Melirik syair Saman bocah SDN 3 Blangkejeren

oleh

Catatan Anuar Syahadat

Lantunan suara yang khas mulai menggema di ruangan Bale Musara, lirikan demi lirikan lagu mulai dimainkan penari Saman cilik dari SD Negeri 3 Blangkejeren dalam rangka memeriahkan Seminar Sehari yang diadakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Gayo Lues.

Tepuk tangan dan kilatan camera turut mengiringi lirik lagu dan gerak dimainkan bocah-bocah cilik itu. Suara merdu Sidin yang membawakan lagu (Penangkat-red:Gayo) mampu menggugah hati penonton.

Suara Sidin juga diselingi oleh rekannya, Miko dan Arbi, sahutan demi sahutan nyanyian terus terdengar hingga proses yang dilakukan berselang-seling, meskipun pemain tari Saman adalah anak-anak yang masih SD, suara merdu dan nyanyianya tak kalah menarik dari permainan tari Saman orang dewasa.

Lembaran demi lembaran Rupiah berwarna biru dan merah juga ikut menari-nari dari kantong sang dokter, bidan dan perawat ke depan para pe-Saman cilik itu. Uang saweran itu adalah hal yang lumrah diberikan penonton kepada penari Saman ketika tariannya menggugah hati dan jiwa penikmatnya.

“Nge taring kisah, i rilahni buku, ngetaring gambarmu, i rering pelabang”, demikian sebait syair yang maksudnya “sudah tinggal kisah, dilembaran buku, kini tinggal gambarmu, di dinding berpaku”. Begitulah nyanyian yang dilagukan, maksud dan tujuannya menyisakan sejuta tanda tanya.

Setiap penonton pasti mengigat kisah yang pernah ada, misalnya sesorang yang telah jauh pergi, tetapi masih meninggalkan selembaran foto yang di tempel di dinding rumah, atau bisa saja mengisahkan putusnya tali asmara antara si pria dan wanita, sehingga kenang-kenangan terus melekat di hati sanubari.

Tari Saman memang menjadi ke-khas-an masyarakat Gayo Lues ditampilkan saat acara-acara penting, seperti kedatangan tamu dari luar daerah, ditempat pesta, maupun Saman roa lo roa ingi (Saman dua hari dua malam) dan Saman serlo seringi (Saman satu hari satu malam).

Sejak tari Saman Gayo Lues diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tahun 2011 lalu, setiap sekolah mengadakan pembelajaran tari Saman, dan budaya yang diturunkan nenek moyang warga Gayo itu kini sudah menjelajahi dunia.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.