HASIL Pemilu Legislatif 2014 lalu, memiliki prospek yang menjanjikan untuk membangun GAYO ke arah yang lebih baik. Pasalnya, sejumlah putra dan putri terbaik GAYO berhasil menerobos “pintu besi” Senayan.
Tak tanggung-tanggung, kini ada 3 putra terbaik Gayo bisa menembus senayan. Mereka itu Ir. Tagore AB dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Irmawan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Muslem Aiyub dari Partai Amanah Nasional (PAN).
Untuk Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), enam putra/putri terbaik Aceh Tengah dan Bener Meriah telah mulai berkantor ke Jalan Daud Beureueh Kutaraja Banda Aceh sejak 30 September 2014. Enam putra/putri terbaik ini mulai beradu pendapat, ide, gagasan dan pemikiran yang ditujukan untuk Gayo.
Enam wakil Gayo dari Dapil 4 ini yakni: Muklis Adam (PA), Ismaniar (PAN), Iberamsyah (Golkar), Bardan Sahidi (PKS), Ramadhana Lubis (Nasdem) dan Alaidin Abu Abas (Demokrat). Jika melihat nama-nama anggota dewan ini, merupakan wajah baru yang akan berjuang di DPRA.
Begitu juga untuk Gayo Lues dan Alas, ada anggota DPR-RI dan DPRA yang berasal langsung dari Gayo Lues, seperti Irmawan (PKB) untuk DPR RI dan sementara pentolan Partai Golkar dan juga pernah menjabat Ketua DPRK Gayo Lues Muhammad Amru melaju ke “panasnya” kursi DPRA dari Partai Aceh.
Dari keberhasilan tersebut, muncul secercah harapan dari para penyambung lidah masyarakat ini, untuk bisa membawa perubahan Gayo ke arah lebih baik. Bila selama ini Gayo seakan “dianak-tirikan”, dalam kue pembangunan, hendaknya nanti dalam lima tahun kedepan bisa lebih baik.
Tagore dengan tegas dan pasti menyatakan membangun Gayo sama halnya membangun Bangsa Indonesia, Bangsa Indonesia dapat dikatakan Bangsa yang berhasil, maka bagaimana kita bersama-sama mampu menunaikan amanah perjuangan yang telah dilakukan para pahlawan serta pendahulu-pendahulu kita.
Begitu juga dengan Gayo, membangun Gayo itu artinya bagaimana kita mampu mewujudkan serta menjaga “Sumpah urum Manat ni Muyang-Datu” (sumpah dan amanah dari Nenek Moyang) kita.
Keberadaan suku Gayo dengan kerajaan Linge-nya harus tetap dipertahankan dan terus dicari bukti-bukti pendukungnya. Jika semua kita mampu mempertahankan dan terus mengembangkan adat istiadat serta budaya Gayo yang sebenarnya, maka itulah yang akan kita pergunakan untuk menentukan arah pembangunan Gayo kedepan.
“Saya memiliki kontrak politik yang jelas, dalam setiap kampaye, saya selalu menyebutkan bahwa saya akan memperjuangkan terbentuknya provinsi Aceh Leuser Antara (ALA),” tegas Tagore kepada LintasGayo.co beberapa waktu silam.
“Dengan duduknya saya menjadi perwakilan masyarakat Gayo di Senayan, saya akan berupaya meningkatkan tingkat perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat Gayo,” lanjut mantan Petinggi Golkar Bener Meriah dan Aceh Tengah ini yang melenggang ke senayan menggunakan pesawat PDI-Perjuangan.
Namun semangat besar Tagore itu masih perlu pembuktian. Sebab, banyak kalangan yang menyatakan pesimis adanya perubahan di Aceh Tengah atau Gayo secara umum setelah melihat hasil pemungutan suara Pemilu Legislatif 2014.
Salah seorangnya praktisi hukum ternama di Gayo, Dusky, SH mengaku dirinya pesimis, muncul lebih banyak politisi berorientasi uang setelah lihat siapa yang terpilih menjadi wakil Gayo baik di senayan (DPR-RI), DPRA maupun DPRK.
Dusky mempunyai alasan kuat untuk ini, dimana hasil informasi yang dihimpunnya selama penyelenggaraan tahapan Pemilu legislatif 2014, diduga kuat banyak caleg yang duduk umumnya menghabiskan dana ratusan juta bahkan lebih. Jika digabungkan dana yang dikeluarkan masing-masing caleg dalam satu partai untuk mengantarkan calegnya ke DPRK, bisa diprediksi membutuhkan dana hingga Rp3 Miliar.
“Dari obrolan-obrolan dengan sejumlah caleg, baik yang gagal ataupun yang berhasil, mereka sudah habis dana ratusan juta. Bisa kita bayangkan apa yang terjadi di lembaga legislatif tersebut kedepan. Mulai hari ini masyarakat mesti dicerdaskan agar di Pemilu kedepan nilai satu kursi tidak lagi disetarakan dengan uang sebesar Rp.3 milyar itu,” pungkas Dusky kepada LintasGAYO.
Penilaian lain bahkan tergolong unik diungkapkan seorang ustdaz di Aceh Tengah Tengku Yahya. Dimana, ia menilai caleg telah menghalalkan segala cara supaya terpilih jadi anggota dewan. Bahkan, sampai mensyirikkan Tuhan.
