
Banda Aceh-LintasGayo.co : Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Genman S. Hasibuan, Selasa 27 Januari 2015 melalui LintasGayo.co menyatakan duka cita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa akibat serangan gajah liar di Dusun Gedok Kampung Musara Pakat, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.
Terkait pernyataan Ramadhana Lubis, anggota DPRA asal Bener Meriah dalam pemberitaan media ini (baca: Ramadhana Lubis: BKSDA Aceh dan LSM perlu ikut tangani serangan Gajah di Gayo) yang menyatakan BKSDA provinsi harus dilibatkan, Genman mengaku kalau pihak BKSDA saat ini sudah berkoordinasi dengan Pemkab Bener Meriah terkait masalah ini.
Bahkan menurut Genman, sejak Fauna and Flora International (FFI) LSM Lingkungan yang berpusat di Inggris tidak lagi terlibat dalam penanggulangan konflik antara manusia dan gajah, mulai dari pertengahan 2014, saat ini BKSDA adalah satu-satunya lembaga yang menangani konflik antara manusia dan gajah.
“Tapi sesuai amanat Permenhut no 48 tahun 2008, tentang penanggulangan konflik antara satwa liar dan manusia, upaya penanggulangan ini harus melibatkan berbagai pihak dan instansi, BKSDA tidak mungkin bekerja sendiri,” ujar Genman.
Dalam masalah penanggulangan konflik antara gajah dan manusia ini, Genman menyatakan BKSDA membutuhkan dana sangat besar. Untuk dana tersebut, pemerintah lah yang menyediakan. Dan sebagaimana umumnya dana pemerintah, pencairannya tentu membutuhkan proses, termasuk proses politik di parlemen.
Menurut Kepala BKSDA Aceh ini, Gubernur Aceh akan membentuk sebuah Satuan Tugas Penanggulangan Konflik antara Manusia dan Satwa Liar. Tapi rancangan angggaran biaya untuk pembentukan satuan tugas ini masih di dalam proses.
“Rencana yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Aceh ini, saat ini sudah memasuki tahap finalisasi,” tandas Kepala BKSDA Aceh Genman S. Hasibuan. (WWN)