Maret, Teater Nol Akan Pentaskan “Ling-Lung”

oleh
proses latihan pentas tunggal teater nol
proses latihan pentas tunggal teater nol

Banda Aceh-LintasGayo.co : Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Nol Unsyiah akan mementaskan naskah “Ling-Lung”, adaptasi naskah Tik karya Budi Yasin Misbach, pada 27-28 Maret mendatang di Taman Budaya Aceh.

Pimpinan produksi, Dian Islami Elmadny mengatakan, hingga saat ini persiapan telah mencapai 70 persen. “Persiapan telah mencapai 70 persen, mulai dari kesiapan aktor/aktris, artistik panggung, musik, kostum hingga penataan cahaya. Kita yakin pementasan ini akan terlaksana sesuai target,” ungkap Dian di sela-sela latihan di Gelanggang Mahasiswa Unsyiah, Selasa (24/2/2015).

Dian berharap, pementasan dengan tajuk pentas tunggal ini mampu memberi hiburan edukatif untuk masyarakat. “Kita telah mempersiapkan ini selama beberapa bulan, persiapan dilakukan dengan matang, kami berharap pementasan ini mampu memberikan hiburan yang sifatnya edukatif bagi masyarakat,” ungkap mahasiswi Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP Unsyiah tersebut.

Sementara, sutradara pementasan, Winda Utamy, mengatakan, naskah tersebut digarap dengan konsep realis. Mementaskan teater realis tidak hanya bersumber pada realita kehidupan sehari-hari, tetapi di atas panggung memerlukan ketepatan dalam menyampaikan gambaran kehidupan kepada penonton dan itu menjadi tantangan tersendiri baginya. “Pementasan realis lebih mudah dipahami oleh penonton, namun untuk menggarapnya memiliki tingkat kesulitan yang besar,” jelasnya.

Lebih lanjut Winda mengungkapkan bahwa alasan mereka memilih naskah realis guna memberikan pemahaman kepada penonton teater di Aceh. “selama ini beberapa pementasan teater yang dilaksanakan di Banda Aceh digarap dengan konsep non realis, jadi kali ini kami mencoba memberi tawaran tontonan teater yang berbeda agar penonton tidak berpikir bahwa teater hanya identik dengan gelap-gelapan, teriak-teriak dan magis,” ujar mantan Ketua Umum Teater Nol tersebut.

Naskah “Ling-Lung” menceritakan tentang kehidupan para pemulung yang berhasrat bisa menonton televisi bareng. Keinginan tersebut diwujudkan oleh tokoh Hayati dengan mencuri televisi milik Madam Sulas. Hayati ditangkap petugas keamanan, namun penangkapan tersebut ditentang oleh kawan-kawan Hayati sesama pemulung. Kondisi tersebut  semakin diperparah dengan kesalahan pengetikan surat laporan kehilangan oleh petugas keamanan dan penembakan oleh Madam Sulas hingga memicu rentetan konflik baru.

(PR | DM)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.