Blangkejeren-LintasGayo.co : Gayo masih kurang dikenal di ruang Aceh. Karena kurang penelitian, publikasi, dan dokumentasi. Transmisi budaya di Gayo juga berjalan secara lisan.
Demikian kata Yusradi Usman al-Gayoni yang mengupas materi ‘Peran Pemuda dalam Melestarikan Budaya Gayo’ dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar Kepemudaan 2014 yang digelar Dinas Pemuda dan Olah Raga Gayo Lues di Wisma Pondok Indah Kampung Porang, Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues, Jumat (14/11/2014).
Disamping itu, terangnya, warisan budaya fisik yang ada juga cenderung kurang dirawat. Dampaknya, warisan yang ada berpotensi rusak.
“Disitulah, rekan-rekan pemuda harus mengambil peran. Bagaimana kita bersama-sama nantinya bisa menggali, mengembangkan, dan melestarikan budaya Gayo,” kata peneliti itu.
Bentuk pelestarian itu, sambungnya, dapat berupa culture experience dan culture knowledge.
“Culture experience, kita terlibat langsung dalam pengalaman kebudayaan, seperti Saman, Didong, dan Bines. Sedangkan culture knowledge, membuat pusat informasi kebudayaan yang bertujuan untuk mengedukasi sekaligus mengembangkan kebudayaan atau potensi daerah,” tegas Tim Perumus Seminar Asal Usul/Budaya Gayo 2014 Pemkab Gayo Lues itu.
Penulis yang sudah menulis lima buku itu mengharapkan agar peserta dapat menerapkan materi diklat dalam mengenalkan, mengembangkan, dan melestarikan budaya Gayo. Khususnya, budaya Gayo Lues. (GM)