Redelong-LintasGayo.co : Selain pemasangan Early Warning System atau GPS Collar pada tubuh gajah liar sehingga dapat dipantau pergerakan gajah dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat jika gajah-gajah tersebut mendekati pemukiman penduduk, upaya lain juga menggunakan Strategy Barrier atau pembuatan pagar penghalang. Hal ini bertujuan agar gajah-gajah liar tersebut tidak lagi kembali karena terdesak oleh keterbatasan kayu atau alat-alat penghalang.
Solusi ini terungkap dalam pertemuan di ruang rapat Bupati Bener Meriah yang dihadiri oleh Ir. Ruslan Abdul Gani, DiplSE, Asisten II Setdakab Bener Meriah Khairun Aksa, MSi, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh serta perwakilan Pusat kajian Satwa Liar (PKSL) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah.
Langkah selanjutnya, menggunakan strategi penyesuaian komoditi perkebunan atau pertanian srta pola penggunaan lahan disekitar habitat gajah liar tersebut.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Bener Meriah menyatakan pada prinsipnya manusia dan gajah memiliki kedekatan. Hal itu dibuktikannya bahwa kedua mahluk ini sama-sama memiliki naluri, namun bagi hewan bertubuh besar ini semakin lama usianya atau bertambah maka instink ingatan yang dimilikinya semakin kuat.
“Dalam upaya penggiringan ini kita juga berharap berjalan dengan lancar sehingga tidak mendapatkan kendala yang terlalu berat,” harap Ruslan.
Selanjutnya, sesuai rencana, kata Bupati Bener Meriah ini, pemerintah daerah tentunya bersama pihak BKSDA Aceh dengan dukungan pemerintah Pusat dan Provinsi, di daerah yang dipimpinnya akan di bangun kawasan Conservation Rescue Unit (CRU) bagi gajah liar sehingga dapat menjadi lahan konservasi dan objek wisata seperti yang ada di Saree Aceh Besar. (Rahman |Kh)