Redelong-LintasGayo.co : Sebuah lembaga keuangan, bank internasional yang berbasis di Belanda, Rabobank Foundation, melakukan kunjungan ke Koperasi dan petani di Aceh Tengah dan Bener Meriah, 21-23 Oktober 2014.
Kunjungan dari Rabobank ini bertujuan untuk membuka peluang memberi pinjaman dana kepada koperasi, salah satunya adalah koperasi Gayo Linge Organic Coffee (GLOC) di Bener Meriah.
“Menarik sekali skema pinjaman yang rencananya akan diberikan oleh Rabobank ini, koperasi tidak perlu menyediakan anggunan fisik untuk dapat menerima pinjaman dari mereka, tetapi kontrak penjualan kopi dengan pembeli yang akan menjadi agunan.” kata Mustawalad, General Manager Koperasi GLOC kepada LintasGayo.co, Kamis 23 Oktober 2014.
Besarnya dana yang rencananya diberikan sebesar maksimal Euro 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu Euro) dengan tingkat suku bunga 8 – 10 persen dalam rupiah.
“Kalau ini dapat terlaksana ini merupakan terobosan yang luar biasa. Dulunya pada tahun 2010 juga pernah ada bantuan untuk koperasi dan eksporter kopi Gayo untuk mendapatkan dana segar dengan skema kopi yang digudang menjadi agunan dari Asian Development Bank (ADB) melalui program Islamic Trade Finance Corporation (ITFC),” tambah Mustawalad.
Tidak efektif
Sementara menurut Sadarsah , pemilik CV. Arvis Sanada Sanny, salah satu eksporter kopi Gayo di Medan yang mendapat fasilitas dari ITFC, dalam percakapannya dengan Mustawalad mengatakan bahwa project dengan ITFC tidak terlalu efektif, sehingga pihak ITFC rencananya mengubah skema dengan rencananya hanya menerapkan kontrak menjadi anggunan.
Selain lembaga keuangan Rabo Bank, ITFC dan Respond Ability ada satu lagi lembaga keuangan lain yang rencananya akan bekerjasama dengan koperasi di Gayo yaitu Root Capital yang berbasis di Amerika Serikat.
Selain kontrak dengan pembeli ada persyaratan lagi yang wajib dipenuhi oleh Koperasi yaitu laporan keuangan yang harus sesuai standard Bank.
“Dan, disinilah harus ada kerjasama antara Koperasi dengan Dinas Koperasi untuk meningkatkan kapasitas pelaporan keuangan Koperasi agar sesuai dengan standar Bank,” ungkap Sadarsah.
Dikatakan lagi, sebenarnya ada juga lembaga non Bank di Indonesia juga yang memberikan dana kepada koperasi seperti Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) oleh Kementrian Koperasi tetapi ada permasalahan oleh beberapa kreditor di Aceh dan dana yang diberikan macet sehingga Aceh tidak mendapat prioritas dana ini pada tahun ini.
“Ini juga merupakan tantangan untuk Bank Nasional untuk menjual produknya yang baru seperti memberikan kredit kepada koperasi yang credible dengan hanya kontrak pembelian sebagai agunan.Bank Nasional jangan hanya berorientasi menghasilkan uang seperti lembaga peternak uang murni,” kata Sadarsah. (SP | Kh)