Takengon-LintasGayo.co : Akibat panen raya dan pengaruh hujan di Kabupaten Aceh Tengah, harga sayuran di tingkat petani turun. Hal tersebut terjadi sejak sebulan lalu. Petani berharap agar harga sayuran segera membaik, karena selain kopi, sayuran merupakan sektor andalan perekonomian masyarakat di Dataran Tinggi Tanoh Gayo.
Seperti yang diutarakan, Mondan (45), pedagang pengepul sayuran di Pasar Inpres Takengon, Selasa (24/2) mengatakan, harga semua jenis sayuran yang dihasilkan petani selama sebulan ini turun.
Harga kol turun dari Rp 1.500 menjadi Rp 700 per kilogram, harga tomat turun dari Rp 5.000 menjadi Rp 2000 per kilogram, harga kentang turun dari Rp 4.000 menjadi Rp 3.000 per kilogram, dan harga cabe juga turun dari Rp 17.000 menjadi Rp 5.000 per kilogram. Untuk harga cabe rawit dari Rp. 30.000 menjadi Rp. 10.000. Di perkirakan harga sulit itu mengalami kerugian di tingkat petani.
“Penurunan harga tersebut akibat banyaknya panen ditingkat petani. Saat ini lagi musim panen raya kentang dan jenis tanaman sayur lain,” katanya.
Selain di Gayo, panen raya juga terjadi didaerah lain. Menurutnya, turunnya harga sayuran itu membuat petani rugi, selain itu pedagang pengepul juga kesulitan menerima barang dari petani.”Sayang sekali petani kita,” ungkapnya
Menurutnya, untuk meningkatkan kesejahteraan petani harus ada sistem penjadwalan penanaman yang baik, adanya penyuluh pertanian yang betul-betul hadir saat mendampingi petani agar kemudian permintaan pasar dan hasil produksi usaha bertani bisa seimbang, sehingga harga tetap stabil.
“Penyuluh pertanian kita yang belum bekerja maksimal, disamping itu Pemerintah juga salah kaprah dalam memberikan bantuan baik melalui dana aspirasi. Kalau ada dana, Pemkab memberikan bantuan ke satu jenis tanaman, seperti kentang, sehingga saat panen raya harga tidak stabil,” sebutnya.
Ia juga rasa pesimis dengan diekspornya kentang dari wilayah Gayo, baginya petani kentang di Gayo belum maksimal menjaga kualitas hasil panennya. “Untuk itu Pemerintah harus hadir dan ikut masuk dalam memikirkan nasib kesejahteraan petani, kalau tidak petani yang bodoh terus menjadi bodoh, yang miskin tetap miskin dan yang kaya semakin menjadi kaya,” pungkas Mondan yang telah melakoni menjadi pedagang pengepul selama beberapa tahun terakhir.
(Maharadi | DM)