
Takengon-LintasGayo.co : Terkait rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah memberikan lahan untuk pembangunan Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon di kawasan Silih Nara dinilai tak layak.
Mantan Rektor UGP, Syukur Kobath kepada LintasGayo.co beberapa waktu lalu mengatakan, pemberian tempat di kawasan tersebut bukanlah solusi yang tepat untuk mengembangkan universitas kebanggaan masyarakat Gayo tersebut ke arah yang lebih baik.
“Selain kampus, rencana Pemkab ditempat itu juga akan dibuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, mana layak kampus di dekat kan dengan TPA sampah, hal itu adalah hal yang aneh saya kira,” ucap Syukur Kobath.
Selain akan dibuatkan TPA sampah di kawasan tersebut, lokasi kampus yang akan dibangun juga berada di atas sumber mata air. Dan sebagai sarana pendidikan (kampus) harus mempunyai sumber air bersih yang pantas.
“Kampusnya di atas, sungai ada di bawah, pasti nantinya akan kesulitan mendapat suplai air bersih. Meski teknologi saat ini sudah memungkinkan membuatnya, kan butuh investasi besar dalam pembangunannya,” tuturnya.
Lokasi yang layak dibangun kampus UGP lanjut Syukur Kobath terletak di kawasan Dedamar Kecamatan Bintang, dia beralasan kawasan ini pantas dijadikan lokasi kampus baik UGP maupun Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Gajah Putih.
“Akses jalan kesana sudah memadai, jalannya juga jalan lintasan. Sebagai contoh dari Gayo Lues akan melewati Bintang, begitu memandang ke Lut Tawar disampingnya ada kampus, sangat layak saya kira,” tuturnya.
Alasan lain sebutnya lagi, urang Gayo yang bergelar profesor pertama berasal dari Bintang, hal tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada tokok pendidikan Gayo yang berhasil menjadi guru besar di Universitas Indonesia.
“Prof. Mr. Daud berasal dari Bintang, dialah urang Gayo pertama menyandang gelar profesor, tidak ada salahnya kita beri penghormatan kepada beliau. Saya tidak pandang dia urang uken atau toa, yang penting dia adalah tokoh pendidikan kita yang berjaya menjadi guru besar di Universitas ternama di Indonesia itu,” demikian Syukur Kobath.
(Darmawan Masri)