
Takengon-LintasGayo.co : Terkait pernyataan salah seorang anggota DPRA asal pemilihan Aceh Tengah dan Bener Meriah, Bardan Sahidi yang diberitakan telah membuat resah warga Cemparam-Jamur Atu, tentang buku penistaan agama yang beredar dikawasan tersebut. Bardan Sahidi kepada LintasGayo.co, Kamis 18 Desember 2014 mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menyebut nama daerah kepada wartawan sebagaiman ditulis dalam pemberitaan oleh salahsatu media di Aceh tersebut.
“Ini yang perlu diklarifikasi, saya tidak pernah menyebut nama tempat,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Bardan juga mengatakan bahwa dirinya juga sedang tidak melakukan kunjungan kerja ke daerah itu, akan tetapi dirinya hanya melintas di jalan Kabupaten Bener Meriah tersebut.
“Kalau kunjungan kerja kan harus bersama staf DPRA dan ada pemberitahuan kepada pemerintah setempat, ini bukan kunjungan kerja tapi hanya melintas,” terang Bardan melanjutkan klarifikasinya.
Dilanjutkan lagi, saat melintas dijalur disalah satu jalan di kabupaten tersebut Bardan berhenti di sebuah pondok (Bebalen – Gayo : red) untuk melakukan shalat dzuhur, di Bebalen itulah dia melihat tiga buah buku yang dianggap tidak sesuai dengan kaidah agama Islam.
“Saya kaget melihat buku tersebut ditaruh rapi di Bebalen itu, saya rasa buku itu bukan milik warga namun sengaja ditaruh oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ungkapnya.
Setelah bertemu dengan Tgk. Syarkawi di Pondok Pesantrennya, Bardan menceritakan kronologi penemuan sebuah buku yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
“Beliau (Tgk. Syarkawi) tidak kaget mendengarnya, beliau mengatakan kepada saya bahwa hal tersebut biasa terjadi di akhir Desember, tahun lalu juga ada ditemukan buku serupa di Bener Meriah bahkan di Aceh Tengah juga ada, diletakkan di halte-halte, kemudian beliau menyatakan bahwa buku tersebut adalah buku penistaan agama, dan pernyataan itulah yang dikutip,” ujarnya.
Setelah kejadian itu, Bardan mengaku sering dihubungi oleh beberapa ulama di Bener Meriah menanyakan hal tersebut. “Ketua MPU juga ada menghubungi saya, dan ulama lainnya, saya jelaskan sama seperti yang saya jelaskan kepada Tgk. Syarkawi, jadi saya tidak pernah menyebut tempat, dan juga tidak sedang melakukan kunjungan kerja, hanya melintas saja,” demikian Bardan Sahidi.
Seperti diberitakan LintasGayo.co sebelumnya, warga beberapa kampung di kecamatan Mesidah mempertanyakan pernyataan Bardan Sahidi yang melalui salahsatu media di Aceh menyatakan telah ditemukan buku penyesatan Agama Islam di salahsatu mushalla di kecamatan tersebut. Warga resah atas pemberitaan tersebut. (Darmawan Masri | Kh)
Berita terkait : Pernyataan anggota DPRA bikin resah warga Cemparam-Jamur Atu