Oleh: Husaini Muzakir al-Gayoni*
“Jangan merasa rendah diri melihat kehebatan peradaban Barat”
(Mohammad Natsir)
KATA liberal tidak asing lagi di dengar oleh telinga, apalagi bagi kalangan akademisi dan mahasiswa. Kata-kata ini begitu menarik untuk dikaji dan dibahas oleh semua kalangan, entah kata-katanya yang menarik karena menggunakan istilah atau karena pemahaman yang begitu luas yang ada dalam liberal tersebut. Yang perlu kita ketahui sebagai umat Islam ialah bahwa virus-virus liberal merupakan salah satu proyek orang-orang barat untuk menghancurkan Islam melalui pemikiran-pemikiran orang barat sendiri dan sekarang telah beralih kepada orang-orang Muslim yang mempunyai ilmu pengatahuan dan wawasan yang luas namun mereka sendiri yang menghancurkan agamanya sendiri melalui pemikiran-pemikiran mereka yang telah terjerumus ke ranah liberal. Misi-misi orang Barat ialah menerapkan pemikiran mereka kepada genereasi-generasi Islam dengan cara liberal terutama dalam dunia pendidikan Islam.
Virus-virus liberalime telah berkembang luas khususnya di perguruan tinggi agama Islam bahkan tokoh-tokohnya berasal dari kalangan akademisi. Sumber virus liberalisme ini memang berasal dari barat sebagaimana yang yang ditulis oleh Dr. Adian Husaini dalam bukunya Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi. Kekaguman yang berlebihan terhadap kemajuan Barat dan realitas kondisi umat Islam saat ini telah menyilaukan banyak cendekiawan untuk mengikuti jalan Barat dalam berbagai kehidupan, termasuk dalam pemikiran keagamaan.
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam kata pengantarnya di buku Islam Liberal 101 menyebutkan bahwa di antara proyek liberalisasi pemikiran Islam yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cendekiawan Muslim adalah mengubah penafsiran terhadap al-Qur’an. Inilah yang dilakukan di antara oleh Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Syahrur dan Muhammad Arkoun. Proyek liberalisasi pemikiran Islam yang lain adalah pluralisme agama. Paham ini juga dipengaruhi oleh doktrin nihilisme, relativisme dan equality postmodern. Dari paham ini akan muncul istilah Islam Inklusif, Islam Pluralis. Dan feminisme dan kesetaraan gender melalui strategi menyebar luaskan wacana dari media massa hingga wacana akademik.
Dan Ahmad Sarwat LC mengatakan bahwa metode musuh-musuh Islam dalam bekerja menghancurkan umat Islam mereka bekerja profesional, kemampuan intelektual mereka selalu diasah, potensi diri mereka senantiasa dikembangkan, serta ide-ide mereka selalu didengar oleh seniornya.
Misi Kristen Dengan Westernisasi Pendidikan
Bagi yang mengetahui partai Islam yang pernah berjaya pada era-Soekarno maka tidak asing lagi dengan Mohammad Natsir, beliau adalah tokoh dakwah dan politik. Namun banyak orang yang tidak mengenal M. Natsir sebagai seorang tokoh pendidikan Islam, apalagi perannya kepada perguruan tinggi agama Islam dengan berbagai macam gagasan dan kiprahnya begitu fenomenal. Beliau adalah pejuang cendekiawan Muslim yang teguh meletakkan tauhid sebagai landasan pendidikan. Meskipun beliau memiliki latar belakang pendidikan Belanda (Barat) yang baik, beliau tidak bergerak sama sekali untuk melakukan westernisasi atau sekularisasi dalam dunia pendidikan Islam. Bahkan melalui berbagai tulisannya, Natsir senantiasa mengingatkan bahaya pendidikan Barat yang menjauhkan orang Muslim dari agamanya sendiri. Bahkan tak jarang Natsir mengungkapkan fakta kaitan antara Misi Kristen dengan program westernisasi pendidikan.
Buku berjudul “Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Agama Islam” yang ditulis oleh Dr. Adian Husaini menyebutkan pengaruh pendidikan Barat terhadap agama Islam
Ø Dr. Baker mengatakan “Masih banyak orang Islam memegang agama mereka yang turun temurun dari dulu itu, akan tetapi banyak pula yang sudah terlepas dari agama mereka terutama lantaran pelajaran Barat yang katanya netral itu telah merampas dasar lain yang akan digantinya.
Ø Muhammad Asad (Leopold Weiss) mencatat bahwa Peradaban Barat modern hanya mengakui penyerahan manusia kepada tuntutan-tuntutan ekonomi, sosial dan kebangsaan.
Ø Dr. Muhammad Iqbal menyoroti karakteristik Peradaban Barat dan banyak menulis puisi tentang kebobrokannya. Dalam kumpulan puisinya (Jawid Namah), Iqbal mengungkapkan ketamakan peradaban Barat modern yang kurang mempedulikan aspek kemanusiaan. Kemudian dalam puisinya yang lain, Iqbal mengingatkan bahaya pendidikan Barat modern yang berdampak terhadap hilangnya keyakinan kaum muda Muslim terhadap agamanya.
Ø Prof. Muhammad Naquib al-Attas mengungkapkan bahwa sepanjang sejaranya, manusia telah menghadapi banyak tantangan dan kekacauan. Kekacauan itu menurut beliau bersumber dari keilmuan Barat itu sendiri.
Begitu lihainya orang-orang Barat dalam meruntuhkan agama Islam, terutama dalam masalah tauhid. Mereka menyerang kaum-kaum muda Islam terutama kalangan mahasiswa melalui pemikiran-pemikiran Barat agar menjadi sarjana yang skeptis dan ragu-ragu terhadap agama Islam. Dengan pendidikan Barat tersebut mencetak generasi cendekiawan-cendekiawan yang berpikiran modern ala Barat.
Seperti penulis tulis di atas tadi yang dikatakan oleh Mohammad Natsir ““Jangan merasa rendah diri melihat kehebatan peradaban Barat”.
Kehebatan Islam jauh lebih hebat dibandingkan dengan kehebatan barat, namun masih banyak orang yang meragukan kehebatan IslamDan K.H.M Dachlan mengatakan “Pentingnya memelihara semangat untuk melawan penjajahan dalam dunia pendidikan.”
Akhir dari tulisan ini, penulis hanya bisa menyampaikan semangat kita untuk melawan pikiran liberal itu dengan pendidikan tauhid yang kuat agar tidak masuk kedalam ranah tersebut, karena begitu banyak orang yang bertitel tinggi bertingkah laku durhaka kepada Allah. Dengan titel itu dia durhaka karena mempunyai ilmu yang tinggi sehingga bisa mengotak-atik apa yang ada dalam pikirannya termasuk sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis.
*Penulis: Alumni Ponpes Nurul Islam, Khadam (Remaja Masjid)