Oleh : Win Wan Nur

Di tengah sorotan image buruk tentang aksi mahasiswa yang ketika melakukan demonstrasi kerap alih-alih menyelesaikan persoalan tapi malah menimbulkan masalah. Mahasiswa Gayo tampil beda dalam pengertian positif.
Dalam persoalan antara warga dengan Hyundai yang merupakan kontraktor yang mengerjakan proyek PLTA di Gayo. Mahasiswa Gayo menunjukkan bahwa aksi mahasiswa mampu menjadi katalisator untuk menyelesaikan persoalan, tanpa menimbulkan huru-hara.
Artinya, tidak seperti banyak pandangan sinis di luar sana terhadap aksi Mahasiswa. Mahasiswa Gayo sudah membuktikan, kalau mereka masih bisa diharapkan sebagai agen perubahan dan pencerdasan masyarakat. Sebagai alternatif penyampai aspirasi rakyat Gayo, ketika penyampai aspirasi yang secara resmi dilantik dan digaji, gagal menangkap aspirasi murni.
Saat ini dana aspirasi anggota Dewan asal Gayo akan segera turun. Dana yang merupakan hak rakyat banyak yang akan mereka kelola itu akan segera dibagikan sesuai dengan aspirasi rakyat yang memilih mereka.
Tapi sebagaimana selama ini terjadi, ada banyak sekali ketidak jelasan terkait dengan dana yang merupakan hak masyarakat banyak ini. Jangankan peruntukan dan distribusinya, bahkan selama ini berapa jumlahnya pun tidak banyak masyarakat yang tahu.
Tidak mengherankan jika kemudian banyak suara kritis yang meminta agar dana aspirasi yang kontroversial ini sebaiknya dihapuskan saja.
Apalagi memang tidak ada nomenklatur dana aspirasi dalam Undang- Undang. Sehingga tidak sedikit pihak yang beranggapan bahwa dana aspirasi adalah akal-akalan. Sebagian kalangan berpendapat kalau benar-benar ingin menampung aspirasi . Seharusnya anggota dewan memperjuangkan mati-matian usulan pembangunan itu pada forum Musrenbang pada semua tahapan, mulai dari tahap musrenbang Kecamatan, Kabupaten, Provinsi sampai pd Musrenbang Nasional.
Tapi karena juga tidak ada Undang-Undang yang melarang. Dana ini tetap dikeluarkan dan, kita setuju atau tidak. Dana ini sudah ada, tinggal sekarang masyarakat harus memastikan. Dan itu disalurkan dengan benar atau tidak.
Harus diakui, kecurigaan masyarakat terhadap anggota Dewan terkait penggunaan dana aspirasi ini cukup besar. Contohnya seperti apa yang dikatakan oleh Tokoh muda Gayo yang dikenal sebagai aktivis lingkungan di Aceh Tengah, yang menegaskan bahwa akan ada gerakan ekstrim jika anggota Dewan Perwakilan Rakyat baik di DPRK, DPRA dan DPRRI tidak pro rakyat dalam memegang amanah rakyat.
Melihat kenyataan ini, di sinilah sebenarnya kesempatan bagi Mahasiswa Gayo kembali berperan sebagai penyampai aspirasi murni masyarakat. Sebagaimana telah ditunjukkan dengan baik oleh mahasiswa dalam kasus konflik antara Hyundai dan masyarakat Burni Bius.
Mahasiswa dengan kapasitas intelektual mereka, bisa memposisikan diri sebagai jembatan antara masyarakat dan anggota Dewan terkait penyaluran dana aspirasi. Sekaligus sebagai kekuatan pemaksa, agar anggota dewan mau transparan mempublikasikan penyaluran dana aspirasinya. Misalnya dengan mendesak anggota Dewan untuk memprioritaskan penyaluran dana aspirasinya untuk mengerjakan program-program hasil Musrenbang yang tidak terdanai oleh APBK.
Tapi itu pun tentu harus diawasi, sebab sebagaimana dikatakan oleh Ilman A Rahman, seorang petugas PNPM. Substansi Musrenbang yang sesuai amanah undang-undang sendiri, sebenarnya banyak yang tidak berjalan. Seperti agenda pokok Musrenbang Kecamatan yang merupakan forum musyawarah membuat kesepakatan melalui musyawarah mufakat atau voting tentang prioritas usulan yg di prioritas dari seluruh usulan desa. Ini kebanyakan tidak pernah dilakukan, selama ini proses ini hampir semua itu diserahkan kepada utusan yang merupakan perwakilan kecamatan.
Akibatnya program yang merupakan hasil musrenbang tidak ada yg terdanai, sehingga penyakit di kecamatan turun ke kampung, dimana Reje (kades) akhirnya malas membuat musyawarah di tingkat dusun dalam menyerap aspirasi warganya, sehingga yang di bawa ke kecamatan bukan usulan warga, tapi usulan aparatur kampung kampung dan koleganya.
Kalau mau, sebenarnya di sinilah mahasiswa bisa berkontribusi.
*Aktivis mahasiswa era 1990-an