Kenikmatan Dunia dan Akhirat

oleh

Oleh: Husaini Muzakir al-Gayoni

Seluruh manusia yang menyebar di dunia ini mencari rizki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya siang dan malam bekerja tanpa kenal lelah, terkadang melupakan waktu untuk melaksanakan kewajiban shalat lima waktu. Bekerja memang disuruh oleh Allah  kepada hamba-Nya untuk mencari rizki, karena agama melarang untuk  bermalas-malasan.

Bekerja siang malam untuk mendapatkan uang sehingga dengan cepat mengumpulkan pundi-pundi harta kekayaan, bahkan ada yang berdo’a dengan penuh keyakinan untuk diberikan kebahagiaan dunia dengan diberikan  rizki  yang banyak. Namun sering di antara kita melupakan  kebahagiaan akhirat, padahal kebahagiaan akhirat lebih utama dibandingkan kebahagiaan  dunia.

Pernah  suatu ketika Ibnu Abbas ra menuturkan “Ada suatu kaum dari kalangan Arab (Arab Badui) yang mendatangi mauqif (Padang Arafah pada musim haji), mereka lalu berdo’a kepada Allah Swt; “Ya Allah, jadikanlah tahun ini tahun yang banyak hujan, tahun yang subur dan tahun dilahirkannya banyak anak laki-laki yang bagus. Mereka tidak menyebutkannya urusan  akhirat sedikitpun dalam do’a mereka. Kemudian Allah Swt pun  menurunkan ayat tentang mereka:

   فمن النّاس من يقول ربّنا اتنا فى الدّنيا و ما له فى الأخرة من خلق

“Ada diantara manusia yang berdo’a, ‘Ya Rabb kami, berilah kami (kebaikan) didunia dan tiadalah  baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat” (al-Baqarah: 200).

Orang-orang di atas hanyalah meminta kenikmatan dunia karena mereka telah ditumbuhi hawa nafsu kecintaan dunia, dan itu bukanlah ciri-ciri orang mukmin. Sedangkan orang mukmin itu ialah seimbang dalam hal dunia dan dalam hal akhirat, dia meminta kenikmatan dunia kepada Allah namun tidak melupakan kenikmatan akhirat. Setiap berdo’a kepada Allah baik itu sedikit maupun panjang, do’a-do’a yang kita panjatkan pada akhir dari do’a itu kita selalu mengucapkan:

     ر بّنا اتنا فى الدّنيا حسنة وفى الأخرة حسنة و قنا عذاب النّار

“Ya Rabb kami, berilah kami  kebaikan di dunia dan kebaikan  di  akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka” (al-Baqarah: 201).

Do’a ini tidak asing lagi ditelinga kita bahkan dari kecilpun sering kita dengar, namun apakah kita memahami makna ayat di atas, meminta kenikmatan dunia dan kenikmatan akhirat.  Seperti Firman  Allah melanjutkan  ayat di atas yang artinya:

“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari yang  mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungannya” (al-Baqarah: 202).

Ibnu Katsir menjelaskan, oleh karena itu Allah memuji orang-orang yang  meminta kepada-Nya kebaikan  di dunia dan  di Akhirat.

Paling Sering dipanjatkan  Nabi SWA;

Tahukah anda wahai saudaraku ? Bahwa do’a yang sering dibaca oleh Nabi kita ialah ayat dalam surah al-Baqarah ayat 201 di atas seperti yang termaktub dalam Shahih al-Bukhari. Diriwayatkan  dari Anas bin  Malik ra: “Do’a yang paling sering dibaca oleh Nabi saw adalah, wahai Rabb kami, berikanlah  kepada kami kebaikan di  dunia dan kebaikan  di  akhirat  dan lindungilah  kami dari siksa neraka”. (Shahih al-Bukhari no. 5910, melalui Maktabah Syamilah)

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan, Rasulullah saw sering berdo’a dengan ayat ini karena ayat ini mencakup makna semua do’a, yaitu perkara dunia dan perkara akhirat. Makna Hasanah dalam do’a ini, menurut mereka adalah  nikmat. Oleh karena  itu, dengan do’a ini beliau meminta kenikmatan dunia dan  kenikmatan  akhirat serta perlindungan dari siksa. Kita  memohon kepada Allah Swt agar senantiasa memberi kita kenikmatan dan perlindungan tersebut. (Dinukil dari Fathul Bari, melalui Maktabah Syamilah).

Dalam tulisan singkat ini, penulis terinspirasi dari ceramah bapak Hasballah Mango (Mantan Anggota DPRK Aceh Tengah dan Alumnus Mesir), saat memberikan tausyiah di malam tahlilan meninggalnya  (Muchtar AK bin  Mude Intan / adek kandung  dari Tgk. H. Ilyas Leube) di Kenawat Lut. Bahwa banyak sekali manusia  saat sekarang ini hanya memikirkan kenikmatan dunia tapi tidak mau memikirkan kenikmatan akhirat padahal kenikmatan dunia hanyalah sementara yang  kita perlukan adalah kenikmata akhirat karena kita semua  akan pergi kesana setelah kita meninggalkan dunia. Idealnya harus seimbang, meminta kenikmatan dunia dan kenikmata akhirat.

Yang dapat disimpulkan dari  ialah, pertama: kedudukan do’a ini sebagai do’a yang  paling  sering dipanjatkan  oleh Rasulullah saw. Kedua, celaan bagi orang-orang yang hanya mementingkan perkara dunia dan memandang bahwa kesuksesan hidup diartikan dengan  perolehan materi, baik berupa harta dan  jabatan. Ketiga, orang-orang yang hanya memikirkan dan mementingkan perkara dunia akan mendapatkan kerugian di akhirat bahkan tidak mendapatkan bagian yang baik di akhirat kelak. Keempat, di antara sifat orang yang beriman adalah meminta kebaikan di dunia dan  kebaikan di akhirat. Dia menggabungkan kebaikan duni dan  kebaikan akhirat.  Semoga Bermanfaat. [SY]

husaini (Custom)Husaini Muzakir al-Gayoni adalah alumni Ponpes Nurul Islam, Remaja Masjid, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Prodi Bahasa Arab dan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prodi Ilmu Aqidah, UIN Ar-raniry.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.