“Pas nyalon, pergi ke Linge. Ke kuburan keramat, dan ke dukun,” kata Tengku Yahya yang menjadi khatib Jum’at di Masjid Besar Quba Bebesen, Bebesen, Jum’at (3/5/2014) silam.
Tengku asal Asir-Asir itu, menilai, caleg baru dekat dengan masyarakat saat pemilu legislatif. “Dekati ulama. Shalat di masjid. Bersedeqah. Kalau sudah terpilih, lupa semua,” tegasnya.
Salah satu jamaah menanggapi positif ceramah tengku Yahya tersebut. “Semua khatib dan tengku harusnya bicara seperti itu. Termasuk, MUI Aceh Tengah. Masyarakat harus terus diingatkan. Dewan terpilih pun harus terus diawasi. Tagih janji-janji mereka. Terutama, pemilih-pemilih yang terbeli dengan uang dan materi,” kata jama’ah Jum’at tersebut setelah keluar dari Masjid.
Keraguan akan arah Gayo ke depan, juga terdengar dari Ramadhana Lubis salah satu putra terbaik yang mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Aceh 4 meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Dimana, ketika ditanya tentang skala prioritasnya untuk Gayo, Ramadhana menyatakan hal tersebut tidak tepat saat ini dipertanyakan, nanti setelah dilantik menjadi anggota DPRA. “Saya kira terkait program hal tersebut saat ini kurang tepat dipertanyakan nantilah setelah saya sudah dilantik bersama calon terpilih lainnya dari partai berbeda mewakili Kabupaten Aceh tengah dan Bener Meriah” jelas Ramadhana.
Meskipun demikian, aktivis HMI dan Walhi Aceh yang memiliki ikatan emosional dengan darah Gayo karena istrinya berasal dari tanoh Gayo yakni dari Kampung Reje Guru Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, tidak akan menyia-nyiakan amanah masyarakat Gayo untuk berbuat yang terbaik.
Sekjen Partai Nasdem Aceh ini kendati tidak berdomisli di Gayo namun ia sering pulang ke kampung istrinya sehingga kedekatan dengan Gayo begitu hangat dan sangat mengenal kultur urang Gayo.
Bukti kedekatan ini bisa dilihat dari putra kelahiran Medan (Sumatera Utara) berhasil menarik simpati masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sehingga ia terpilih menjadi wakil rakyat dengan perolehan suara terbanyak di partainya yakni Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
”Secara aspek kedekatan, kekerabatan maupun saudara dan kultur saya tidak jauh beda dengan Urang Gayo, bukti lainnya saya dipilih dengan suara terbanyak diantara rekan-rekan saya separtai,” jelasnya kepada LintasGAYO.
Sikap tidak mau berkomentar sebelum pelantikan juga diperlihatkan Irmawan dan Muslim Aiyub. Dimana, Irmawan, yang pasti perjuangan akan dilalui sesuai aspirasi masyarakat. Hanya saja secara detil bagaimana bentuk perjuangan tersebut baru akan disampaikannya setelah pelantikan.
“Saya akan lebih mengutamakan aspirasi masyarakat sesuai kebutuhanya,” ujar Irmawan singkat pada LintasGAYO.
Begitu juga Muslim Aiyub yang bertekad akan mendorong APBN ke wilayah pemilihan. (Muslim maju ke senayan lewat Dapil 1 Aceh). Dia berharap nantinya dapat duduk di komisi V yang membidangi infrastruktur.
“Jika bisa duduk di Komisi V, saya akan perjuangkan jalan lintas tengah, karena lintas barat sudah kelar,” jelas Muslim pada LintasGAYO.
Dibalik itu, tekad besar juga terlihat dari semangat satu-satunya Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang lolos ke DPR Aceh dari dapil IV (Bener Meriah-Aceh Tengah) Bardan Sahidi. Dimana, ia berencana akan melakukan konsolidasi dengan para anggota DPR Aceh terpilih lainnya dari wilayah Tengah Tenggara Aceh untuk membentuk satu kaukus.
“Namun sekarang saya tidak dapat pastikan gagasan itu dulu, karena belum mengenal saudara-saudara kita dari wilayah Tengah Tenggara Aceh yang lain,” kata Bardan Sahidi kepada LintasGayo.co, Senin (28/4/2014) silam di Caffee Tango, Kampung Kute Asal, Lut Tawar, Takengon.
Wilayah Tengah Tenggara yang dimaksud Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Subulussalam, dan Aceh Singkil. Untuk itu menurut Bardan, rencana pembentukan Kaukus di DPR Aceh baru sekedar wacana, bisa saja ada gagasan yang lebih baik.
“Intinya semua itu untuk pembangunan wilayah Tengah Tenggara Aceh,” ujarnya.
Bardan yakin, dengan beberapa posisi strategis tokoh wilayah Tengah Tenggara, akan sangat memudahkan untuk menuang gagasan-gagasan strategis untuk masyarakat wilayah Tengah Tenggara ini.
“Nanti saja kita lihat. Sementara ini saya masih harus menyelesaikan amanah rakyat Takengon dulu, setelah itu baru kita perkuat di Provinsi,” demikian Bardan Sahidi.[]
Hasil liputan ini sudah diterbitkan di tabloid LintasGAYO edisi 8 Tahun 1, 7 Mei 2014 di rubrik Laporan Utama berjudul “Menelisik Gayo 5 Tahun Mendatang”