasi keahlian di bidang pertanian, ini yang membuat para prajurit menjadi semakin “bersemangat: mengikuti Diklat ini.
Sebut saja Ir. Masna Manurung, MP, penyuluh perempuan jebolan pasca sarjana Universitas Brawijaya ini, kapasitas keilmuan di bidang pertanian tidak diragukan lagi. MUlai dari teknis budidaya, pemupukan dan pengolahan pupuk, pemeliharaan tanaman dan manejemen kelompok, dikuasainya dengan sangat mahir. Kemampuan menjalin komunikasi dengan public termasuk dengan para prajurit juga tidak diragukan lagi. Tanpa canggung, perempuan cantik berdarah Batak ini membaur di tengah para prajurit untuk memberikan pembelajaran teoritis di kelas maupun praktek lapangan. Penampilannya yang ramah dan elegan, membuatnya cepat akrab dengan para prajuri TNI itu, sehingga apa yang disapaikannya cepat “ditangkap” oleh para Bintara Pembina Desa tersebut.
Lain lagi sosok Ismita Risni, STP, penyuluh alumni Teknologi Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini cukup mahir di bidang panen dan pasca panen. Pengalamannya selama hampir 15 tahun sebagai penyuluh membuatnya tidak terlihat canggung ketika harus berhadapan dengan sosok=sosok berbadan tegap itu. Seperti sedang membimbing petani, Mita, panggilan penyuluh perempuan ini sangat telaten memberikan pembelajaran kepada para prajurit TNI yang jadi “murid”nya itu, mengajar teori di kelas sampai membimbing para prajurit melakukan praktek lapangan untuk kegiatan panen dan pasca panen dia jalani dengan tetap tersenyum penuh keramahan.
Ada lagi Herliasna, SP, seorang penyuluh yang juga Kooordinator Balai Penyuluhan Pertanian, perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Kute Panang Aceh Tengah itu, cukup piawai untuk memberikan bahan ajar berupa pemeliharaan dan peawatan tanaman. Sama seperti Mita, Herliasna juga merupakan penyuluh perempuan yang sudah berkiprah sebagai penyuluh selama belasan tahun di Tanah Gayo Aceh Tengah ini. Meski penampilannya terkesan tegas dan lugas, tapi kodratnya sebagai perempuan tetap terbawa dalam setiap penampilannya, dia tetap terihat lemah lembut ketika berdiri di hadapan para prajurit TNI itu.
Ternyata kehadiran para penyuluh pertanian perempuan dalam Diklat Teknis Pertanian Bagi Para babinsa itu, secara psikologis juga mempengaruhi keberhasilan Diklat ini. Diklat yang digelar selama 7 hari di Aula Makodim 0106/Aceh Tengah mulai dari tanggal 18 – 24 Mei 2015, menjadi ajang diklat yang begitu menyenangkan bagi para prajurit TNI itu. Para prajurit terlihat enjoy mengikutoi pelatihan yang melelahkan itu, di tengah keseriusan ereka mengikuti diklat, terkadang terselip gelak tawa para prajurit saat menerima “pelajaran” dari “guru-guru” cantik mereka. “Pesona” perempuan ditengah puluhan prajurit pria itu, membuat para prajurit begitu “menikmati” diklat yang melelahkan itu, dan hasilnya, sekarang mereka sudah memiliki skill di bidang pertanian, dan tidak canggung lagi ketika harus memberikan penyuluhan di bidang pertanian kepada para petani di Dataran Tinggi Gayo ini. Ini semua tidak terlepas dari peran para penyuluh pertanian perempuan yang baik langsung maupun tidak langsung, mampu membuat para prajurit itu serius mengikuti pelatihan ini, meski tetap dalam suasana yang santai. []